Apakah gempa bumi dapat kita prediksikan kedatangannya?

gempa

Gempa bumi sering kali terjadi di Indonesia, tak heran karena Indonesia sendiri adalah salah satu jalur ‘ring of fire’ yang merupakan daerah yang paling sangat sering terkena gempa bumi. Gempa bumi sendiri merupakan bencana maupun fenomena alam yang sering kali menimbulkan korban jiwa atau kerugian secara materil/imateril sangat banyak. Gempa bumi yang terjadi di laut sering kali juga menimbulkan tsunami dan akan lebih banyak memakan korban jiwa atau kerugian tertentu. Namun, tsunami sendiri sudah dapat diprediksi kedatangannya, namun apakah gempa bumi dapat kita prediksikan juga kedatangannya?

Instrumen pendeteksi gempabumi disebut dengan seismograf. Alat ini dilengkapi rekaman data atau seismogram serta sistem perhitungan waktu pencatatan getaran tanah hasil rambatan gelombang gempabumi. Seismogram tergambar sebagai rekaman gelombang gempabumi
selama kurun waktu tertentu sesuai dengan lamanya getaran gempabumi dapat terekam. Seismologist atau ilmuwan yang menekuni ilmu gempabumi, menggunakan seismogram untuk mendapatkan berbagai informasi tentang gempabumi, antara lain untuk penentuan parameter
gempabumi, yaitu waktu asal kejadian, posisi episenter (pusat gempabumi), kedalaman, kekuatan, dan parameter lainnya. Dari seismogram ini pula dapat diketahui mekanisme sumber
gempabumi, interior dalam bumi, serta hal‐hal lain yang mendukung perkembangan ilmu seismologi termasuk di dalamnya prediksi gempabumi.

Namun, sejauh ini prediksi gempabumi masih sangat sulit untuk diterapkan sebagai upaya mitigasi walaupun beberapa seismologist dunia terus menerus melakukan penelitian mengenai prediksi gempabumi. Di dalam seismograf terdapat sebuah pendulum untuk mencatat arah gerakan vertikal dan horisontal dengan dilengkapi oleh peredam berupa per untuk membedakan getaran khusus gempabumi dengan getaran lainnya (noise) dengan menyesuaikan nilai amplitudo dan frekuensi getarannya. Instrumen seismograf dilengkapi sensor pendeteksi getaran tanah yang diletakkan di dasar lapisan tanah bebatuan dasar (bedrock) yang dinamakan seismometer.

Prediksi Gempa Bumi Yang Sukses


Sejumlah negara telah membuat banyak kemajuan dalam bidang prediksi gempabumi. Di RRC, prediksi gempabumi jangka waktu yang dekat (imminent) telah berhasil untuk memprediksi empat gempabumi merusak dengan magnitudo lebih dari 7 SR yang terjadi selama tahun
1975‐1976 sehingga kerugian akibat gempabumi dapat terhindarkan.

Menurut Coe (1971) program Cina untuk ramalan gempabumi dimulai setelah terjadi gempa bumi dengan magnitudo 6,8 dan 7,2 yang terjadi di Xingtai sekitar 300 kilometer tenggara Peking (Beijing), Maret 1966. Kemungkinan penyebab dianalisanya ramalan gempabumi sebagai inovasi setelah terjadinya gempabumi Ehou En‐Lai yang memprediksi daerah gempabumi secara langsung setelah terjadinya gempa. Riset prediksi telah menggunakan beberapa metode antara lain; seismik, geodesi, gravitasi, pergerakan lapisan, geomagnet, listrik, pergerakan tanah, radon, dsb.

Program prediksi gempabumi Nation Wide di Cina mengantarkan Cina ke sukses yang luar biasa dalam hal prediksi. Mereka berhasil mengeluarkan prediksi gempabumi merusak sebanyak 4 kali selama 1975‐1976, walaupun dalam kasus Tangshan menghasilkan jumlah kematian yang besar. Tidak jelas mengapa Cina gagal dalam peringatan dini padahal long term dan medium term sudah diketahui dengan jelas. Tidak sama dengan kasus berhasil yang lain daerah Tangsan adalah daerah industri tinggi dan memiliki efek noise yang tinggi. Di Cina efek noise alami dan buatan lebih kecil daripada di negara maju seperti Jepang. Efek makroskopik lebih jelas diamati meskipun dengan instrumen sederhana yang memiliki
sensitivitas kecil untuk noise kecil di daerah propinsi.