Mengapa LDL disebut “lemak jahat” dan HDL disebut “lemak baik”?

kolesterol

Tubuh memiliki susunan yang disebut lipoprotein, yang dibentuk dari trigliserida, protein, dan kolesterol. Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL) merupakan salah dua jenis dari lipoprotein. Seringkali ditemukan istilah bahwa LDL merupakan lemak jahat, sementara HDL merupakan lemak baik, bahkan salah satu kriteria diagnosis dyslipidemia adalah kadar HDL kurang dari 40mg/dL (untuk laki-laki) atau 50 mg/dL (untuk perempuan). Mengapa keduanya disebut jahat dan baik?

Low Density Lipoprotein (LDL)

Low Density lipoprotein (LDL) atau biasa dikenal dengan “kolesterol jahat” merupakan jenis kolesterol yang memiliki dampak yang cukup buruk bagi tubuh jika kadarnya terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan LDL memiliki sifat aterogenik (mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah dan mengurangi pembentukan reseptor LDL).

Brown dan Goldstein (1994) mengatakan bahwa LDL tersusun oleh inti berupa 1500 molekul kolesterol yang dibungkus oleh lapisan fosfolipid dan molekul kolesterol tidak teresterifikasi. Bagian hidrofilik molekul terletak di sebelah luar, sehingga memungkinkan LDL larut dalam darah atau cairan ekstraseluler. Protein berukuran besar yang disebut apoprotein B-100 mengenal dan mengikat reseptor LDL yang mempunyai peranan penting dalam pengaturan metabolisme kolesterol.

Protein utama pembentuk LDL adalah Apo B (apolipoprotein-B). Kandungan lemak jenuh tinggi membuat LDL mengambang di dalam darah. LDL dapat menyebabkan penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah. LDL berfungsi membawa kolesterol dari hati menuju jaringan (Murray, 2009).

Manfaat Low Density Lipoprotein (LDL)

Low-density lipoprotein (LDL) mempunyai fungsi bagi tubuh yaitu sebagai pengangkut kolesterol ke jaringan perifer dan berguna untuk pemecahan membran dan hormon steroid. LDL mengandung 10% trigliserida serta 50% kolesterol. Kadar ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kadar kolesterol dan kandungan lemak jenuh dalam makanan yang dikonsumsi.

Suryaatmaja dan Silman (2006) menjelaskan bahwa LDL mengirimkan kolesterol ke jaringan ekstra-hepatik, seperti sel korteks adrenal, ginjal, otot, dan limfosit. Sel tersebut mempunyai reseptor LDL di permukaannya. LDL melepaskan kolesterol di dalam sel untuk pembentukan hormon steroid dan sintesa dinding sel. Sel fagosit dari sistem retikuloendotel menangkap dan memecah LDL. LDL mengandung 10% trigliserida serta 50% kolesterol. Kadar ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kadar kolesterol dan kandungan lemak jenuh dalam makanan yang dikonsumsi.

Batasan Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) Dalam Tubuh

Kadar Low-density lipoprotein (LDL) dalam tubuh harus dibatasi. Menurut American Heart Association (2015), tingkatan kolesterol LDL pada manusia adalah jika kadar kolesterol LDL kurang dari 100 mg/dL dapat dikatakan kadar optimal, kadar 100 - 129 mg/dl mendekati optimal, 130 – 159 mg/dL adalah batas tinggi, 160 – 189 mg/dL dapat dikatakan tinggi sedang jika kadarnya 190mg/dL atau lebih tinggi, maka dapat dikatakan kadar LDL dalam tubuh sudah sangat tinggi dapat dilihat pada gambar berikut ini.


Gambar Kadar Kolesterol LDL

High Density Lipoprotein (HDL)

Menurut Murray et al. (1996), High Density Lipoprotein (HDL) sering disebut kolesterol “baik” karena merupakan lipoprotein yang mengangkut lipid dari perifer menuju ke hepar. Molekul High Density Lipoprotein (HDL) yang relatif kecil dibanding lipoprotein lain, HDL dapat melewati sel endotel vaskular dan masuk ke dalam intima untuk mengangkut kembali kolesterol yang terkumpul dalam makrofag, disamping itu HDL juga mempunyai sifat antioksidan sehingga dapat mencegah terjadinya oksidasi LDL.

Kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) disintesis dan disekresikan terutama oleh hati dan sedikit di epitel usus selama absorbsi lemak dari usus.

Kolesterol HDL mengandung konsentrasi protein yang tinggi, kira-kira 50% protein, tetapi konsentrasi kolesterol dan fosfolipid lebih kecil (Guyton & Hall, 1997). Kolesterol HDL merupakan kolesterol jenis yang baik, karena mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk dibuang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses aterosklerosis.

Sunita (2004) menjelaskan bahwa HDL mengambil kolesterol dan fosfolipid yang ada di dalam hati dan menyerahkan kolesterol ke lipoprotein lain untuk diangkut kembali ke hati dan di edarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh. HDL adalah lipoprotein dengan densitas tinggi, terutama terdiri atas protein. HDL mengandung 25 - 30% fosfolipid, 15 - 20% kolesterol, 3% trigliserid dan 45-59% protein (Michael et.al, 2013).

Manfaat High Density Lipoprotein (HDL)

High Density Lipoprotein (HDL) memiliki kemampuan memindahkan kolesterol dari ateroma dalam arteri dan mentransportasikannya kembali ke hepar untuk ekskresi dan pemakaian ulang (Komoda, 2010). Fenomena ini yang menyebabkan peningkatan kadar HDL darah dapat melindungi seseorang dari penyakit kardiovaskuler dan HDL yang rendah akan meningkatkan resiko penyakit jantung dan hipertensi. HDL memiliki peran yang sangat baik tubuh manusia.

High Density Lipoprotein merupakan kolesterol yang penting untuk penghancuran trigliserida dan kolesterol dan untuk transpor serta metabolisme ester kolesterol dalam plasma (Suyatna dan Handoko, 1995).

Batasan Kadar High Density Lipoprotein HDL Dalam Tubuh

Kolesterol HDL berfungsi sebagai pembawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati untuk metabolisme atau katabolisme yang selanjutnya dikeluarkan dari tubuh. Peningkatan kadar HDL akan menurunkan aterosklerosis. Tingkat kadar kolesterol HDL plasma dianggap rendah bila kadarnya di bawah 35 mg/dl (Munaf, 1994).


Gambar Kadar kolesterol HDL.