Mengapa KODAK sebuah perusahaan besar bisa gagal dalam penjualan film mereka?

Seperti yang kita ketahui bahwa perusahaan KODAK adalah perusahaan ternama dalam dunia Fotografi yang menciptakan berbagai Produk dalam dunia fotografi seperti kamera, film dan sebagainya. namun kenapa KODAK kini menjadi perusahaan yang gagal?

Ketika maraknya penggunaan teknologi Tradisional menggunakan Film zaman itu, Tiba tiba muncul sebuah teknologi terbaru yaitu Teknologi Fotografi digital.

Teknologi Digital adalah sebuah disruptive technology yang memaksa kodak untuk melakukan perubahan total terhadap Perusahaannya agar bisa mengikuti teknologi terbaru tersebut. Hanya saja kodak tidak mau melakukan inovasi dan memilih tetap bersikeras melakukan penjualan teknologi Kamera tradisional

Seiring dengan berjalannya waktu kini Tren Fotografi digital semakin marak dengan semakin mudahnya orang mengambil gambar dan menyimpan gambar serta membagikan gambar mereka dan Teknologi kamera tradisional mulai ditinggalkan oleh masyarakat.

Sehingga kodak yang dulunya merupakan perusahaan yang besar saat itu kini Menjadi bangkrut.

casio_qv10

Referensi :
Mui, Chunka. 2012. How Kodak Failed. How Kodak Failed (online). Diakses pada 28 Februari 2018

Seperti yang dikatakan oleh Henry C. Lucas Jr dan Jie Mein Goh dalam papernya yang berjudul “Disruptive technology: How Kodak missed the digital photography revolution”, disruptive technology lah yang menyebabkan KODAK gagal dalam penjualan film mereka. penyebab utama mengapa Kodak gagal dalam beradaptasi dengan disruptive technology merupakan Kodak terlalu fokus pada pengelolaannya pada masa itu, yaitu pada produksi film dibandingkan memfokuskan tujuan organisasinya pada inovasi baru.

Perusahaan Kodak membuat kamera snapshot pertama di dunia. Kamera tersebut pada umumnya tidak mahal, tetapi film untuk mengoperasikan fotonya yang mahal. Perusahaan Kodak ini spesialis di bidang pembuatan film ketika fotografi berwarna pertama kali dimunculkan. Kodak juga yang membuat sensor megapixel pertama di dunia. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kodak lah yang paling berjaya di eranya. Awalnya, yang pertama menemukan teknologi digital kamera merupakan Kodak itu sendiri, namun Kodak lebih memilih untuk fokus pada inovasi filmnya karena menurutnya yang dibutuhkan pelanggan itu kamera film, sedangkan yang menggunakan kamera digital hanya seorang professional saja. Dengan semakin maraknya era digital pesaing-pesaing seperti fuji dan canon pun mulai menerapkan kamera digital dimana kamera mereka lebih unggul dibandingkan foundernya sendiri.

Hal tersebut dikarenakan Kodak meremehkan inovasi pada kamera digital sehingga ketika sudah terdapat permintaan pelanggan soal kamera digital, Kodak sudah terlambat dan dikalahkan oleh pesaing-pesaing yang sebelumnya sudah mengembangkan kamera digital. Hal ini lah yang menyebabkan Kodak lengser dari masa kejayaannya dalam bidang fotografi.

Source :
Henry C. Lucar Jr. and Jie Mein Goh. 2009. Disruptive technology: How Kodak missed the digital phorography revolution. Journal of Strategic Information Systems.

Kodak merupakan sebuah perusahaan multinasional yang bergerak pada dunia fotografi dan menciptakan berbagai produk seperti kamera, film dan sebagainya. Namun perusahaan besar tersebut gagal di pasaran hingga menyebabkan bangkrut.

Hal yang menyebabkan kegagalan dari kodak adalah masuknya teknologi digital kamera, karena pada saat itu kodak masih menggunakan teknologi tradisional dan menolak untuk melakukan perubahan dan inovasi teknologi yang ada, lalu tetap meneruskan penjualan teknologi kamera tradisionalnya.

