Mengapa dan bagaimana manajemen risiko penggunaan T-Cash dalam perusahaan Telkomsel?

T-Cash adalah layanan uang elektronik dari Telkomsel. T-Cash berbeda dengan pulsa, dimana pengguna dapat menyimpan uangnya dan menggunakannya untuk semua transaksi. Telkomsel telah memiliki izin dari Bank Indonesia sebagai penyedia layanan uang elektronik. T-Cash dapat digunakan oleh semua pelanggan Telkomsel, baik pascabayar ataupun prabayar.

tcash

Yang ingin saya diskusikan adalah :

  1. Mengapa perusahaan telkomsel berani mengambil resiko untuk melakukan inovasi dengan menerapkan sistem e-money melalui t-cash? Padahal banyak masyarakat di Indonesia yang masih belum terbiasa dengan penggunaan uang elektronik tersebut.

  2. Menurut sobat dictioners, bagaimana mitigasi resiko yang dilakukan perusahaan Telkomsel agar t-cash dapat bertahan di masyarakat yang belum terbiasa dengan penggunaan uang elektronik tersebut?

Kalau boleh saya mengutip dari artikel kompas yang berjudul 80 % masyarakat indonesia lebih senang transaksi non-tunai, dimana dalam artikelnya menyebutkan bahwa Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia Harianto Gunawan menjelaskan, Visa telah menugaskan lembaga Toluna untuk melakukan penelitian secara online mengenai perilaku pembayaran dan tren di 6 negara, salah satunya Indonesia.

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016 terhadap 500 orang berusia di atas 18 tahun dengan penghasilan lebih dari Rp 3 juta tiap bulan.

“Saat ini, 80 persen masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan pembayaran elektronik dibandingkan dengan uang tunai. Jumlah ini meningkat dibandingkan pada tahun 2015 yang berjumlah 69 persen,” kata Harianto, dalam konferensi pers yang digelar di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Selasa (29/8/2017).

Dari data tersebut, menurut saya telkomsel sebagai operator telekomunikasi seluler yang memiliki jaringan yang luas di Indonesia tentunya tidak ada keraguan untuk meluncurkan suatu trobosan baru dibidang keuangan elektronik ini. Pelanggan telkomsel pun juga sudah banyak tersebar luas di Indonesia, tentunya dengan kemunculan produk baru ini akan mengundang banyak peminat dari pengguna operator telkomsel.

Untuk mendasari komentar saya diatas, saya mengutip artikel kompas kembali yang berjudul Telkomsel Targetkan 8 juta Pelanggan T-Cash, dimana didalam artikel tersebut menyebutkan bahwa PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) menargetkan pengguna layanan electronic money (e-money) melalui program T-cash atau Telkomsel Cash hingga akhir tahun 2011 sebanyak 8 juta pelanggan. Angka ini meningkat 70,21 persen dibandingkan pengguna T-cash di 2010 yang baru sekitar 4,7 juta pelanggan.

“Kenaikan jumlah pengguna layanan T-cash seiring dengan meningkatnya jumlah pelanggan Telkomsel yang sekarang sudah mencapai 100 juta pengguna,” kata Bambang Suprayogo, Vice President T-Cash Management Telkomsel, Selasa (28/6/2011) lalu.

Menurut saya, untuk menentukan bagaimana menangani risiko ada empat strategi utama, yaitu :

  1. Menghindarinya.
  2. Menguranginya.
  3. Memindahkannya.
  4. Menerimanya

Dalam hal ini, pihak telkomsel telah memberikan perhatian lebih akan risiko yang dapat terjadi dengan menghindarinya dan menerimanya yaitu seperti yang terdapat pada website resminya tentang syarat dan ketentuan layananan T-Cash. Pada Pasal 7 tentang Pembatasan Tanggung Jawab Telkomsel mengatakan bahwa :

  • Pemegang TCASH dengan ini membebaskan Telkomsel atas segala kerugian tidak langsung termasuk namun tidak terbatas pada kehilangan kesempatan, kehilangan pendapatan atau kehilangan keuntungan maupun kerugian imateriil lainnya termasuk karena tuntutan dari pihak manapun yang timbul akibat penggunaan TCASH oleh Pemegang TCASH.

