Mengapa kita bisa lupa?

image

Lupa mungkin menjadi kasus yang sering dialami oleh sebagian besar orang-orang yang ada di dunia. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampai tua pun juga tak luput dari kata “lupa”.

Lupa adalah kehilangan kemampuan untuk menyebutkan atau memproduksi kembali mengenai hal-hal yang sebelumnya telah dipelajari seseorang. Lupa dianggap sebagai bentuk ketidakmampuan dalam mengenal maupun mengingat sesuatu yang sebelumnya pernah dialami atau dipelajari. Sehingga lupa bukan merupakan kondisi dimana kehilangan informasi dan pengetahuan yang ada di dalam akal manusia. Gulo dan Reber

Mengapa kita bisa lupa ?

Beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang mudah lupa, yaitu :

  1. Kadar Gula Darah Tinggi
    Memori yang tersimpan dalam otak bisa saja terganggu diakibatkan kadar gula darah yang cukup tinggi. Kondisi ini akan menganggu bagian otak yang berkaitan dengan memori. Sehingga jika dalam keluarga anda memiliki riwayat kencing manis, maka akan lebih baik untuk mengendalikan asupan gula. Jangan lupa untuk melakukan tes gula secara rutin dan mengatur pola makan yang sehat. Selain itu aktiflah beraktifitas seperti berjalan kaki yang dapat mencegah diabetes.

  2. Kurang Istirahat
    Manusia membutuhkan istirahat untuk bisa menyimpan memori yang baru. Dalam sebuah penelitian, responden yang memiliki waktu tidur 6 jam setiap malamnya selama kurun waktu 2 minggu mungkin tidak akan merasa kekurangan waktu tidur. Namun setelah dilakukan tes memori substansial, didapatkan hasil jika mereka kesulitan dalam mengingat memori jangka pendek. Sehingga penting untuk istirahat cukup setiap harinya. Jika memang anda tidak bisa, lakukan tidur pendek saat tubuh merasa lelah, kurang lebih sealam 6 menit saja. Ini akan efektif meningkatka kerja proses memori yang penting di dalam otak.

  3. Kebiasaan Mendengkur
    Tak hanya dapat menganggu nyamannya tidur, namun kebiasaan ini juga bisa menurunkan daya ingat. Ketika tidur dengan mendengkur, saluran napas akan terhambat sehingga dapat memotong pasokan oksigen selama beberapa detik dan menyebabkan sel-sel yanga da di dalam otak menjadi kelaparan.

  4. Mengalami Depresi
    Depresi nyatanya juga menjadi salah satu penyebab lupa yang sering terjadi. Apalagi jika sampai penderitanya mengalami depresi berat, tentu saja akan berpengaruh pada sel-sel di dalam otaknya. Ketika otak mengalami depresi, maka bisa saja hal ini akan membunuh sel-sel di dalam otak yang menyebabkan daya ingat menjadi menurun. Jika anda memang mengalami depresi, sebaiknya segera mencari terapi psikologi untuk depresi sehingga tidak sampai menyebabkan banyaknya sel-sel otak yang hilang dan membuat daya ingat menjadi sulit ditingkatkan.

  5. Metabolisme Menurun
    Jika kondisi ini terjadi pada anda, mungkin bisa saja disebabkan karena masalah tiroid. Hormon tiroid bekerja untuk mengontrol metabolisme di dalma tubuh. Jika produksinya terlalu sedikit atau banyak tentunya bisa menganggu sel-sel di dalam otak dan memperlambat informasi yang masuk ke dalam otak. Untuk solusinya, anda bisa mencoba memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Mengapa kita bisa lupa?

Berikut beberapa pandangan yang ada:

1. Decay Theory
Pandangan pertama tentang penyebab mengapa kita bisa lupa adalah decay theory. Decay theory ini merupakan sebuah teori dan pandangan bahwa kita bisa menjadi lupa karena lama kelamaan ingatan yang disimpan di dalam otak kita akan semakin aus dan aus (decay) apabila tidak diulang-ulang secara konsisten.