Teknologi kamera digital yang masuk bisa memberikan cost yang lebih murah, kecil, dan nyaman dibandingkan yang dimiliki oleh Kodak, sehingga customer semakin menyukai teknologi digital kamera yang simple tersebut.

Source: https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0963868709000043

Kodak sudah mengalami kebangkrutan sehingga sudah tidak ada produk yang dibuat. Tepatnya perusahaan ini mulai menyatakan mengalami kemunduran pada bulan Januari 2012, kemudian secara resmi mengajukan permohonan untuk mendapat perlindungan kepailitan. Berikut adalah penyebab mengapa Kodak mengalami kegagalan:

1. TRANSFORMASI TEKNOLOGI DIGITAL

Perusahaan Kodak mengakui bahwa kemunduran mereka akibat dari perkembangan dan popularitas fotografi digital. Dengan berkembangnya teknologi pencitraan digital, dipastikan fotografi film sudah mulai ditinggalkan karena dianggap lebih repot.

Pada teknologi digital Anda bisa memotret dan langsung melihat hasil foto dari layar yang tersedia, sedangakan fotografi analog setelah anda memotret anda harus menemui proses yang panjang untuk melihat hasilnya. Yang menjadi lucunya teknologi fotografi digital sendiri pertama dikembangkan oleh insinyur dari Kodak itu sendiri. Pada tahun 1975, Steven J. Sasson yang merupakan seorang insinyur Kodak, berinovasi mengembangkan kamera digital dimana kamera pertamanya mempunyai resolusi hingga sepuluh ribu piksel dan hasil pencitraannya dapat disimpan pada pita kaset.

2. LAMBAT BERGERAK

Sebenarnya Kodak sudah memiliki firasat tentang ancaman teknologi fotografi digital yang bakal mengalahkan teknologi film. Namun Kodak kala itu masih belum terlalu serius untuk mengembangkan lebih lanjut teknologi kamera digital.

3. KODAK TETAP MENGEMBANGKAN KAMERA FILM

Bukannya mengembangkan kamera digital, Kodak justru ingin mengembangkan kamera film yang dipadukan dengan teknologi digital. Salah satunya adalah pengembangan produk Kodak Advantix digital dimana produk ini adalah bisa dibilang cukup aneh. Advantix akan memotret kemudian bisa memilih foto mana yang akan dicetak dan foto pilihan tersebut bisa disimpan di dalam film pada kamera Advantix. Dengan adanya Advantix ini menunjukan bahwa Kodak tidak ingin mengembangkan kamera digital, tapi ingin mengalahkan kamera digital.

4. MASALAH INTERNAL DALAM PERUSAHAAN

Selain karena masalah pengembangan, Kodak juga sempat mengalami permasalahan dalam perusahaan. Pada awal milenium 2000 Kodak memang sudah mengembangkan teknologi kamera digital. Namun dalam hal penjualan mereka masih kalah dari Sony. Dalam perusahaan mulai ada kesenjangan antar karyawan. Karyawan Kodak dari divisi film merasa mulai di anak tirikan setelah Kodak memiliki divisi digital. Hal ini karena untuk divisi film keuntungan yang didapat mulai turun drastis.

5. PRODUK KODAK

Sebelum menyatakan bangkrut, Kodak sempat menghasilkan banyak produk kamera digital. Beberapa diantaranya adalah Kodak DC series, Kodak EasyShare, Kodak DX dan lain-lain. Masing-masing seri diatas memiliki banyak versi. Dan Kodak EasyShare Z5010 dianggap sebagai produk Kodak terakhir sebelum bangkrut. Tapi semua usaha Kodak tidak bisa menyelamatkannya dari kebangkrutan dikararenakan sudah kalah saing dengan kamera-kamera digital yang namanya sudah besar seperti Canon, Nikon, dan lain sebagainya.

Kesimpulannya para pengamat menganggap Kodak berpotensi tetap berjaya apabila mereka mau 100% meninggalkan produksi film yang sudah tidak lagi menguntungkan dan mulai mengembangkan teknologi digital lebih serius pada jaman awal teknologi digital mulai diminati. Ini membuktikan bahwa perusahaan harus mempunyai mindset yang terbuka, selalu mengikuti perkembangan zaman, dan memenuhi kemauan pasar yang sedang terjadi.

