Mengapa banyak induk membunuh anaknya sendiri?

Kita cenderung menganggap pada umumnya hewan merawat dan membesarkan anak – anak mereka. Karena secara moral sesuai dengan tanggungjawab para induk, sepertinya hal ini masuk akal. Kebanyakan binatang berusaha beranak sebanyak mungkin dan berusaha sekuat mungkin agar anak – anaknya tetap hidup, agar gen mereka terwariskan. Jadi, bagaimana mungkin ada spesies yang mengembangkan kecenderungan atau hasrat membunuh anaknya sendiri?

Ya, spesies apa pun yang induknya secara rutin membunuh anaknya pasti akan sangat cepat punah. Tetapi, kemungkinan binatang membunuh sebagian anak – anaknya sendiri telah berkembang sebagai hasil sampingan perilaku yang malah bermanfaat. Contohnya: banyak induk mamalia termasuk anjing, kucing, dan primata, menjilati luka anaknya. Dalam banyak hal, cara ini menjadi tindakan pengobatan dan bermanfaat. Jilatan tersebut membersihkan luka dan biasanya air liur induk mengandung antibakteri untuk mengurangi risiko infeksi. Dalam beberapa kasus, ketika keadaan sang anak tak membaik, sang induk tetap menjilatinya, kemudian memakannya. Selanjutnya, mungkin ia terus memakan seluruh anak – anaknya termasuk yang sehat.

Contoh lainnya soal binatang yang membunuh anaknya sendiri ini sulit dijelaskan. Dalam sejumlah spesies mamalia, sang induk terkadang tampak sengaja membunuh anaknya yang baru lahir. Ini sering terjadi pada kawanan babi, cukup sering, sehingga mereka dianggap sebagai hewan yang biasa membantai anak – anaknya. Diperkirakan sekitar 5 persen babi yang baru menjadi induk (gilt), akan membunuh paling tidak salah satu anaknya. Dan data ini, jika terdapat l00 induk baru, sekitar 5 ekor induk tersebut akan membunuh anaknya. Rasio ini akan berkurang, jika dipelihara dekat babi betina yang berpengalaman. Pembunuhan anak oleh induk seperti ini telah ditemukan juga pada kelinci dan kumbang.

Sebagian induk hewan jantan juga diketahui membunuh anak – anaknya sendiri. Saat ikan bass muda menetas, ayahnya akan bertindak sebagai pelindung, menjaga daerah di sekitar anak – anaknya dan mengelilinginya agar tetap bersama – sama. Setelah beberapa hari, sebagian besar ikan muda akan berenang pergi. Dan sejak itu, sang ayah akan memperlakukan anak – anak yang keluyuran itu seolah ikan kecil lain, yang dapat dipastikan, yang akan ia makan, jika ada kesempatan. Barangkali setelah beberapa saat, ia tak lagi mengenali mereka sebagai anaknya sendiri.

Referensi : https://unikterbaru.wordpress.com