  • Telkomsel hanya berkewajiban untuk menanggung kerugian langsung yang diderita Pemegang sepanjang dapat dibuktikan terjadi karena kesalahan Telkomsel, dengan jumlah maksimum sebesar jumlah nominal transaksi yang dimaksud.

  • Telkomsel dibebaskan dari kewajibannya berdasarkan Syarat dan Ketentuan ini dalam hal terjadi Force Majeure atau karena tindakan pihak ketiga atau karena kewajiban sesuai peraturan pemerintah yang berlaku yang menyebabkan Telkomsel tidak dapat memberikan Layanan TCASH.

  • Dalam hal terjadinya kegagalan sistem maka saldo Pemegang dalam TCASH tetap dijamin aman pada Telkomsel dan akan dapat digunakan kembali saat sistem kembali normal.

Dan dalam segi pelanggan, ke depannya T-Cash berambisi menjadi layanan pembayaran online nomor satu di Indonesia. Per tahun 2021 atau sekitar lima tahun dari sekarang, jumlah pelanggan ditargetkan meningkat dari 10 juta menjadi 100 hingga 120 juta.

Untuk mencapainya, T-Cash menetapkan beberapa strategi bisnis. Salah satunya membangun jaringan pembayaran online yang inklusif alias menjangkau semua kalangan.

Selama ini pengguna T-Cash didominasi masyarakat lifestyle yang menggunakan smartphone dan termasuk dalam sistem perbankan. Selama dua tahun terakhir, T-Cash mulai menyasar segmen mikro yakni masyarakat daerah yang belum terjangkau perbankan atau disebut unbanked.

semoga bermanfaat sobat! :slight_smile:

Sumber :

Hai, dewi. Kalau menurut saya, Telkomsel memiliki alasan mengapa mereka berani mengambil resiko dari inovasi tersebut, seperti :

  • Telkomsel sudah meramalkan fenomena digital yang akan terjadi
    Menurut sumber dan artikel yang saya baca (website tribunnews), Telkomsel meluncurkan T-Cash ini pada tahun 2007 sebagai layanan uang elektronik melalui ponsel pertama di Indonesia, dimana menurut saya hal itu merupakan langkah awal yang baik dan berani untuk melakukan suatu inovasi sebelum booming di masyarakat, dan jauh sebelum Gubernur Bank Indonesia resmi menyatakan Gerakan Nasional Non Tunai (cashless society) 2014 lalu. Dan nyatanya (menurut website kumparan) hingga 2017 kemarin, T-Cash dapat melayani hingga 10 juta penggunanya dan lebih dari 500 merchant yang sudah bekerjasama dengannya. Artinya Telkomsel berhasil menyerap perkembangan e-money di luar negeri lalu menirunya dan dapat memperkiraan dengan baik bahwa fenomena e-money akan berhasil diterapkan di Indonesia

  • Telkomsel berfikir jangka panjang untuk keberlangsungan perusahaannya
    Jika fenomena uang elektronik ini menjadi contoh distruptive innovation, maka Telkomsel berhasil melihatnya sebagai peluang dan cepat untuk merespon perubahan/inovasi tersebut. sebelumnya, dikutip dari kompasiana.com, disruptive innovation merupakan inovasi yang membantu menciptakan pasar baru (jika perusahaan melihatnya sebagai peluang), atau yang dapat merusak pasar yang sudah ada (jika perusahaan melihatnya sebagai ancaman). Untungnya, Telkomsel dapat melihatnya sebagai kesempatan yang dapat menghasilkan manfaat yang cukup sustainable untuk kedepannya. Sehingga perusahaan berani untuk mengubah budaya perusahaannya untuk mengambil sebuah perubahan yang mungkin beresiko.

  • T-Cash bukanlah satu satunya produk layanan perusahaan Telkomsel untuk menopang kesuksesan perusahaan
    Telkomsel memiliki banyak produk dan layanan seperti simPATI, Telkomsel Flash, kartu LOOP, HSPA+, graPARI, dan lainnya yang masih berjalanan hingga saat ini. Jika layanan T-Cash kurang/tidak berhasil berkembang, Telkomsel masih memiliki proyek lainnya yang dikelola dan dikembangkan. Sehingga Telkomsel berfikir jika probabilitas kesuksesan T-Cash ini kecil, maka impact untuk perusahaan tidak terlalu besar. Hal ini dapat menjadi pertimbangan mengapa mereka berani mengambil resiko dari inovasi ini.

