Mengapa minat membaca di Indonesia sangat rendah?

Sumber : takepart.com

##Parah! Minat Baca Indonesia Rendah Banget

JAKARTA - Peringkat minat baca Indonesia dalam data World’s Most Literate Nations berada di urutan 60 dari 61 negara. Peringkat tersebut merupakan hasil penelitian dari Central Connecticut State University tahun 2016.

Selain itu, pada tahun 2012 Unesco melansir index tingkat membaca orang Indonesia yang hanya 0,001. Itu artinya, dari 1.000 penduduk, hanya ada 1 orang yang mau membaca buku dengan serius.

Menyikapi hal tersebut, anggota Komisi X DPR, Abdul Fikri menyatakan prihatin dengan peringkat minat baca atau literasi masyarakat Indonesia.

“Malu, Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara yang diteliti,” kata Fikri, di Gedung DPR, Senayan Jakarta, Rabu (8/6).

Membangun budaya baca lanjutnya, tidak dapat dipisahkan dari buku dan pepustakaan. Karena itu, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengkritisi rencana pemotongan anggaran Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) pada tahun anggaran 2016 dari Rp 701 miliar, menjadi Rp 612 miliar.

“Perpustakaan itu bagian dari pendidikan. Fungsi pendidikan itu tidak bisa ditawar dengan cara memotong anggarannya,” ujar anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Tengah IX ini.

Terpisah, anggota Komisi X DPR Muslim juga mengaku prihatin dengan peringkat literasi Indonesia dan dipotongnya anggaran perpustakaan nasional.

“Kami sangat prihatin dengan pemotongan anggaran ini ketika peringkat literasi Indonesia anjlok,” pungkas politikus Partai Demokrat ini.

(fas/jpnn)
Sumber : jpnn

Mengapa begitu parah minat membaca buku atau web pengetahuan serius di Indonesia begitu buruk ? Tetapi ketika “membaca” media sosial dan aplikasi kirim pesan, Indonesia termasuk negara dengan pengguna terbesar.

Menurut saya salah satu faktornya adalah karena angka pendidikan yang masih tergolong rendah di Indonesia. Dan juga orang Indonesia lebih suka kepada hal hal yang visual, seperti menonton misalnya.

Mengutip dari laman perbanas.ac.id, Menurut Pustakawan STIE Perbanas Surabaya SETIAWAN HARTADI.

“Negara disebut maju dan berkembang kalau penduduknya atau masyarakatnya mempunyai minat baca yang tinggi dengan dibuktikan dari jumlah buku yang diterbitkan dan jumlah perpustakaan yang ada di negeri tersebut.”

Minat Baca di Indonesia

Kalau kita berbicara mengenai minat baca, maka sudah sering ditulis di berbagai media masa dan juga sering dibicarakan dan diseminarkan, namun masih saja topik ini masih sangat manarik dibicarakan, hal ini disebabkan karena sampai detik ini peningkatan minat baca masyarakat masih tetap berjalan ditempat walaupun disana-sini usaha telah dilakukan oleh pihak pemerintah dengan dibantu oleh pihak-pihak tertentu yang sangat berkaitan dengan minat baca masyarakat, seperti Guru, Pustakawan, Penulis, Media masa dan Gerakan Cinta Buku.

Padahal jika dicermati sejenak penerbitan majalah dan koran, dalam sepuluh tahun terakhir jumlah nama/judulnya sangat meningkat tajam. Mestinya semakin banyak penerbitan Koran dan majalah, maka akan berimbas pada peningkatan minat baca terhadap buku. Tetapi sayang, minat baca ini hanya sebatas peningkatan minat bacara masyarakat terhadap koran dan majalah saja. Sebagai masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan kita mesti bertanya, kenapa hal ini terjadi atau apa penyebabnya sehingga minat baca masyarakat Indonesia dikatakan rendah dan berjalan di tempat ?.

Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat minat baca

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan bisa menghambat masyarakat untuk mencintai dan menyenangi buku sebagai sumber informasi layaknya membaca koran dan majalah, yaitu:

  1. Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswa/mahasiswa harus membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan dan mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan di kelas.
  2. Banyaknya hiburan TV dan permainan di rumah atau di luar rumah yang membuat perhatian anak atau orang dewasa untuk menjauhi buku. Sebenarnya dengan berkembangnya teknologi internet akan membawa dampak terhadap peningkatan minat baca masyarakat kita, karena internet merupakan sarana visual yang dapat disinosimkan dengan sumber informasi yang lebih abtudate, tetapi hal ini disikapi lain karena yang dicari di internet kebanyakan berupa visual yang kurang tepat bagi konsumsi anak-anak.
  3. Banyaknya tempat-tempat hiburan seperti taman rekreasi, karaoke, mall, supermarket dll.
  4. Budaya baca masih belum diwariskan oleh nenek moyang kita, hal ini terlihat dari kebiasaan Ibu-Ibu yang sering mendongeng kepada putra-putrinya sebelum anaknya tidur dan ini hanya diaplikasikan secara verbal atau lisan saja dan tidak dibiasakan mencapai pengetahuan melalui bacaan.
  5. Para ibu disibukan dengan berbagai kegiatan di rumah/di kantor serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga, sehingga waktu untuk membaca sangat minim.
  6. Buku dirasakan oleh masyarakat umum sangat mahal dan begitu juga jumlah perpustakaan masih sedikit dibanding dengan jumlah penduduk yang ada dan kadang-kadang letaknya jauh.

