Mengapa founder startup sebaiknya tidak menjadi seorang Manajer Produk ?

production-manager

Bagaimana jika seorang founder menjadi seorang manajer produk pada waktu yang bersamaan, apakah dampak yang dirasakan oleh perusahaan, jelaskan apakah berdampak baik atau sebaliknya serta keuntungan / kerugian apa yang didapat jika menerapkannya

Terdapat beberapa diskusi mengenai seorang manajer produk dan seorang founder atau CEO. Ada yang berpendapat bagaimana jika keduanya adalah diperankan oleh orang yang sama? Dengan kata lain seorang CEO juga berperan sebagai manajer produk.
Product-Manager
Beberapa orang mengatakan hal ini sudah biasa terjadi di perusahaan bahwa seorang CEO biasanya juga menjadi seorang manajer produk bahkan manajer marketing, hal ini dinilai agar semua satu tujuan, satu arahan agar segala hal yang berhubungan dengan perusahaan hanya satu orang yang berwenang sebagai kendali, namun hal ini akan sulit diterapkan untuk perusahaan yang berfokus pada produk seperti perusahaan TI, dimana kualitas dana manajemen dari sebuah produk sangat dibutuhkan.

Sehingga menimbulkan 3 pemikiran, yaitu :

  1. Seorang CEO bisa sekaligus menjadi Product Manager
  2. Seorang CEO tidak bisa menjadi seorang Product Manager
  3. Seorang CEO bisa menjadi seorang Product Manager dengan syarat tertentu

Poin Pertama :

Seorang CEO bisa sekaligus menjadi manajer product apabila perusahaan yang ditangani bukanlah perusahaan yang berorientasi pada produk, seperti IT. Sehingga memungkinkan hal tersebut terjadi, karena dalam hal ini manajer produk dituntut untuk dapat menjalankan tiga hal yang biasanya dilakukan oleh CEO, yaitu :

  • Mendapatkan uang sebanyak mungkin dan menangani pemegang saham
  • Menjadi pimpian perusahaan ( Manajer produk biasanya tidak mengurus tentang kepentingan perusahaan, melainkan hanya fokus bagaimana sebuah produk dapat menghasilkan keuntungan)
  • Be the face dari masalah marketing.

Sehingga, jika ingin merangkap 2 tugas sekaligus, maka orang tersebut setidaknya harus menguasai 2 jobdesk dari CEO dan manajer produk itu sendiri, dan dengan catatan perusahaan tersebut bukanlah perusahaan yang besar dan bukanlah perusahaan yang berorientasi produk, karena akan sulit untuk mengelolanya.

Poin Kedua :

Hal ini berlaku pada perusahaan IT, karena perusahaan IT berorientasi pada produk, bagaimana produk IT dapat berkembang pesat di pasar tentu memerlukan campur tangan dari seorang manajer produk, sehingga apabila seorang CEO juga berperan andil dalam hal ini, tentu hal ini akan membutuhkan effort yang tinggi dan waktu yang banyak juga, karena harus membagi antara masalah perusahaan dan fokus dengan produk yang dicapai oleh perusahaan. Sehingga, CEO tidak bisa menjadi seorang manajer produk.

Poin Ketiga:

Poin ini hampir sama dengan poin yang pertama, dimana CEO berperan sebagai manajer produk, namun studi kasus disini adalah CEO hanya mengisi kekosongan posisi manajer produk saja. Sehingga dalam satu perusahaan terdapat posisi manajer produk yang belum terisi, katakanlah dalam masa pencarian manajer produk yang diinginkan oleh perusahaan, sehingga CEO disini dapat berperan untuk mengisi posisi tersebut namun tidak dalam jangka waktu yang lama, hanya sampai posisi tersebut terpenuhi.


Kesimpulan :
Permasalahan antara diperbolehkannya CEO menjadi manajer produk sekaligus adalah tergantung besar tidaknya perusahaan tersebut, dan kebutuhan dari perusahaan itu sendiri. Seperti contohnya Google. Perusahaan google pernah menerapkan CEO dana manajer produk dengan orang yang sama, namun dengan berjalannya waktu, Google membagi posisi tersebut menjadi orang yang berbeda untuk kepentingan perusahannya sendiri.

sumber :