Referensi
BELAJAR DARI BANGKRUTNYA KODAK – PERUSAHAAN FOTOGRAFI RAKSASA

Kodak sering disalahartikan sebagai perusahaan yang para manajernya tidak segera menyadari bahwa teknologi digital akan mengurangi bisnis tradisionalnya. Namun, apa yang sebenarnya terjadi di Kodak jauh lebih rumit dan instruktif. Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab kegagalan kodak:

Kesulitan transisi teknologi
Transisi dari analog ke digital imaging membawa beberapa tantangan. Digital imaging didasarkan pada platform teknologi semikonduktor yang tujuan umumnya tidak memiliki hubungannya dengan pembuatan film dan teknologi semikonduktor berada jauh di luar kemampuan inti Kodak dan kemampuan organisasionalnya.

Penurunan skala
Penurunan skala juga merupakan masalah besar bagi Kodak dalam jaringan distribusi ritelnya. Begitu volume penjualan film di toko ritel mulai turun, memegang ruang rak menjadi lebih sulit. di di pasar lain dipengaruhi oleh impor murah, fragmentasi pasar, atau penurunan produk secara siklis karena produk yang lebih baru dan lebih canggih diperkenalkan.

Masalah ekosistem
ada dua masalah disain ekosistem. Pertama, saat fotografi analog menurun, tidak ada alasan bagi retailer untuk setia terhadap produk Kodak tetapi banyak yang lebih senang menggunakan bahan kimia dan kertas dari Fuji. Kedua, manajemen Kodak tidak sepenuhnya menyadari bahwa munculnya digital imaging akan menimbulkan konsekuensi yang mengerikan bagi masa depan pencetakan foto.

Referensi:
The Real Lessons From Kodak’s Decline

Ada beberapa faktor mengapa Kodak gagal dalam penjualan filmnya, yang pertama adalah perubahan yang merupakan poin penting karena menjadi salah satu kesulitan yang dialami oleh kodak. Perubahan adalah kemampuan organisasi melakukan dinamika dan melakukan penyesuaian pada inti perusahaan untuk merespon permintaan pasar.

Salah satu faktor kegagalan kodak adalah ketidakmampuan organisasi untuk menghasilkan perubahan yang akhirnya membuat kodak mempekerjakan George Fisher untuk membuat perubahan. Untuk membantu kodak menjadi perusahaan digital dan menciptakan pola pikir digital. Fisher akhirnya memisahkan divisi foto tradisional yang masih menggunakan film dan membuat divisi baru untuk foto digital.

Di Kodak, manajer senior gagal mewujudkan perubahan besar dalam organisasi akibat dari kekakuan didalam organisasi yang berasal dari kesuksesan kodak di masa lalu yang menghambat. Salah satu kekakuan tersebut adalah kompetensi pegawai yang mengacu pada kompetensi lama bukan pada fotografi dan teknologi digital. Perbedaan antara bisnis tradisional dan modern sangat berbeda mulai dari tempo hingga ketrampilan yang dibutuhkan.

Budaya manufaktur lama terus menghambat usaha Fisher untuk mengubah Kodak menjadi perusahaan pertumbuhan berteknologi tinggi. Fisher mungkin telah mampu merubah midset dan budaya kerja top level management akan tetapi dia gagal pada middle level management yang mereka tidak paham sama sekali tentang dunia digital.

Yang kedua adalah budaya didalam organisasi , yang beranggapan bahwa produk kodak adalah film. Monopoli kodak pada pasar film yang berlangsung lama juga berpengaruh pada kaku nya pola pikir atau mindset mereka. Mereka juga gagal dan meremehkan pertumbuhan permintaan pasar terhadap kamera digital karena kesalahan perdiksi mereka. Budaya organisasi kodak yang terlalau kaku dan mengutamakan hierarki mengakibatkan kurangnya masukan dan inovasi di dalam perusahaan hanya karena perbedaan hierarki.

Referensi

Henry C. Lucar Jr. and Jie Mein Goh. 2009. Disruptive technology: How Kodak missed the digital phorography revolution. Journal of Strategic Information Systems.