Referensi :
http://www.tribunnews.com/bisnis/2012/03/07/telkomsel-bertransaksi-dengan-t-cash-lebih-aman
https://www.kompasiana.com/maspepeng/disruptive-innovation_56846ed9b793730f1bb35bff
https://kumparan.com/@kumparantech/uang-elektronik-t-cash-kini-layani-10-juta-pengguna
https://www.telkomsel.com/

Perusahaan Telkomsel berani untuk mengambil resiko untuk melakukan inovasi dengan menerapkan sistem e-money melalui t-cash dikarenakan Pemerintah menargetkan 75 persen penduduk dewasa Indonesia dapat mengakses perbank-an tahun depan. Sehingga CEO T-Cash yang bernama Danu Wicaksono mengusun ide untuk mendorong tercipta nya inklusi keuangan melalui pemanfaatan sistem digital,hal tersebut juga di benarkan oleh Bank Indonesia yang sangat mendukung langkah Telkomsel menggunakan t-cash untuk menanggapi target Pemerintahan tersebut.

Menurut saya,tidak ada keraguan bagi telkomsel untuk melakukan hal tersebut mengingat banyak hal yang dapat didapatkan masyarakat ketika menggunakan T-Cash dan juga Telkomsel sendiri yang dapat membantu pemerintah dikarenakan T-Cash mengantongi data 25% dari pengguna e-KTP yang memudahkan integrasi dan sinkronisasi data. Prosentase itu dapat bertambah mengingat target penggunaan perbankan dari pemerintah naik untuk tahun depan.

Trend masa kini yang juga sudah mulai dibiasakan oleh pemerintah kepada masyarakat juga menjadi faktor pendorong Telkomsel berani mengambil inovasi ini. Trend masa kini yang saya maksud adalah pengadaaan e-tol yang dapat meningkatkan efisiensi ketika masyarakat ingin menggunakan tol.

Menurut saya mitigasi resiko yang dapat dilakukan oleh perusahaan Telkomsel agar T-cash dapat bertahan adalah dengan terus berinovasi dan memberikan edukasi kepada masyarakat mengapa T-Cash dapat memberikan value yang lebih terhadap pengguna nya seperti makin banyaknya fitur yang dapat dilakukan oleh T-Cash.

Menjangkau masyarakat yang masih belum awam dengan teknologi juga dibutuhkan agar T-Cash lebih dapat diterima oleh masyarakat luas. T-Cash juga mempunyai campaign yaitu #pakeTCASH semua gampang!

Melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan juga menjadi salah satu mitigasi resiko yang di lakukan oleh T-Cash,seperti salah satu contohnya yaitu pemberian cashback 20% kepada pengguna T-Cash ketika sedang tranksasi di McDonald.

Sumber =

https://digitalpayment.telkomsel.com/news

Menurut saya, agar dapat bertahan di masyarakat, perusahaan Telkomsel harus selalu berinovasi dengan layanan T-Cash nya, misalnya inovasi yang dilakukan beberapa tahun kemarin yaitu dengan dukungan teknologi Near Field Communication (NFC) untuk penerapan T-Cash TAP, bonus kupon atau fitur transfer uang (untuk pengguna full service), dan lainnya yang dapat selalu memuaskan penggunanya. Ataupun dengan layanan tambahan seperti asuransi jika uang elektronik tersebut rusak atau hilang, maka pengguna mempunyai hak untuk mendapatkan kembali saldo mereka. Selain itu, perusahaan juga harus dapat mengedukasi dan mensosialisasikan gerakan cashless society ini dengan dukungan e-money, seperti T-Cash, agar dapat lebih meluas dan diterima di seluruh masyarakat Indonesia.
Perusahaan juga sebaiknya bekerjasama dengan pemerintah untuk menyiapkan sistem pengawasan dan penindakan hukum untuk mencegah penyelewengan e-money, seperti T-Cash ini. Seperti mitigasi sebelumnya, Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia menjelaskan mitigasi risiko tersebut mengacu pada Pasal 5 PBI No 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money) sebagaimana telah diubah terakhir melalui PBI No 18/17/PBI/2016 tentang Perubahan kedua atas PBI No 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money), serta butir II.A.4 SE No 16/11/DKSP perihal Penyelenggaraan Uang Elektronik (UE). (Sumber : Website Media Indonesia)