Hal ini menegaskan bahwa seseorang bisa mengalami lupa terhadap suatu hal ketika tidak memperkuat ingatannya selama bertahun-tahun atau jangka waktu yang sangat lama.

Misalnya saja, seorang suami yang lupa bagaimana cara membuat layangan pada masa kecilnya, karena sudah tidak pernah membuat layangan lagi selama lebih dari 30 tahun.

Namun demikian, ingatan ini sebenarnya bisa dimunculkan kembali dengan beberapa proses tertentu, karena ingatan ini bukan hilang, hanya saja masih ada di alam bawah sadar anda.

2. Interferensi
Pandangan mengenai mengapa kita bisa lupa berikutnya adalah karena adanya interferensi. Interferensi merupakan kondisi dimana terdapat informasi baru yang tidak sejalan dengan informasi lama, sehingga hal ini akan menutup informasi lama, dan membuat kita lupa.

Terdapat dua macam interferensi yang bisa menyebabkan lupa, yaitu:

  • Interferensi retroaktif, yaitu munculnya lupa karena adanya informasi baru yang menumpuk di atas informasi yang sudah ada sebelumnya. Contohnya: Ingatan anda tentang mantan kekasih anda akan hilang karena saat ini, anda sudah memiliki pasangan yang lebih baik dibandingkan mantan kekasih anda terdahulu.

  • Interferensi proaktif, merupakan kebalikan dari retroaktif, dimana anda akan sulit mempelajari hal-hal baru, karena ingatan lama anda masih tertanam kuat. Contohnya adaah: Anda tidak bisa menjalin hubungan percintaan yang serius, karena masih belum bisa move on dari mantan kekasih anda

3. Retrieval Failure
Retrieval failure merupakan salah satu penyebab mengapa kita bisa lupa karena adanya kekurangan informasi dan petunjuk dalam mengingat sesuatu. Hal ini biasanya terjadi ketika kita dihadapkan pada situasi yang kabur dan kurang jelas. Hal ini membuat otak kita tidak mampu untuk melihat sebenarnya apa saja yang harus diingat, karena ciri-ciri ataupun petunjuk yang kurang. Contohnya adalah : Anda bertemu dengan teman lama, namun karena wajahnya sudah berubah, maka anda kesulitan untuk mengingat namanya. Hal ini disebabkan kurangnya petunjuk yang bisa diproses oleh kognisi anda, sehingga anda menjadi lupa.

Sumber:

Memori orang meskipun seringkali bersifat reliabel namun terkadang juga dapat kurang akurat. Gejala ketidakakuratan memori manusia oleh Schacter (1999) dinilai dan digolongkan sebagai 7 dosa, yaitu kesementaraan (transience), linglung (absent‐ mindedness), bloking (blocking), salah atribusi (misattribution), sugestibilitas (suggestibility), bias (bias), dan persistensi (persistence).

Sifat kesementaraan menggambarkan bahwa informasi yang tidak diambil kembali (retrieve) dan direpetisi (rehearsal) akan memudar dan menghilang secara pelan‐pelan sejalan dengan berjalannya waktu.

Penelitian Scoville dan Millner yang dilakukan tahun 1957 menemukan bahwa penderita amnesia karena kerusakan lobus temporal medial, meliputi struktur hipokampus dan sekitarnya, mengakibatkan si pasien mengalami kelupaan jangka‐panjang yang parah. Pasien tersebut mampu mengingat informasi di memori jangka‐pendek, namun jika ada distraksi atau penundaan maka mereka lupa dengan kejadian yang dialami.

Penelitian dengan fMRI dan PET menemukan peran lobus temporal medial dalam proses penyandian (encoding) dan pengambilan kembali (retrieval) informasi. Daerah posterior dari lobus temporal kiri serta daerah bawah lobus frontal kiri lebih aktif selama tahapan penyandian stimulus kata‐kata yang nantinya dapat diingat dibanding kata‐kata yang akan dilupakan. Sebaliknya, dengan stimulus gambar maka parahipokampal dan prefrontal kanan akan lebih aktif selama menyandi gambar yang nantinya diingat dibanding gambar yang nantinya dilupakan.

