Mengapa hewan melakukan hibernasi pada musim dingin?

Hibernasi

Hibernasi adalah kondisi dimana terjadi ketakaktifan serta penurunan metabolisme hewan yang ditandai dengan pernapasan lebih pelan, kecepatan metabolisme lebih rendah, serta suhu tubuh lebih rendah. Lalu, apa fungsi dari hibernasi pada hewan?![pli6eloptf|600x330]

Musim dingin adalah waktu ketika makanan berkurang dan kondisi cuaca yang buruk. Hewan harus menghabiskan lebih banyak energi untuk mencari makanan. Bahkan bila mereka berhasil menemukan makanan, seringnya tidak cukup untuk mengkompensasi hilangnya energi saat berburu untuk mendapatkan makanan tersebut. Selain itu, cuaca dingin sering menjadi penyebab kematian bagi hewan-hewan. Untuk mengatasi masalah ini hewan-hewan berevolusi dan belajar untuk mengurangi keinginan makan dengan mengurangi kebutuhan energi mereka. Hal ini bisa dicapai dengan berhibernasi sepanjang musim dingin. Sebelum awal musim dingin, saat makanan masih berlimpah, hewan-hewan ini akan banyak makan dan menyimpan kelebihan makanan dalam bentuk lemak. Saat musim dingin tiba, hewan-hewan ini kembali ke sarang musim dingin, dimana mereka akan menghabiskan sisa musim dingin dengan berhibernasi.

Saat hewan berhibernasi, suhu tubuh mereka mulai menurun karena aktivitas dan metabolisme yang berkurang. Pada satu titik, suhu tubuh hewan ini hanya beberapa derajat lebih tinggi dari suhu lingkungan. Sirkulasi darah pun menurun seiring denyut jantung yang mulai melambat. Energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan tugas minimal berasal dari timbunan lemak. Karena kurangnya aktivitas, proses pembakaran lemak akan melambat dan stabil. Energi dari lemak tubuh cukup memadai untuk menjaga hewan tetap hidup selama musim dingin.

Setiap hewan mempunyai kemampuan untuk mempertahankan diri dari keadaan suhu lingkungan yang ekstrim dengan berupaya menjaga suhu internal dalam tubuhnya agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolerir. Hal tersebut dikenal dengan termoregulasi. Namun ketika hewan terdedah pada temperatur lingkungan yang sangat rendah, maka diperlukan panas berlebih untuk mengkompensasi peningkatan kehilangan panas, tujuannya adalah untuk
mempertahankan temperatur tubuh tetap pada kisaran normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai kondisi “temperatur kritis terendah pada zona termonetral”. Pada sebagian besar percobaan pada hewan (dan pada manusia yang telanjang), temperatur kritis terendah pada suhu 30 derajat C (Cannon dan Nedergaard, 2004).

Kemampuan untuk bertahan pada kondisi suhu dingin yang akut bergantung pada latar belakang thermal dari hewan tersebut. Pada hewan-hewan yang sebelumnya hidup pada temperatur lingkungan yang lebih tinggi -20 derajat C, kapasitas total untuk termogenesis menggigil (shivering thermogenesis) dan termogenesis tidak menggigil ( nonshievering thermogenesis ) maka masih dapat dimungkinkan hewan–hewan tersebut menghasilkan produksi panas yang tinggi, cukup besar untuk mengkompensasi hilangnya panas. Tetapi hewan yang tidak dapat bertahan (termasuk kapasitas paru-paru dan jantung tidak sebaik kapasitas otot rangka) penting untuk meningkatkan sampai empat kali lipat metabolisme dan mereka seringkali menjadi kekurangan energi dan akibatnya temperatur tubuh menurun. Pada hewan yang tinggal di bawah -20 derajat C, kapasitas termogenik tidak menggigil tidak cukup menanggulanginya. Respon normal fisiologis dari hewan mammalia kecil biasanya dengan melakukan torpor (Cannon dan Nedergaard, 2004).

Hewan melakukan hibernasi untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan di cuaca yang ekstream. Hibernasi adalah suatu keadaan fisiologis yang memungkinkan kelangsungan hidup selama periode panjang suhu dingin dan persediaan makanan yang berkurang, di mana metabolisme menurun, sistem denyut jantung dan pernapasan menurun, dan suhu tubuh dipertahankan pada level yang lebih rendah dibandingkan dengan normal. Hewan-hewan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dalam waktu yang panjang pada cuaca yang tidak menguntungkan. Beberapa hewan dapat menghindari kondisi tersebut dengan
migrasi atau beberapa hewan lainnya bertahan pada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut dengan memasuki fase dormansi yang disebut aestivasi pada temperatur yang tinggi dan hibernasi pada waktu temperatur yang rendah (McFarland, 1993; Schmidt-Nielsen, 1995).

1 Like