Mengapa begitu sulit mengembangkan kreativitas kita?

Sebagian besar pekerjaan di masyarakat didorong oleh otak kiri, dimana otak kiri adalah tempat yang paling sesuai dengan proses pemikiran linier dan logis.

Pikirkan tentang kondisi yang terjadi di lingkungan akademis, mulai dari kurikulum hingga proses penilaian, dirancang untuk bekerja secara logis. Ketika mereka bekerja nantinya, sebagian besar pekerjaannya-pun melibatkan pekerjaan yang bersifat prosedural dan mereka akan bekerja dalam bentuk fact-checking. Banyak sekali pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh otak kiri, sehingga membuat otak kiri kita mendapatkan latihan yang lebih baik dibandingkan dengan otak kanan.

Sedangkan otak kanan merupakan tempat dimana kreativitas dan pemecahan masalah terjadi. Tetapi otak kanan sering kali diabaikan atau dihilangkan karena cara kerja otak kanan jauh lebih sulit dipahami dan kinerjanya-pun juga lebih sulit untuk diukur.

Permasalahannya adalah, pemecahan masalah yang rumit membutuhkan kreativitas otak kanan.

Nilai-nilai Intuisi yang sudah lama dilupakan

Otak kiri sangat baik dalam memecahkan masalah matematika atau mengerjakan eksperimen sains dengan menggunakan proses linier yang berakar pada fakta dan bukti empiris. Tetapi beberapa masalah tidak memerlukan solusi linier. Otak kanan, yang menggunakan intuisi untuk memecahkan masalah, mungkin menghasilkan sejumlah besar solusi atau pendekatan untuk situasi tertentu.

Untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru, sangat penting untuk membayangkan hal-hal yang belum pernah dilakukan oleh siapapun sebelumnya. Otak kanan mencakup hal-hal yang kita tidak ketahui dimana ketidaktahuan itulah yang paling baik untuk menjadi ujung tombak sebuah inovasi.

Sebagai contoh, kebutuhan masyarakat akan alternatif yang aman terhadap gaslight membuat Thomas Edison menemukan bola lampu pijar. Sulit membayangkan dunia tanpa bola lampu, tapi sebelum bola lampu ada, bola lampu tersebut harus dibayangkan terlebih dahulu.

Wilbur dan Orville Wright terobesi untuk membuat sebuah benda yang bisa terbang. Pesawat yang mereka ciptakan berubah seiring dengan berjalannya sejarah manusia, tapi hal itu tidak akan mungkin terjadi jika pemikiran Wright bersaudara berakar pada logika.

Logika Sendiri Tidak Mempercepat Kreativitas

Segala sesuatu memang seharusnya masuk dalam akal kita, namun gagasan-gagasan yang hanya bergantung pada otak kiri akan mempunyai ke-cenderung-an untuk kurang relatable.

Relatable berarti dapat untuk dihubungkan, dikaitkan atau direlasikan (related)

Ide logis mungkin didasarkan pada kenyataan, namun sering kali juga didasarkan pada emosi, sedangkan otak kanan, membuat orang untuk mau menginvestasikan waktu atau energi mereka ke dalam ide-ide tersebut.

Kenyataan tersebut terkadang membuat kita melihat bahwa otak kiri dan otak kanan seperti mempunyai kutub yang berlawanan. Tidak. Kenyataan tersebut tidak membuat otak kiri dan otak kanan berada pada kutub yang berlawanan. Terlebih membuat otak kanan lebih penting dibandingkan otak kiri, atau sebaliknya. Otak manusia akan menghasilkan karya terbaik pada saat mereka menghubungkan kreativitas (otak kanan) dan logika (otak kiri).

Kembali ke pertanyaan diatas, Mungkinkah jawabannya adalah “Kita sulit menjadi kreatif karena memang kita tidak didesain untuk menjadi kreatif.

Bagaimana menurut anda ?


Diskusi terkait dengan bagaimana caranya mengembangkan kreativitas dapat dibahas disini

Sangat sepakat dengan tulisan diatas. Saya sendiri merasa bahwa kreativitas kita terkungkung oleh sistem pendidikan yang ada. Bahkan celakanya lagi, terkadang guru hanya fokus terhadap “prosedur” yang telah diberikan, bukan malah membebaskan “proses” dalam meraih sesuatu. Bukankah ada idiom yang terkenal, “Banyak jalan menuju Roma”.

Dan lebih diperparah lagi dengan lingkungan pendidikan yang ada di keluarga. Masih banyak orang tua yang memberikan “doktrin” kepada anak-anaknya tanpa memberikan penjelasan mengapa hal tersebut baik atau buruk. Bahkan masih banyak keluarga yang melarang anak-anaknya untuk “mempertanyakan” perintah atau kebijakan orang tuanya.

Kondisi tersebut membuat anak-anak menjadi tidak terbiasa untuk mendiskusikan tentang segala sesuatunya. Mereka hanya sebagai obyek yang harus menerima apa yang diberikan oleh subyek.

Dengan lingkungan pendidikan seperti itu, baik di rumah maupun di sekolah, saya pikir akan sangat sulit untuk “mencetak” orang-orang yang kreatif.

Ketika kita merasa sulit mengembangkan kreativitas dalam diri kita, yang perlu ditanyakan adalah hal apa yang menjadi penghambat kreativitas saya.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang kreatif, sehingga apabila kreativitas manusia tidak berkembang, berarti ada faktor-faktor, baik yang dominan maupun tidak, yang menghambat munculnya kreativitas tersebut. Salah satu faktor yang dominan adalah faktor orang tua ketika mendidik anaknya. Kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan kreativitas seseorang adalah sebagai berikut:

  1. Membatasi eksplorasi, apabila orang tua atau pendidik membatasi eksplorasi atau pertanyaan mereka makan akan membatasi perkembangan kreativitas seseorang.

  2. Keterpaduan waktu, jika seseorang terlalu banyak diatur sehingga hanya sedikit waktu bebas untuk berbuat sesuka hati, maka seseorang akan kehilangan salah satu yang diperlukan untuk perkembangan kreativitas.

  3. Dorongan kebersamaan keluarga, memberikan pekerjaan yang sama pada anggota keluarga tanpa memperdulikan bakat dan pilihan seseorang akan menghambat kreativitas.

  4. Membatasi khayalan, orang tua yang yakin bahwa melamun adalah memboroskan waktu dan menjadi sumber gagasan yang tidak realistis berupaya keras untuk menjadikan seseorangnya realitas.

  5. Peralatan permainan yang sangat tertruktur, seseorang yang diberi peralatan main yang sangat terstruktur seperti boneka yang berpakaian lengkap atau buku berwarna dengan gambar yang harus diwarnai, kehilangan kesempatan bermain yang dapat mendorong perkembangan kreativitasnya.

  6. Orang tua yang konservatif, orang tua yang konservatif yang takut menyimpang dari pola sosial yang direstui sering bersikeras agar seseorangnya mengikuti langkah-langkah mereka, padahal disadari dapat menghambat perkembangan kreativitasnya.

  7. Orang tua yang terlalu melindungi, jika orang tua terlalu melindungi seseorangnya maka seseorang akan kurang kesempatan untuk mencari cara mengerjakan sesuatu yang baru atau berbeda.

  8. Disiplin yang otoriter, disiplin yang otoriter membuat sulit atau tidak mungkin ada penyimpangan dari perilaku yang telah disetujui orang tua.