Linglung (absent‐mindedness) terjadi karena perhatian yang kurang memadai terhadap informasi pada saat menyandi atau mengambil kembali informasi atau karena informasi yang diperhatikan diproses secara superfisial. Linglung dalam proses menyandi informasi merupakan sumber kegagalan memori dalam kehidupan sehari‐hari, seperti misalnya lupa tempat dimana menaruh kunci mobil yang baru saja diletakkan.

Kesimpulan sementara adalah proses penyandian ling‐ lung kurang mengaktifkan daerah prefrontal inferior kiri dan parahipokampal. Linglung juga terjadi pada saat pengambilan kembali informasi seperti ketika orang lupa melakukan tugas tertentu atau fungsi tertentu.

Kelupaan ini seringkali dikaitkan dengan kegagalan dalam memori prospektif, yaitu memori untuk melakukan tindakan tertentu di masa datang seperti lupa harus minum obat dokter nanti malam habis makan jam 20.00 WIB (berbasis waktu) atau lupa memberikan pesan orang tua kepada teman saat teman itu bertemu dengan anda (berbasis peristiwa). Memori prospektif juga berkaitan dengan kegiatan aktif lobus frontal kanan dan lobus frontal kiri.

Bloking menggambarkan ketidakmampuan mengakses memori meskipun informasi telah disandi secara mendalam dan tidak menghilang sejalan dengan waktu. Disimpul‐ kan sementara bahwa hambatan mengambil kembali informasi dalam memori semantik (misal nama orang) berhubungan dengan daerah anterior lobus temporal kiri.

Terdapat tiga teori yang dapat menjelaskan gejala kelupaan yaitu ; teori pemudaran (decay theory), teori interferensi (interference theory) (Anderson, 1995; Sternberg, 2006) serta teori ketergantungan pada tanda (cue‐dependent theory) (Ellis & Hunt, 1993).

Teori Pemudaran (Decay Theory)


Teori pemudaran menyatakan bahwa informasi yang disimpan akan semakin melemah sehingga informasi itu akan sulit diambil kembali dari tempat penyimpanan dan bahkan akan hilang seiring dengan waktu yang berjalan jika informasi tersebut tidak digunakan.

Penelitian yang dijadikan bukti bahwa telah terjadi pemudaran adalah penelitian Brown di Inggris yang dilakukan pada tahun 1958 dan penelitian Peterson dan Peterson yang dilakukan di Amerika pada tahun 1959. Oleh karena kedua penelitian tersebut mirip maka dewasa ini kedua penelitian itu digabung dengan diberi nama prosedur Brown‐Peterson.
Prosedur eksperimen Brown‐Peterson sesungguhnya cukup sederhana. Suku kata tak bermakna (nonsense syllables) atau yang dikenal dengan trigrams (misalnya K, B, F) disajikan selama tiga detik. Agar supaya subjek tidak mencoba menghafalkan suku kata tak bermakna dengan cara mengulang‐ulang dalam hati atau dengan mengucapkannya maka subjek diminta menghitung mundur tiga angka‐tiga angka dari satu bilangan tertentu.

Misalnya, subjek diminta menghitung mundur bilangan 300 tiga angka demi tiga angka, jadi 300, 297, 294, 291 dan seterusnya. Cara ini bertujuan untuk membuat agar subjek sibuk menghitung mundur dan tidak punya kesempatan menghafalkan ketiga suku kata tak bermakna tadi.

Metode ini disebut pencegahan pengulangan (rehearsal prevention). Lamanya subjek melakukan tugas menghitung mundur tersebut berbeda‐beda, mulai dari 0 sampai dengan 18 detik. Sesudah tugas menghitung mundur selesai dilakukan, maka subjek diminta untuk melaporkan kembali (recall) apa saja huruf yang telah disajikan kepadanya.

Situasi eksperimen diatas berakibat pada penurunan secara drastis prosentase suku kata tak bermakna yang dapat diingat dan dilaporkan kembali oleh subjek. Hanya dalam waktu 18 detik sesudah informasi dalam bentuk trigram disajikan, maka informasi sudah hilang dari memori jangka pendek. Hilangnya informasi secara cepat ini disebabkan karena informasi itu mengalami pemudaran oleh karena informasi itu tidak digunakan lagi.

Hal yang penting juga adalah bahwa ternyata untuk mempertahankan agar informasi itu tetap ada didalam memori jangka‐pendek maka peran pengulangan (rehearsal) sangat penting. Orang harus mengulang‐ulang atau merepetisi informasi yang telah diperolehnya agar informasi itu bisa bertahan dalam memori jangka‐pendek sehingga tidak gampang hilang.

Pengulangan tidak hanya penting bagi bertahannya informasi di memori jangka‐ pendek, namun juga berlaku untuk mempertahankan informasi di memori jangka‐panjang. Pengulangan dapat dibagi menjadi dua, yaitu rote atau maintenance rehersal, dan elaborative rehearsal (Ellis & Hunt, 1993; Matlin, 1998).

  • Rote atau maintenance rehearsal menunjuk pada sekedar pengulangan informasi atau menghafalkan. Misalnya, kita ingin membeli sayur‐mayur yang terdiri dari kubis, seledri, wortel, bayam, kentang, kewarung tetangga, Kita hanya menghafalkan kelima sayuran yang akan kita beli itu dengan cara mengulang‐ulangnya dalam hati atau mengucapkannya berkali‐kali.

  • Elaborative rehearsal menunjuk pada usaha mengkaitkan satu informasi dengan informasi lain. Misalnya, untuk mengingat kata‐kata anjing, kucing, pohon, maka kita akan membuat imajinasi bahwa ada seekor anjing mengejar kucing sampai diatas pohon.

Teori Interferensi

Teori pemudaran memori menjelaskan bahwa jika informasi yang telah didapat dan disimpan dalam memori tidak digunakan maka informasi akan memudar dan hilang seiring berjalannya waktu. Penelitian Brown‐ Peterson diatas menemukan bahwa perja‐ lanan waktu yang memudarkan informasi dalam memori bahkan hanya 18 detik. Hal ini merupakan kelupaan dalam memori jangka pendek (Short‐term Memory/STM). Selain pemudaran memori, informasi yang telah tersimpan dalam sistem memori dapat dilupakan karena kegiatan lain. Kegiatan itu akan mengganggu/mencampuri (interference) atau menghambat (inhibition) pengingatan informasi yang telah tersimpan.

Terdapat dua sumber interferensi, yaitu ; interferensi retroaktif (retroactive interference) dan interferensi proaktif (proactive interference).

  • Interferensi retroaktif menunjukkan bahwa memori tentang informasi yang telah dipelajari terdahulu akan diganggu oleh informasi yang baru saja dipelajari.

    Misalnya, memori kita mengenai bahan‐bahan yang dipelajari pada matapelajaran biologi mungkin akan terganggu oleh bahan‐bahan yang dipelajari pada mata pelajaran fisika yang diberikan sesudah mata pelajaran biologi.

  • Interferensi proaktif menunjukkan bahwa informasi yang telah dipelajari terdahulu akan menganggu memori tentang informasi yang baru saja dipelajari.

    Misalnya, memori mengenai bahan‐bahan yang diajarkan dalam mata pelajaran fisika akan terganggu oleh bahan‐bahan mata pelajaran biologi yang diajarkan sebelum mata pelajaran fisika.


Gambar Urutan kejadian dalam interferensi retroaktif dan proaktif (Ellis & Hunt).

Mengapa terjadi peristiwa interferensi oleh bahan lain yang diajarkan sebelum atau sesudah bahan yang menjadi sasaran untuk diingat?

Ada dua teori yang dapat menjelaskan gejala interferensi, yaitu ; kompetisi respons dan unlearning (Ellis & Hunt, 1993).

  • Kompetisi respons akan terjadi jika dua tanda‐tanda (cues) yang sama berasosiasi dengan dua stimulus yang berbeda.

    Misalnya, konsep “kepribadian” akan dirumuskan secara berbeda oleh aliran psiko‐ analisis dan aliran Gestalt. Seandainya aliran psikoanalisis dipelajari terlebih dahulu daripada aliran Gestalt, maka ketika kita mempelajari konsep “kepribadian” dalam kuliah psikologi Gestalt akan terjadi kompetisi respons. Rumusan “kepribadian” menurut aliran psikoanalisis akan berkompetisi dengan rumusan “kepribadian” versi psikologi Gestalt.

  • Konsep unlearning menggambarkan bahwa jika satu respons terhadap stimulus tertentu ternyata salah, maka respons salah itu akan tidak diperkuat. Kita belajar bahwa respons kita salah sehingga karena tidak ada penguatan/reinforsemen maka asosiasi antara stimulus dan respons itu menjadi melemah.

    Misalnya, rumusan “kepribadian” dipelajari di kelas psikoanalisis terlebih dahulu dan kemudian baru dipelajari dikelas psikologi Gestalt. Ketika dikelas Psikologi Gestalt, maka jika kita ditanya mengenai konsep “kepribadianʺ menurut Gestalt dan kita menjawab dengan rumusan dari psikoanalisis, maka jawaban kita salah. Hal ini akan membuat asosiasi antara rumusan “kepribadian” menurut psikoanalisis dengan “kepribadian” akan melemah, sehingga kita akan kurang mengingat rumusan kepriba‐ dian menurut psikoanalisis.

Teori Kelupaan Karena Ketergantungan Pada Tanda (Cue‐Dependent Forgetting)


Informasi dalam memori jangka‐panjang ada kemungkinan bersifat permanen. Informasi yang masuk dalam memori jangka‐panjang akan tetap berada disitu selamanya. Hanya saja, kegagalan untuk mendapatkan akses pada informasi di memori jangka‐panjang bisa saja terjadi, sehingga kita jadi lupa. Kegagalan untuk mendapatkan akses informasi yang telah tersimpan disebabkan tanda‐tanda yang dipakai untuk mendapat‐ kan akses informasi adalah tidak efektif atau tidak tepat. Maka dapat dikatakan, kelupaan adalah masalah kegagalan mengambil kembali informasi yang telah disimpan dalam memori akibat tanda‐tanda yang kurang tepat.

Misalnya, seorang guru kita di SD dulu (30 tahun lalu) ada yang bernama pak Suharto dengan ciri‐ciri tinggi besar, berkulit hitam, berkumis tebal, ramah dan suka bermain gitar. Hari ini kita bertemu dengan bekas teman kita di SD dan ia lupa nama pak Suharto. Kita memberi tahu kepadanya bahwa pak Suharto itu laki‐laki yang sudah nikah dan tetap saja bekas teman kita itu tidak mampu mengingat nama pak Suharto. Baru ketika kita bilang bahwa pak Suharto itu berbadan tinggi berkulit hitam, maka bekas teman tersebut langsung bisa menyebutkan nama pak Suharto.

Sumber : Marnio Pudjono, Teori‐teori kelupaan, Universitas Gadjah Mada

Referensi
  • Anderson, J. R. (1995). Learning and Memory: An integrated approach, 4th Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York: NY
  • Ellis, H., & Hunt, R. R. (1993). Fundamentals of Cognitive Psychology, 5th Edition. Wm C. Brown Communications, Inc, Dubuque: Iowa.
  • Matlin, M. W. (1998). Cognition, 4th Edition. Harcout Brace CollegePublisher: Fort Worth: Texas.
  • Schacter, D.L. (1999). The Seven Sins of Memory: Insight from Psychology and Cognitive Neuroscience. American Psych‐ ologist, 54, 3, 182‐203.
  • Sternberg, R. J. Cognitive Psychology. (2006), 4th Edition. Harcourt‐Brace College Publi‐ sher, Fort Worth: TX.