Referensi :
http://www.mediaindonesia.com/news/read/126087/upaya-mitigasi-risiko/2017-10-08

Semoga bermanfaat :smile:

Seperti yang telah dijelaskan diatas T-Cash sebagai layanan uang elektronik dari Telkomsel telah dirilis sejak 2010. Pada tahun 2014, layanan ini diperbarui dengan dukungan teknologi Near Field Communication (NFC). T-Cash juga merupakan upaya Telkomsel mendukung program Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang dicanangkan pemerintah. Berkat program ini volume transaksi penggunaan uang elektronik tumbuh menjadi 9,62juta transaksi. Sehingga menurut saya, salah satu alasan layanan uang elektronik ini terlaksana karena dorongan untuk meraih salah satu kesempatan dari program Gerakan Nasional Non Tunai. Program ini bisa jadi membantu dan mendorong dalam tahap pengembangan T-cash. Baik kemungkinan bantuan dalam bentuk bantuan tenanga kerja, bantuan dana dan lain sebagainya. Program GNNT sendiri harus mencari pelaku kegiatan agar programnya dapat terealisasi. Sehingga risiko pendanaan yang memerlukan biaya besar dalam pembuatan layanan uang elektronik ini dapat dikurangi dengan kemungkinan bantuan kerjasama.

Selain itu, Telkomsel sepertinya dapat melihat kondisi untuk uang elektronik yang akan terus meningkat. Terbukti dengan pernyataan Deputi Senior BI Mirza Adityasawara pada tanggal 8 Februari 2018 bahwa sepanjang tahun lalu transaksi uang elektronik naik 163% dan meningkatkan kemungkinan cashless society dalam waktu yang tidak terlu lama lagi.

Berdasarkan pengalaman bank sentral anggota SEACEN tentang e-money terlihat bahwa salah satu tantangan yang perlu dihadapi adalah upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk mulai sedikit demi sedikit mengurangi penggunaan uang tunai dan melakukan pembayaran secara non tunai. Oleh karena itu perlu suatu strategi komunikasi yang mampu bertahan dalam benak masyarakat, mampu membangkitkan keinginan serta menggerakkan masyarakat untuk menggunakan e-money. Nah berikut ada contoh-contoh inovasi sebagai mitigasi resiko dengan strategi komunikasi yang disebarkan melalui media.

Masyarakat bisa jadi merasa asing tidak terbiasa dengan penggunaan uang elektronik karena lingkungannya yang tidak terlalu menunjang. Namun siapa yang tidak memiliki handphone saat ini? Pasti handphone sekarang menjadi barang utama. Operator seluler selain Telkomsel yang digunakan masyarakat pada handphone mungkin tidak terlalu menonjolkan layanan uang elektronik seperti T-Cash. Oleh karena itu, untuk mencegah risiko layanan uang elektronik yang semakin tidak dikenal masyarakat, maka Telkomsel pada tahun 2013 memulai melakukan inovasi layanan “eMoney Interoperability” atau pengiriman uang elektronik lintas operator. Namun operator yang berpartisipasi dalam inovasi ini adalah operator yang memiliki layanan pengiriman uang elektronik juga, seperti Dompetku (Indosat) dan XL Tunai (XL Axiata) . Inovasi layanan ini secara tidak langsung akan meningkatkan animo dan kepercayaan masyarakat terhadap layanan eletronik. Pengguna dari masing-masing operator akan merasa tertarik dan mencoba layanan uang eletronik ini.

Kemudian pada tahun 2018, dibangun lagi sistem agnostic. Sistem ini membuat pengguna operator apapun diluar Telkomsel tetap bisa menggunakan uang elektronik T-cash untuk bertransaksi. Karena nantinya t-cash akan menjadi semacam aplikasi independen, seperti aplikasi pesan instan. Pelaksanaan sistem agnostic akan terlaksana pada bulan April 2018.

Referensi :
http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2013/05/16/uang-elektronik-electronic-money-di-indonesia/
https://m.antaranews.com/berita/374816/pelanggan-tiga-operator-seluler-bisa-saling-kirim-uang-elektronik
http://tekno.kompas.com/read/2017/06/23/18050057/apa.itu.t-cash.dan.cara.menggunakannya
http://m.liputan6.com/tekno/read/3286514/pengguna-operator-lain-bakal-bisa-pakai-t-cash

Halo Dewi nimas salam kenal :smiley:
Menurut saya, dalam berbisnis suatu perusahaan harus mengikuti perkembangan yang ada agar pelanggannya tidak beralih ke kompetitornya. Dalam memudahkan pelanggannya bertransaksi dari telkomsel sendiri salah satunya dengan memanfaatkan e-money sebagai media nya. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin canggih , maka aktifitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya juga semakin maju, tidak terkecuali e-Money yang sudah mulai berkembang sejak tahun 1994 oleh David Chaum.

Di Indonesia sendiri e-money baru populer pada tahun 2007, dimana metode ini di terapkan oleh salah satu bank swasta di Indonesia. Peraturan mengenai penggunaan uang elektronik di Indonesia sendiri tertuang pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009. Dengan adanya dasar sistem uang elektronik yang telah resmi sebagai metode pembayaran di Indonesia, Telkomsel akhirnya meluncurkan T-Cash pada 2010.

Pihak telkomsel berani untuk mengambil keputusan ini karena di Indonesia sendiri masyarakat sendiri cenderung menggunakan metode atau cara memenuhi kebutuhan yang lebih mudah. Dengan adanya penggunaan dari e-Money memiliki perkembangan yang signifikan dan terus meningkat. Telkomsel mencoba untuk merintis T-Cash dengan harapan para pelanggan nya dapat dengan lebih mudah melakukan transaksi.

dari detikINET dari situs Bank Indonesia bulan Januari 2016, jumlah e-money yang beredar di kisaran 35,084 juta keping, di Februari naik menjadi 35,876 juta, Maret (36,813 juta), dan April (37,372 juta keping). Pada Jumat (8/7/2016), jumlah alat pembayaran uang elektronik (e-money) yang beredar hingga Mei 2016 telah mencapai 38,35 juta keping.
Karena e-Money mempunyai metode yang praktis, pengguna tidak perlu lagi membawa uang berbentuk cash. Sering ditemui pula harga harga produk yang memiliki nominal - yang memberi kita uang “recehan”. Juga dengan diskon yang menghasilkan angka tidak bulat (contoh : Rp.9.999,-) dengan pembayaran e-Money, kita dapat membayar sesuai dengan value dari harga barang tersebut tanpa adanya manipulasi pembulatan seperti yang biasa terjadi di transaksi transaksi tunai / cash.

sumber :
publik.id
id.beritasatu.com
tekno.kompas.com

Berdasarkan referensi dari digitamarketer.id, menurut saya agar T-Cash dapat tetap bertahan dalam penggunaannya sebagai metode transaksi pada masyarakat yaitu dengan melakukan :

Pemberian poin dan reward : teknik ini mengumpulkan poin dengan jumlah tertentu dan mendapatkan feedback sesuai poin yang di kumpulkan, misalnya berbentuk merchandise. Hal tersebut membuat pengguna tertantang dan cenderung ingin menggunakan T-Cash lagi untuk mengumpulkan poin tersebut . Dengan adanya reward kepada pelanggan , maka pelanggan tersebut merasa nyaman dan mendapat keuntungan yang lebih dari penggunaan T-Cash.

Survei : menanyakan langsung pada pelanggan T-Cash terkait dengan pengalamannya menggunakan T-Cash sebagai transaksi pembayaran dengan pertanyaan yang bersifat terbuka

Aktifitas On-Site (via Analisis) : membuat rencana untuk mengembangkan bisnis atau menganalisis kembali feedback-feedback yang telah didapat dari customer sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas bisnis

meningkatkan daya saing terhadap kompetitor juga diperlukan agar perusahaan Telkomsel memiliki kemauan untuk unggul dari kompetitornya.

sumber :
digitalmarketer.id

semoga bermanfaat~