Mengapa Budaya Patriarki Masih Melekat di Kalangan Masyarakat Indonesia?

Tuntutan bagi perempuan untuk bisa melakukan pekerjaan domestik seperti membersihkan rumah, memasak dll. Jika perempuan tidak memiliki kemampuan tersebut, cenderung menuai cibiran dari masyarakat. Tak hanya itu dalam kasus pelecehan seksual seringkali perempuan yang sudah menjadi pihak yang dirugikan tetapi masih saja disalahkan atas kasus tersebut, masih sering kita jumpai di kalangan masyarakat.

Mengutip dari wikipedia, Patriarki adalah konstruksi sosial yang menempatkan laki – laki sebagai pemegang dan mendominasi dalam peran politik, pendidikan, ekonomi, sosial, hukum dll. Patriarki menjadikan laki-laki memiliki hak istimewa terhadap perempuan. Dalam ranah personal, budaya patriarki adalah akar munculnya berbagai kekerasan yang dialamatkan oleh laki-laki kepada perempuan. Atas dasar “hak istimewa” yang dimiliki laki-laki, mereka juga merasa memiliki hak untuk mengeksploitasi tubuh perempuan.

Apakah hal tersebut merupakan suatu hal yang benar? Jika tidak, mengapa hal tersebut masih melekat di kalangan masyarakat, khususnya Indonesia?

Salah satu alasan utama mengapa budaya patriarki masih ada di Indonesia adalah karena budaya ini memang sudah tertanam kuat pada masyarakat kita sejak dulu, bahkan sebelum masyarakat mengenal tulisan. Jika ditelusuri lebih lanjut, masyarakat pada zaman berburu pun sudah menegakkan budaya patriarki, disadari atau tidak. Di masa itu, kaum perempuan tidak ikut berburu. Mereka tinggal di rumah dan menjaga anggota keluarga lain, sementara laki-laki yang sudah dewasalah yang pergi mencari hewan buruan. Setelah kembali dari tempat berburu, kaum perempuan memasak hasil buruan. Mereka juga memetik buah-buahan di sekitar tempat hunian mereka sebagai makanan tambahan. Dari sini saja sudah jelas terlihat alasan mengapa budaya patriarki masih sangat kental di Indonesia.

Karena sudah ada sejak zaman nenek moyang, banyak keluarga yang memutuskan untuk mewariskan budaya patriarki kepada keturunan mereka. Meskipun saat ini sudah banyak pertentangan yang berkaitan dengan budaya patriarki, terutama yang berkaitan dengan pendidikan, banyak keluarga yang menolak hal tersebut karena menganggap budaya patriarki adalah budaya yang harus dilestarikan.

Kemudian terkait tontonan publik, coba perhatikan iklan TV, billboard, atau iklan apapun. Di media-media tersebut, perempuan seringkali digambarkan sebagai orang yang hanya peduli terhadap penampilan, sosok yang bertugas mengurus segala keperluan rumah tangga, termasuk mengurus anak dan suami, bahkan sosok yang tinggal di rumah saja, tidak bekerja luar rumah. Dengan adanya berbagai tontonan demikian membuat budaya patriarki di Indonesia semakin tertanam kuat di masyarakat. Sementara kita adalah masyarakat modern yang memiliki banyak akses informasi, media pemberi informasi pun ternyata masih cenderung patriarkis.