Mengapa Induk Hamster Bisa Kanibal?

meski hamster hewan yang lucu, namun ketika mereka merasakan stress mereka juga menjadi hewan yang kanibal. buat kalian harus mencegah dan merawatnya dengan baik agar tidak kanibal, berikut penjelasannya

dibalik tampilannya yang menggemaskan, induk hamster bisa menjadi pembunuh berdarah dingin, dengan memakan anaknya atau bayinya sendiri. Sifat dari seekor hamster memang berbeda – beda satu sama lainnya. beberapa hamster ada yang bisa menyusui dan menjaga anak anaknya sampai besar, tetapi ada juga yang sampai tega memakan anaknya sendiri.

Pemelihara hamster tidak bisa berbuat banyak jika hamster melahirkan anak – anaknya dan kemudian dimakan. ketika hamster yang melahirkan tadi memakan anak – anaknya padahal sudah mereka lakukan sendiri agar sang anak hamster tidak dimakan dan hidup sampai besar nantinya. berikut adalah penyebab utama induk hamster bisa kanibal :

  1. stress karena baru pertama kali melahirkan atau melahirkan di usia muda. Induk hamster cenderung untuk memakan anaknya karena dia belum siap untuk menjadi ibu dan si hamster tidak tau bagaimana cara merawat anaknya. sehingga solusinya yaitu jangan mengawinkan hamster di usia muda ( 2 bulan), lebih baik dikawinkan setelah umur 4 bulan sehingga mereka siap mental untuk mempunyai anak.

  2. stress karena merasa diawasi oleh pemelihara sehingga induk hamster tidak merasa nyaman. Setelah anak hamster lahir, biasanya induk jadi sangat overprotective pada bayinya, sehingga setiap ada yang membuat induk dan bayinya terganggu, induknya akan stress. Apabila induk stress maka anak pun menjadi korban. solusinya yaitu setelah melahirkan, pemelihara hendaknya meletakkan kandang hamster di temapt yang gelap dan sepi serta jarang dilewati orang. Jangan lupa untuk menutup kandangnya dengan kain gelap atau karton hitam agar dia merasa nyaman karena hamster suka di tempat yg gelap.

  3. kurangnya asupan gizi atau protein. Setelah melahirkan induk akan membutuhkan nutrisi atau gizi yg lebih untuk mengembalikan kondisi fisiknya yg terkuras setelah melahirkan. Jadi solusinya jangan sampai makanan di tempat makannya habis. Apabila induk kekurangan makanan, induk akan berusaha mencari makanan apa saja yang ada di kandang. Jika tidak menemukan, pasti induk akan memakan anaknya sendiri.

  4. serbuk tempat melahirkan diganti dengan serbuk baru. Apabila serbuk bekas induk melahirkan di ganti, induk menyangka ada aroma lain di kandangnya dan itu dianggap membahayaka, jadi induk akan memakan anaknya karena anaknya telah terkontaminasi bau serbuk baru tersebut. solusinya adalah jangan mengganti serbuk temat induk melahirkan sampai anak hamster berumur 3 minggu.

  5. induk betina diganggu oleh induk jantan, tetapi tergantung pada sifat masing-masing jenis hamster. Untuk jenis syrian, begitu hamil dan menyusui, induk jantan harus ditempatkan dalam kandang yang berbeda. Sedangkan untuk jenis campbel, winter white, dan roborovski, induk jantan dapat diletakkan dalam satu kandang karena dapat membantu induk betina mengurus anak-anaknya.

  6. anak cacat dan menurut induk lebih baik anaknya dijadikan sebagai pasokan protein induk daripada hidup merana karena cacat seumur hidup. Terkadang ada anak hamster yang cacat sejak lahir karena kurangnya nutrisi induk semasa hamil sehingga menyebabkan ada anaknya yg lahir dalam keadaan cacat.

  7. si induk merasa cuma bisa merawat bayi lebih sedikit daripada yang dilahirkan. Ada induk yang sekali melahirkan jumlah anaknya bisa 9-12 ekor sehingga dia merasa tidak sanggup untuk merawat bayi yang jumlahnya banyak karena dia takut anaknya tidak mendapat ASI yang cukup.

  8. karena anak hamster telah tersentuh tangan manusia. Induk hamster selalu mengira bahwa bau asing adalah pertanda dari sebuah bahaya. jadi induk akan mencari-cari bau tersebut sampai akhirnya dia menemukan bau tersebut pada tubuh anaknya sehingga lebih baik dia memakannya. solusinya adalah lebih baik jangan sesekali memegang anak hamster, jika hendak dipindahkan lebih baik menggunakan sendok.

Ringkasan

Sadgala, Y. 2010. Merawat Hamster. Agromedia Pustaka. Jakarta.