Mengapa Iblis atau setan dikeluarkan dari surga?

Menurut ajaran Islam, kata setan pada dasarnya memiliki arti sebagai kata sifat, yang bisa digunakan kepada makhluk dari golongan jin, manusia, dan hewan. Kemudian Ibnu Katsir menyatakan pula, bahwa setan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan.

Mengapa Iblis atau setan dikeluarkan dari surga?

Allah SWT menciptakan Nabi Adam sebagai manusia pertama. Penciptaan Nabi Adam membuat iblis tidak senang. Ketika Allah SWT memerintahkan para malaikat dan iblis untuk bersujud serta memberikan penghormatan kepada Nabi Adam, iblis menolaknya. Sebab iblis beranggapan bahwa dirinya memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pada Nabi Adam.

Karena hal itu, Allah pun menegur iblis. Iblis berkilah bahwa dirinya jauh lebih hebat di banding dengan manusia. Dengan sombongnya iblis berkata kepada Allah SWT jika dia diciptakan dari api. Sedangkan manusia diciptakan dari segumpal tanah.

Pernyataan itu membuat Allah murka, kemudian iblis diusir dari surga. Kebencian iblis terhadap Nabi Adam dan umat manusia semakin menjadi. Karena Nabi Adam, iblis terusir dari surga.

Iblis memohon kepada Allah supaya diizinkan menggoda Nabi Adam dan keturunannya kelak. Allah mengabulkan keinginan itu, sehingga bagi mereka yang tergoda akan menemani iblis sebagai penghuni neraka kelak. Allah memberikan waktu kepada iblis untuk menggoda umat manusia hingga hari kiamat.

Iblis bersorak kegirangan, dan bersumpah akan menggoda mati-matian Nabi Adam dan seluruh keturunannya. Kegembiraan iblis semakin bertambah, saat Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam untuk mendampingi Nabi Adam di surga. Iblis sangat senang karena dia dapat melancarkan aksinya untuk menggoda umat manusia.

Di dalam surga terdapat pohon khuldi yang buah-buahnya sangat menggiurkan bagi siapa pun yang melihatnya. Namun sayang, Allah melarang siapa pun untuk memetik dan memakan buah tersebut. Iblis melihat hal tersebut sebagai kesempatan untuk menggoda Nabi Adam dan Hawa untuk mengiming-imingi kelezatan buah khuldi yang tiada tara.

“Makanlah, itu adalah buah yang rasanya paling enak!,” bujuk iblis.

“Tapi, bukanlah Allah telah melarang kami untuk mendekati pohon itu?,” jawab Nabi Adam.

“Oh, itu karena jika kalian memakannya, kalian akan menjadi makhluk yang abadi,” seru Iblis.

Akhirnya terbujuklah, Nabi Adam dan Hawa untuk memetik dan memakan buah tersebut. Setelah mereka berdua makan buah tersebut, tiba-tiba aurat mereka menjadi terbuka dan mereka segera mencari daun-daun di surga untuk segera menutupi auratnya. Iblis tertawa terbahak-bahak karena telah berhasil memperdayai Nabi Adam dan HAwa untuk tidak taat kepada perintah Allah SWT.

Adam dan Hawa yang menyadari bahwa mereka telah berbuat dosa. Mereka lantas langsung berdoa kepada Allah SWT untuk memohon ampun. “Wahai Tuhan kami, kami telah berbuat zalim pada diri kami. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan mengasihani kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi,”. (QS Al-A’raf 7:23)

Sejak saat itu Adam dan Hawa diturunkan ke bumi dan menjadi manusia pertama, dan nenek moyang umat manusia di bumi. Adam dan Hawa diturunkan ke bumi di tempat yang berbeda. Nabi Adam diturunkan di India sedangkan Hawa di tutunkan di Arab. Butuh waktu yang lama untuk Nabi Adam dan Hawa sampai akhirnya bertemu.

Tempat pertemuan Nabi Adam dan Hawa yaitu di padang pasir dan bukit, yaitu Padang Arafah dan Jabal Rahmah. Saat Nabi Adam kelaparan, para malaikat mengajarkan Nabi Adam untuk menanam gandum dan mengolahnya menjadi makanan.

Setelah mereka berdua bertemu kembali, Nabi Adam dan Hawa membangun kehidupan pertama di bumi. Mereka memiliki keturunan pertama kembar laki-laki dan perempuan yang diberi nama Qabil dan Iqlima. Kemudian Hawa melahirkan anak lagi yakni Habil dan Labuda. Beranjak dewasa, Qabil selalu merasa iri pada Habil yang nampak lebih beruntung dari dirinya. Hal ini juga salah satu hasil bujuk rayu iblis.