Peran Orang Tua dalam menumbuhkan minat baca

Untuk mensiasati supaya masyarakat kita gemar membaca dan membaca adalah suatu kebutuhan sehari-hari, maka tidak ada jalan lain peranan orang tua sangat dibutuhkan dengan cara membiasakan anak-anak usia dini untuk mengenal apa yang dinamakan buku dan membiasakan untuk membaca.dan bercerita terhadap buku yang dibacanya. Hal ini harus dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus dengan harapan akan terbentuk kepribadian yang kuat dalam diri si anak sampai dewasa, sehingga membaca adalah suatu kebutuhan bukan sekedar hobi melulu.

Peran Pemerintah dalam menumbuhkan minat baca

Peranan pemerintah daerah dibantu oleh kalangan dunia pendidikan, media masa, gerakan masyarakat cinta buku untuk bersama-sama merangkul pihak-pihak swasta yang mempunyai kepentingan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa untuk mensponsori pendirian perpustakaan-perpustakaan kecil dilingkungan masyarakat seperti desa/kampung dengan bantuan berupa sarana dan prasarana dan koleksi perpustakaan yang pengelolaannya diserahkan kepada Ibu-Ibu PKK atau Karang Taruna. Supaya gebyarnya lebih meluas perlu diadakan lomba yang bisa di ekspos oleh media massa lokal maupun nasional dengan iming-iming berupa hadiah yang menarik sebagaimana lomba green and clean di Surabaya, dan ini harus dilakukan secara continue setiap tahunnya.

Peran Lembaga Pendidikan dalam menumbuhkan minat baca

Peranan kepala sekolah sangat penting sebagai ujung tombak terhadap pendirian perpustakan dan fungsi guru dan pustakawan sebagai pengembangan perpustakaan harus selalu mendapat perhatian serius dari pihak pemerintah daerah, karena banyak sekolah dasar sampai menengah belum memiliki perpustakaan dan kalaupun ada sifatnya stagnasi dan tidak berkembang karena kesulitan dana. Pemerintah Daerah yang sebenarnya harus memfasilitasi perpustakaan sekolah dengan cara menggandeng pihak-pihak swasta sebagai sponsor atau sebagai mitra. Perpustakaan keliling yang sudah ada sekarang ini perlu ditingkatnya dan diperluas jangkauannya dengan penambahan armada dan koleksi setiap tahunnya dan bukan malah sebaliknya semakin tahun semakin menurun dan akhirnya tidak beroperasi lagi dan ini harus mendapat perhatian serius dari kita semua kalau menginginkan bangsa kita cerdas dan pandai sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah maju.

Kalau kita cermati secara seksama sebenarnya untuk menciptakan dan mengembangkan minat baca masyarakat akan bisa terwujud kalau semua pihak dari mulai pemerintah, kalangan swasta, pustakawan, dunia pendidikan, Orang tua, pecinta buku maupun elemen masyarakat mau duduk bersama-sama satu meja dan sama-sama berusaha untuk saling melengkapi dari apa yang kurang dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan bersama yaitu mencerdaskan masyarakat melalui pemasyarakatan perpustakaan. Kalau semua sekolah/perguruan tinggi maupun dalam lingkungan kampung/desa tersedia perpustakaan maka tentu banyak buku yang diperlukan untuk mengisi perpustakaan tersebut. Dengan demikian betapa banyak penulis buku, penerbit, dan toko buku yang memproduksi dan mengedarkan buku serta mengisi perpustakaan di seluruh negeri. Dengan demikian lapangan kerja terbuka luas dan berpotensi besar dan inilah yang diharapkan oleh pengarang maupun penerbit supaya dunia buku tidak lesu dan gulung tikar.

Sumber: library.perbanas.ac.id

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh UNESCO, minat baca paling rendah di antara negara ASEAN adalah negara Indonesia. Minat membaca yang terjadi di Indonesia memang sangatlah rendah dibandingkan negara-negara lain dikarenakan banyak faktor. Padahal perpustakaan Indonesia merupakan perpustakaan di dunia yang cukup bagus pada nomor 35 diatas Singapura, Jerman, Italia dan negara maju lainnya. Bahkan dibuktikan dalam indeks membaca masyarkat, Indonesia memiliki perbandingan 1:1000 yang artinya jika terdapat 1000 penduduk maka hanya ada satu orang yang memiliki minat baca yang tinggi.

Tentunya kejadian minat baca rendah di Indonesia memiliki banyak alasan-alasan yang mendukung sehingga terpeliharanya kebiasaan untuk tidak meningkatkan minat membaca menjadi terus menerus. Menurut saya, salah satu alasan yang menyebabkan minat baca rendah terjadi adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk membaca sejak dini yang tidak terfasilitasi dengan baik, seperti buku-buku yang kurang layak maupun lengkap., serta kebiasaan-kebiasaan yang telah menjadi budaya Indonesia dalam penyampian informasi dengan audio, dan lain-lain. Padahal banyak cara yang dapat menunjang minat baca seperti, membagikan buku-buku pengetahuan terbaik secara gratis dengan menggunakan dana-dana yang dialokasikan kepada kegiatan yang kurang bermutu oleh pejabat-pejabat tinggi, dukungan pemerintah untuk konsisten menjalankan program minat baca tinggi secara terus menerus, dan tentunya keinginan masyarakat sendiri khususnya pemuda Indonesia dengan tujuan dan berniat mendapatkan ilmu-ilmu bermanfaat yang nantinya akan diimplementasikan untuk mengubah Indonesia menjadi negara yang jauh lebih baik dari sekarang.

1 Like