Mengapa Konsistensi Menjadi Kunci Kesuksesan?

Kepemimpinan

Banyak orang mengatakan bahwa kunci kesuksesan adalah konsistensi. Ada apa dengan konsistensi ? Mengapa konsistensi begitu penting untuk meraih kesuksesan?

Kesuksesan berada dibalik tantangan dan ujian. Kesuksesan tidak datang dengan begitu saja, diperlukan jalan yang panjang dan berliku-liku untuk meraihnya. Diperlukan ketekunan, kerja keras serta kesabaran dalam mewujudkannya.

Sebuah kesuksesan tidak akan pernah terwujud jika kita begitu saja gampang menyerah dan putus asa dalam menghadapi sebuah tantangan dan ujian. Padalah, begitu banyak sekali tantangan dan hadangan yang siap menghadang, jika kita tidak bisa menghadapinya maka kita tidak akan pernah bisa bertemu dengan kesuksesan.

Setiap orang dalam hidupnya memiliki jatah waktu yang sama. 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Tidak ada orang yang memiliki waktu lebih dari itu. Yang membedakan adalah umur, yang telah digariskan oleh Sang Penciptanya. Walaupun memiliki waktu yang sama, tidak semuanya bisa memanfaatkan waktu tersebut dengan maksimal. Ada yang berhasil memanfaatkan waktu untuk menghasilkan karya terbaik, tetapi ada juga yang sama sekali belum bisa menghasilkan karya terbaik.

Diperlukan kesabaran tinggi dalam meraih kesuksesan serta tidak patah semangat menghadapi segala rintangan. Sangat penting sekali bagi kita untuk bersabar dalam mengejar cita-cita ataupun meraih kesuksesan dalam segala hal yang kita harapkan, semua tidak datang dengan begitu saja, harus diusahakan dengan kerja keras dan didukung dengan kesabaran lebih akan menghasilkan keberhasilan dan kesuksesan.

Konsistensi tentu dibutuhkan dalam mencapai tujuan. Tidak ada orang sukses tanpa konsistensi. bisa dibilang bahwa konsistensi merupakan jantung kesuksesan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsisten bisa diartikan sebagai tetap atau tidak berubah-ubah, taat asas, ajek. Dalam konteks sikap untuk meraih kesuksesan, konsisten adalah keteguhan sikap dan keselarasan tindakan terhadap tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tingkat konsisntesi seseorang dapat dinilai dari betapa teguhnya dia dalam memegang prinsip. Biasanya, orang yang konsisten mempunyai tujuan hidup yang runcing.

Kerja keras tanpa didukung dengan konsistensi akan selalu putus ditengah jalan dan tidak menghasilkan apa-apa melainkan merugi waktu dan materi. Teori ini seringkali dijadikan motivasi orang sukses untuk terus konsisten. Mereka sadar bahwa resource paling terbatas di dunia ini adalah waktu dan tau bahwa dalam memulai dan mengakhiri sesuatu memerlukan waktu. Maka dari itu mereka tidak mau menghabiskan resource paling terbatas hanya dalam memulai dan mengakhiri. Mereka tidak akan mengakhiri dan memulai hal baru sebelum tujuan mereka terpenuhi.

Menekuni satu bidang membuat kita bisa lebih menguasai seluk-beluk persoalan karena waktu kita hanya untuk satu bidang. Bisa kita lihat bahwa mayoritas dari orang-orang sukses membangun usahanya hanya dari satu bidang. Seperti Bill Gates, pendiri Microsoft, perusahaan raksasa dibidang teknologi, menghabiskan 80% masa mudanya untuk mempelajari sistem operasi. Pada saat itu, Ia tertarik pada komputer dan merasakan ada “sesuatu” dalam komputer. Ketertarikan tersebut selanjutnya Ia jadikan sebagai tujuannya. Ia bahkan keluar dari universitasnya untuk mendapatkan waktu ekstra mempelajari sistem operasi. Semua usaha dan pengorbanan tersebut sekarang berbuah, pada saat ini Bill Gates adalah pemilik perusahaan sistem operasi terbesar, Microsoft. Ia juga tercatat sebagai orang terkaya sedunia. Disini dapat kita lihat betapa ekstremnya konsistensi Bill Gates dalam mengembangkan sistem operasi hingga akhirnya sukses.

Kegagalan kita sering disebabkan ketidakkonsistenan kita dalam melakukan sesuatu. Kita seringkali berhenti atau bahkan berputus asa sebelum mencapai target.

Penyebab inkonsisten kita utamanya adalah kurangnya pengetahuan kita tentang sesuatu yang kita jalani hingga kita tidak tahan uji menghadapi persoalan hingga berhenti total atau beralih ke jalur lain dengan resiko belajar dari nol dan meninggalkan jalur yang telah kita jalani. Banyak dari kita yang tergiur atau berpindah haluan karena trend sehingga kita ikut-ikutan untuk beralih ke jalur yang lain, padahal yang kita pelajari belum tentu sesuai dengan keahlian kita atau tidak sesuai dengan kondisi tertentu. Kenapa tidak mulai menggali potensi dari dalam sendiri?

Padahal banyak hobi yang bisa dijadikan pekerjaan yang nantinya akan menciptakan kesenangan yang menghasilkan bahkan dengan hobi itu menjadi sumber kehidupan.

Mulailah segala sesuatu dari yang mudah dan kita cintai akan membuat kita tidak mudah jenuh. Banyak orang justru berusaha menimba ilmu dari orang lain dengan banyak mengeluarkan modal dan tenaga sementara dia lupa akan potensi yang besar yang dia miliki. Potensi diri itulah yang lebih baik kita gali dan pupuk akan menjadi sesuatu nilai jual yang tinggi, entah itu bakat atau keahlian.

Pada dasarnya untuk menjadi pribadi yang konsinten hanya memerlukan. Kita harus kembali dengan kesadaran akan apa yang harus kita kerjakan saat ini sesuai dengan tujuan kita. Prinsipnya kerjakan sekarang dan saat ini juga. Kenali lagi apa yang ditekuni. Jika tujuan memerlukan usaha terus menerus maka lakukan dengan disiplin, baik mood atau tidak mood. Kita juga harus yakin dan optimis dalam menjalaninya. Pengoptimalan juga diperlukan seperi benar-benar menyingkirkan hal-hal yang tidak sesuai ataupun bertentangan dengan tujuan.

“They consistently do what they need to do, irrespective of how they are feeling on a given day. They don’t spend their life stopping and starting.”

Referensi:
  1. Tiga Kunci Keberhasilan = Motivasi, Komitmen dan Konsistensi - Kompasiana.com
  2. Cara Menjadi Orang yang Konsisten: 13 Langkah (dengan Gambar)
  3. http://khalidabdullah.com/5-cara-bagaimana-tetap-konsisten
  4. http://any.web.id/arti-konsisten-dan-cara-melatih-konsistensi.info
  5. Pentingnya Konsistensi - Tips Motivasi dan Inspirasi
  6. Sabar dan Kesuksesan - Tips Motivasi dan Inspirasi
  7. Arti kata konsisten - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online
  8. Bill Gates - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas