Mengapa sebuah perusahaan atay startup memerlukan Exit Strategy?

Exit Strategy atau Exit Plan adalah sebuah pendekatan yang direncanakan untuk mengakhiri situasi dengan cara yang akan memaksimalkan keuntungan dan / atau meminimalkan kerusakan. Dalam bisnis, exit strategy adalah sebuah rencana strategis pengusaha untuk menjual investasinya di sebuah perusahaan yang ia dirikan. Sebuah exit strategy memberikan seorang pemilik bisnis cara untuk mengurangi atau menghilangkan sahamnya di dalam bisnis dan, jika bisnis tersebut berhasil, membuat keuntungan yang cukup besar. Jika bisnis tersebut tidak berhasil, sebuah exit strategy memungkinkan pengusaha untuk membatasi kerugian.

Mengapa anda perlu ‘Exit Strategy’ atau ‘Exit Plan’?

Ada dua alasan yang sangat nyata dan praktis mengapa mengapa anda perlu exit strategy:

  1. Investor luar ingin mengambil laba mereka. Ingat bahwa investasi ekuitas tidak seperti pinjaman dengan bunga. Investor tidak mendapatkan laba sampai ia “cash out”, atau perusahaan tersebut dijual. Bahkan tiga tahun adalah waktu yang lama untuk menunggu satu gaji.

  2. Pengusaha mencintai seni dari memulai. Dengan asumsi startup anda lepas landas, anda mungkin akan menemukan bahwa kesenangan tersebut hilang ketika anda memiliki 50 karyawan, atau beberapa juta dalam pendapatan. Dalam tiga sampai lima tahun, anda akan ingin memulai sebuah entitas baru, dengan ide-ide baru yang telah dibangun dalam pikiran anda, dan kepastian bahwa anda dapat menghindari semua lubang saat anda memulai pertama kali.

‘Exit Strategy’ yang paling umum

  1. Merger & Akuisisi (M & A). Hal ini biasanya berarti penggabungan dengan sebuah perusahaan yang sejenis, atau dibeli oleh perusahaan yang lebih besar. Ini adalah situasi yang saling menguntungkan ketika perusahaan memiliki keterampilan yang saling melengkapi, dan dapat menghemat sumber daya dengan penggabungan. Untuk perusahaan besar, itu cara yang lebih efisien dan lebih cepat untuk meningkatkan pendapatan mereka daripada menciptakan produk baru secara organik.

  2. Initial Public Offering (IPO). Cara ini dulunya lebih disukai, dan merupakan cara cepat untuk mendapatkan kekayaan. Tapi karena Internet bubble atau dot-com bubble pada tahun 2000, tingkat IPO telah menurun setiap tahun sampai tahun 2010, dan sekarang sekitar 15%. Pendekatan ini tidak disarankan untuk startups hari ini. Pemegang Saham yang yg banyak permintaannya, dan kekhawatiran ketidakbebasan yang tinggi.

  3. Menjual ke individu yang ramah. Ini bukan M & A, karena tidak menggabungkan dua entitas menjadi satu. Namun itu adalah cara yang bagus untuk “cash out” sehingga Anda dapat membayar investor, membayar diri sendiri, mengambil beberapa waktu istirahat, dan bersiap untuk bersenang-senang lagi. Pembeli yang ideal adalah seseorang yang memiliki keterampilan dan ketertarikan di sisi operasional bisnis.

  4. Buatlah itu menjadi “Cash Cow” anda. Jika anda berada di pasar yang stabil, aman, dengan bisnis yang memiliki aliran pendapatan yang stabil, melunasi investor, menemukan seseorang yang anda percaya untuk menjalankannya untuk anda, sementara anda menggunakan uang tunai yang tersisa untuk mengembangkan ide bagus anda berikutnya. Anda mempertahankan kepemilikan dan menikmati tunjangan hidup.

  5. Likuidasi dan tutup. Bahkan pengusaha seumur hidup dapat memutuskan bahwa sudah cukup. Salah satu exit strategy yang sering diabaikan adalah hanya untuk “shutdown”, menutup pintu bisnis, dan melikuidasi.

Referensi

  1. What is exit strategy?.
  2. Business Exit Strategy.
  3. Five Smart Exit Strategies.

Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang exit strategy, berdasarkan artikel Build Your Business With The Best Exit Strategy In Mind yang ditulis oleh MentorMojo, ditulis kembali pada dailysocial.id

Apa exit strategy terbaik?

Tentukan tujuan Anda mendirikan startup. Apakah Anda mencintai industri yang dijalankan? Apakah Anda ingin menjadi pemimpin? Apakah Anda tertarik untuk memiliki enterprise yang besar?

Intinya adalah Anda sebagai founder wajib untuk mengetahui definisi dengan benar apa itu exit strategy, yaitu memisahkan diri dari perusahaan (apakah Anda menjadi bagian atau tidak). Pada akhirnya exit strategy akan menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan apakah itu berdasarkan keputusan atau alasan lainnya.

Exit strategy startup


Ada beberapa langkah yang harus dilewati agar perusahaan Anda bisa dengan mudah melakukan exit strategy. Diantaranya adalah melakukan semua rutinitas secara otomatis, mulai dari menciptakan sistem atau panduan secara lengkap setiap tahapnya dan membuat manual yang nantinya bisa berguna untuk calon pembeli. Hingga memanfaatkan tools pihak ketiga yang bisa membantu menyelesaikan pekerjaan untuk perusahaan.

Dengan sistem yang telah berjalan secara otomatis, nantinya akan memudahkan Anda untuk lebih fokus kepada pertumbuhan dan membantu pemilik yang baru ketika pada akhirnya Anda memutuskan untuk menjual.

Pastikan Anda sebagai pemilik startup memberikan keyakinan dan pengertian yang bijak kepada karyawan, agar tetap bisa mengembangkan kinerja saat perusahaan telah beralih kepemilikan.

Jika semua langkah tersebut telah berhasil diterapkan, besar kemungkinan Anda akan mendapatkan peminat yang cukup besar jumlahnya untuk membeli perusahaan Anda.

Harga jual perusahaan

Banyak startup yang akhirnya gagal untuk menjual perusahaan akibat dari terlalu tinggi menetapkan harga jual. Yang perlu diperhatikan adalah berapa nilai jual perusahaan Anda ditentukan oleh harga yang ditawarkan oleh pihak pembeli. Intinya adalah, jika perusahaan Anda terbilang sukses, memiliki jumlah traksi dan pengguna yang besar semua aspek tersebut akan mempengaruhi keseluruhan harga jual perusahaan.

Tetapkanlan harga jula yang ‘masuk akal’ saat Anda hendak menjual perusahaan, seperti ketika Anda sedang melakukan penggalangan dana kepada investor. Jika harga telah ditetapkan dengan tepat, besar kemungkinan Anda akan mendapatkan keuntungan yang setara dengan nilai perusahaan.

Ketentuan exit strategy dalam business plan

Jika Anda berencana untuk membuat business plan yang konvensional untuk pihak bank atau pitch deck kepada investor, biasanya mereka akan menanyakan seperti apa exit strategy startup Anda.

Hal ini akan mempengaruhi keputusan pihak-pihak terkait atas jaminan keamanan uang dan investasi yang nantinya akan diberikan dan nilai dari perusahaan. Selain itu pihak-pihak terkait tersebut juga ingin mendapatkan jumlah pengembalian yang cukup besar ketika startup Anda menjalankan bisnisnya dengan lancar.

Idealnya adalah untuk memberikan timeline pengembalian dan tunjukkan bagaimana Anda sebagai pendiri mengimplementasikan rencana tersebut. Dengan demikian masing-masing pihak akan mendapatkan hasil yang bisa diterima dengan baik.

Kesimpulannya adalah, apakah Anda membangun perusahaan dari awal atau startup Anda berencana untuk melakukan exit secepatnya, tentukan terlebih dahulu apa yang ingin Anda lakukan sebagai seorang Founder.

Apabila didalam penentuan exit strategy anda memilih opsi menjual perusahaan anda, ada beberapa hal yang perlu anda perhatikan, mengutip dari artikel 7 Langkah Sukses (dan Menguntungkan) Meninggalkan Bisnis Anda

Jangan biarkan kepemimpinan Anda rusak.

Hal pertama dan yang utama adalah menyadari sepenuhnya bahwa Anda tidak atau belum meninggalkan bisnis, sehingga Anda harus terus proaktif dalam memimpin.

Terlebih jika Anda ingin menjual bisnis atau atau menyerahkan kendali bisnis pada seseorang, Anda perlu tetap terdepan, kompetitif, dan tetap fokus pada kesuksesan bisnis.

Inisiatif kepemimpinan kedua yang perlu Anda ambil – dan ini agak personal adalah: menyiapkan diri untuk mendirikan bisnis sebagai jalan Anda untuk keluar.

Sadar bahwa Anda mengenakan “dua topi”.

Saat membuat exit strategy, Anda mengontrol dua hal yang tidak terkait: jalan keluar Anda sendiri dan menjaga perusahaan berjalan lancar.

Kedua ‘topi’ ini kadang-kadang memerlukan perhatian lebih dari Anda pada waktu tertentu. Artinya Anda mungkin perlu memberikan lebih banyak tanggung jawab kepada bawahan Anda.

Memakai dua ‘topi’ lebih sulit dari yang dibayangkan. Misalnya, kapan memberitahu karyawan Anda? Bagaimana mengatasi rumor yang beredar? Bagaimana Anda menjelaskan ketidaktertarikan Anda secara tiba-tiba terhadap rutinitas keseharian?

Ini adalah pertanyaan penting yang memerlukan jawaban yang dipikirkan dengan baik, karena tidak semua perundingan penjualan sukses, dan jarang sekali hal itu terjadi pada timeline Anda.

Fokuslah pada aset Anda.

Aset tidak saja mengacu pada nilai moneter dari perusahaan Anda – inventaris, properti, dan bahkan keuntungan yang diharapkan dapat dihasilkan di masa mendatang. Hal tersebut juga mencakup para karyawan, pengetahuan institusional mereka, basis pelanggan, dan banyak lagi. Pastikan bahwa tidak ada hal-hal yang lolos dari radar fokus Anda saat merencanakan exit strategy.

Memiliki pemahaman yang tepat tentang aset bisnis menjadi hal yang sangat penting. Karena hal tersebut akan menempatkan Anda pada posisi terbaik untuk memastikan Anda memilih seorang pembeli atau penerus yang memahami dan memiliki kemampuan keuangan, pengalaman, dan pengetahuan bisnis serta konsep bisnis pada umumnya.

Ketika membuat rencana, jangan terburu-buru

Maksudnya adalah, kapan pun Anda bisa meninggalkan bisnis, hanya saja diperlukan rencananya yang matang. Perencanaan tersebut mencakup pada tiga faktor utama, yaitu:

  • Mengidentifikasi siapa yang akan menjadi pembeli terbaik Anda.
  • Mengukur nilai bisnis Anda hari ini dan bandingkan dengan apa yang ingin Anda memiliki saat Anda keluar.
  • Pertimbangan waktu yang optimal untuk meninggalkan bisnis.

Tentunya, tidak ada masalah mengubah exit strategy – karena setelah semua terjadi, pasar akan berubah, demikian juga daftar pembeli potensial. Tapi fakta yang tidak berubah adalah jika Anda tidak memiliki rencana exit strategy, akhirnya seseorang atau sesuatu yang lain akan melakukannya.

Memulai proses tersebut lebih awal akan membantu Anda fokus pada perencanaan bisnis dan upaya yang diperlukan untuk melakukannya. Selain itu, Anda dapat memaksimalkan nilai dari semua aset bisnis. Hal ini akan memberikan Anda lebih banyak waktu dan persiapan yang cukup.

Bersiaplah untuk (potensi) pasar dengan cara baru.

Jika Anda memutuskan untuk menutup bisnis, pemasaran produk Anda akan melambat dan akhirnya berhenti. Jika Anda mengalihkan kendali bisnis pada seseorang, pastikan dia mengetahui apa yang selama ini cocok dengan perusahaan, dan apa yang akan mereka ubah dan coba selanjutnya.

Namun jika Anda memutuskan untuk menjualnya, Anda akan memiliki dinamika baru yang perlu dipertimbangkan. Di samping pemasaran produk dan merek bisnis, Anda akan perlu untuk berhasil memasarkan bisnis Anda.

Menyusun strategi seperti seorang pemenang.

Pasar adalah sebuah medan perang, dan pertempuran tidak pernah berakhir. Pada kenyataannya hal itulah yang membuat banyak pebisnis memutuskan untuk mundur, karena mereka mengalami “kelelahan dalam bertempur”.

Jika, meskipun Anda berniat menutup bisnis atau mewariskannya kepada anggota keluarga yang lain, maka tuntutan untuk berperang di wilayah perang ini akan berakhir. Anda hanya perlu mempertahankan apa yang telah dicapai sampai Anda meninggalkannya.

Namun, lain ceritanya bila Anda memilih untuk menjualnya. “Peperangan” yang baru menanti Anda di depan sana.

Tujuan utama dalam ‘zona perang’ baru ini adalah untuk menjual bisnis Anda dengan nilai maksimum dan terstruktur untuk meminimalkan pajak.

Strategi pertempuran Anda akan meliputi tentang bagaimana memamerkan bisnis Anda sehingga siap untuk dijual, mengembangkan kriteria memilih kandidat terbaik Anda, membuat daftar calon yang memiliki kemampuan untuk membayar, menyusun pembeli informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi bisnis Anda , dan banyak lagi. Jelas, persiapan matang adalah kuncinya.

Kabar baiknya adalah, sebagai pemilik bisnis sukses, Anda sudah tahu bagaimana cara menyiapkan perusahaan untuk siap bertempur. Caranya dengan memastikan bisnis berjalan secara optimal dan mampu bersaing di pasar secara agresif. Sekali lagi, pastikan Anda tidak hanya memberikan perhatian ke salah satu ‘zona perang’ saja dan mengabaikan yan lain.

Gunakan pengetahuan bisnis Anda untuk bekerja.

Pengetahuan bisnis secara umum melampaui industri itu sendiri. Semakin banyak Anda tahu tentang pasar, cara kerja persaingan, memaksimalkan aset, dan lainnya, semakin akurat Anda akan mampu menghargai bisnis Anda. Anda juga akan lebih mudah untuk membenarkan penilaian aset dan kekayaan bisnis Anda secara keseluruhan.

Pada akhirnya, Anda perlu memiliki pemahaman yang solid tentang bisnis terlebih dahulu untuk diimplementasikan ke dalam perusahaan. Dengan begitu perusahaan dapat berjalan dengan baik. Setelah itu tercapai barulah Anda bisa melakukan apa yang ingin dilakukan sekarang.

Semakin Anda mendidik diri sendiri dan semakin cermat Anda merencanakannya, semakin besar kemungkinan Anda membuat exit strategy yang tepat. Ingat, keputusan dan fokus Anda saat ini akan menentukan apa yang bisnis dan Anda sendiri warisankan di masa mendatang.