Pentingnya self-improvement sering kali jadi bahan yang tidak dipentingi, juga tidak pula disadari. Kita, manusia, suka dengan kebiasaan. Kita hidup dalam lingkaran kebiasaan. Kegiatan yang kita lakukan berulang-ulang dalam sehari sejak pukul 5 pagi sampai 5 sore menyulitkan kita untuk keluar dari rutinitas itu dan melakukan hal yang berbeda.
Padahal pada dasarnya self-improvement itu merupakan aksi pengembangan diri yang memaksa manusia untuk keluar dari zona nyamanâbuat tujuan, laksanakan dan kembangkan. Pertanyaannya, kenapa harus keluar dari zona nyaman? Emang menjadi manusia yang begini-begini saja tidak cukup?
Orang bijak pernah berkata, â just because you donât see the damage, doesnât mean it wasnât there.â Manusia baru mengetahui ada yang salah dalam dirinya ketika sebuah luka muncul ke permukaan. Sama halnya seperti self-improvement, baru menjadi penting ketika kita menyadari apa dampaknya bagi diri kita.
Self-improvement dapat di-alogaritmakan ke dalam dua kasus. Kasus pertama, kamu melihat kamarmu berantakan. Centang perenang berbagai barang mulai dari pakaian kotor sampai tumpukan buku tebal. Apa yang harus kamu lakukan bila dihadapkan di situasi tersebut?
Umumnya seseorang akan mulai merapikannya. Ia akan melipat pakaian yang berhamburan serta meletakkan buku-buku dari lantai ke rak sesuai tinggi dan besarnya. Ini disebut self-improvement. Memperbaiki apa yang terlihat salah meskipun itu merupakan kebiasaan yang sudah terulang puluhan ribu kali.
Bila kamu terbiasa minum kopi untuk mencegah datangnya kantuk, barangkali kamu bisa menghentikan order-an kopi itu lantas tidur lebih cepat. Bila kamu terbiasa duduk di depan komputer dengan posisi pundak menurun beberapa senti, kamu bisa mulai untuk menegakkan posisi pundak saat sedang mengerjakan apa pun.
Kasus kedua , kamu mempunyai pajangan lukisan yang sangat indah berlatar belakang kota Paris tahun 90-an. Suatu hari kamu menginginkan lukisan lain untuk dipajang di sudut dinding. Kali ini kamu mengincar pemandangan patung merlion di jantung Singapura. Namun untuk yang satu ini kamu tidak membelinya dari distributor atau rumah lelang. Kamu ingin melukisnya dengan tanganmu sendiri. Jadi kamu mulai membeli cat, kuas, kanvas, dan topi baret ala Vincent Van Gogh. Kamu menorehkan warna pertamamu ke kanvas dan hasilnya tidak secantik yang kamu harapkan. Jadi kamu membuka kanvas baru. Lagi, lagi, dan lagi. Sampai persediaan kanvasmu hampir habis dan lukisan yang kamu inginkan belum juga terwujud. Apa yang kamu lakukan?
Bila kamu menyerah pada kanvas terakhir barangkali lukisan yang kamu harapkan takkan pernah kamu saksikan bahkan oleh pelukis mahir dari negeri paling jauh sekalipun. Hanya kamu yang tahu hasratmu dan hanya kamu yang bisa mewujudkannya. Nah, yang satu ini juga disebut self-improvement .
Saat seseorang telah mengenali bakatnya ia akan dihadapkan pada dua pilihan, mengabaikannya atau mengasahnya. Mungkin mengabaikan merupakan pilihan yang lebih mudah. Tidak perlu tenaga untuk melakukannya. Sedangkan mengasah, diperlukan waktu juga diperlukan nyali. Akan datang sesekali momen di mana kita berpikir, âah, aku kurang hebat di bidang ini. Kupikir aku tak punya bakat sama sekali.â
Lalu dengan hati tercabik-cabik karena merasa perjuangan yang telah dilakukan tak menghasilkan apa pun kita jadi kehilangan landasan besar dalam diri. Seketika kita gagal dalam menunaikan self-improvement.
Meningkatkan sumber daya dalam diri dengan mengandalkan kedua tangan dan kaki, sepasang mata dan telinga, serta otak super kompleks merupakan bentuk self-improvement yang membutuhkan konsistensi dan usaha. Tidak bisa berhenti di tengah jalan hanya karena kejatuhan kerikil-kerikil kehidupan.
Jadi apa tanggapan yang tepat untuk menjawab pertanyaan besar pada tulisan ini. âMengapa harus self-improvement? â dan âmengapa harus keluar dari zona nyaman?â
Jawaban dari saya sederhana. Hal itu dilakukan semata-mata agar kamu merasa lebih baik, agar kamu tidak menyesal di kemudian hari, dan tentu saja agar kamarmu tidak berantakan lagi.
Kalau pendapat penulis lain tentang pertanyaan di atas bagaimana?