Mengapa anak yang orang tuanya dirawat di panti jompo sering dianggap anak durhaka?

Semakin berumur, memang kemampuan fisik dan kognitif akan semakin berkurang. Oleh karena itu tidak heran kalau merawat orang tua perlu kesabaran dan ketelatenan. Tidak semua orang memiliki sumber daya baik waktu maupun tenaga untuk melakukannya. Salah satu solusi perawatan orang tua adalah di panti jompo. Selain perawatan kesehatan, di sana orang tua juga bertemu dengan orang-orang yang seusia dengannya. Namun di sisi lain, di masyarakat kita banyak yang beranggapan kalau orang yang memasukkan orang tuanya ke panti jompo adalah anak yang durhaka, karena tidak mau repot-repot merawat orang tuanya. Bagaimana pendapatmu mengenai hal ini?

3 Likes

Pertama mungkin karena panti jompo masih menjadi tempat yang asing bagi banyak orang Indonesia sama halnya dengan panti asuhan. Yang kemudian menganggap anak yang menitipkan anaknya di panti jompo sama dengan membuang dan menelantarkannya. Sama seperti panti asuhan yang imejnya adalah tempat dirawatnya anak-anak buangan juga yatim piatu.

Kedua, masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi etika sopan santun dan penghormatan kepada orang yang lebih tua terlebih lagi kepada orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita. Sehingga merawat orang tua dianggap sebagai bentuk bakti dan balas budi atas pengorbanan mereka selama membesarkan kita. Maka tak salah jika anak yang menitipkan orang tuanya di panti jompo dianggap sebagai anak yang durhaka.

Ketiga, masih banyak pandangan kolot yang menganggap anak adalah investasi hari tua. Mereka kemudian menyamaratakan pandangan tersebut kepada semua orang tanpa tahu latar belakang dan alasan mengapa si anak mengambil keputusan tersebut.

Saya yakin tidak ada anak yang berniat menelantarkan orang tuanya, tetapi banyak alasan yang melatarbelakanginya. Bisa saja si anak sibuk bekerja sehingga merasa tidak mampu menjaga orang tuanya dengan maksimal.

2 Likes

Saya termasuk orang yang menyayangkan kalau ada seorang anak yang lebih memilih merawat orang tuanya melalui fasilitas di panti jompo. Walaupun bukan berarti sang anak akhirnya menelantarkan orang tuanya, tetapi saya menyangkan keberkahan dan pahala yang bisa didapatkan ketika kita sebagai anak bisa merawat orang tuua kita dengan tangan kita sendiri hingga akhir usianya. Saya pun tidak membayangkan orang tua saya akan menghabiskan usianya di panti jompo… lebih baik saya memperkerjakan seseorang untuk bekerja di rumah sambil membantu saya merawat orang tua saya.

Apabila alasannya ada pekerjaan, saya tidak bisa mendahulukan pekerjaan daripada orang tua. Saya pun akan menyesuaikan pekerjaan saya dengan tanggungjawab saya sebagai anak, bukan saya yang menyesuaikan dengan pekerjaan. Rezeki itu berasal dari Allah, dan salah satu ridho Allah adalah ridho orang tua. Saya akan berusaha mendapatkan ridho orang tua dengan senantiasa sabar merawat orang tua.

Namun sekali lagi, saya tidak men-judge seorang anak yang orang tuanya di panti jompo adalah anak durhaka. Saya yakin mereka punya alasan masing-masing. Selama dia bisa menuntaskan kewajibannya sebagai anak, menurut saya fine-fine saja.

1 Like

Saya ras amindset ini ada karena dirasa anak yang menitipkan orang tua di panti jompo adalah anak yang tidak menyayangi dan merawat orang tuanya. Padahal sih ada banyak alasan anak menitipkan orang tua ke panti jompo. Misalnya karena anak kerja dan tidak ada waktu daripada orang tua tidak ada yang mengurus dan anak satu-satunya saya rasa sih ini bisa di toleransi. Daripada ada hal yang tidak diinginkan terjadi kepada orang tua kita.

Hanya alasan itu sih menurut saya yang bisa diterima, diluar itu saya tidak toleransi. Karena dimasa tua yang dibutuhkan orang tua adalah waktu anaknya. Jika memang terpaksa menitipkan orang tua ke panti jompo, anak wajib selalu mengunjungi dan berbincang dengan orang tuanya. Agar orang tua tidak merasa kesepian, karena anak adalah salah satu sumber bahagia orang tua.

Sepakat dengan opini ini tidak bisa kita menjudge anak yang menitipkan orang tua ke panti jompo adalah anak yang durhaka.

Saya setuju sekali dengan pendapat ini. Saya sendiri termasuk orang yang belum pernah ke panti jompo. Bahkan saya kaget ketika melihat serial drama dengan latar luar negri yang memasukkan tempat panti jompo sebagai inti cerita. Saya kira pada awalnya panti jompo adalah tempat untuk orang tua - orang tua yang “dibuang”.

Tapi kenyataannya, di luar negeri justru banyak orang tua yang masuk ke panti jompo karena keinginannya sendiri. Banyak dari orang tua yang merasa mendapatkan teman yang seumuran, kemudian perawat yang siap untuk merawat mereka dengan keahlian yang memadai, selain itu banyak kegiatan lainnya yang membuat keseharian orang tua ini tidak membosankan. Setidaknya itu gambaran panti jompo yang saya lihat di dalam series luar negeri.

Selain itu, para orang tua pun merasa tidak menjadi beban untuk anaknya jika ia dititipkan ke panti jompo. Begitu pula sang anak akan merasa orang tuanya akan terjaga lebih baik jika di panti jompo dibanding jika harus ditinggal di rumah sendirian. Mungkin juga banyaknya bantuan dari pemerintah untuk para orang tua jika dititipkan ke panti jompo membuat panti jompo jauh lebih ramah bagi orang di luar negeri. Stigma yang menakutkan jadi perlahan menghilang.

Mungkin memang alasan stigma itu masih beredar karena banyak orang masih tidak tahu apa manfaat yang bisa dirasakan bagi orang tua ataupun anaknya jika mengirimkan orang tuanya ke panti jompo.

1 Like

Wah, saya baru taumalahan pandangan terkait hal ini Dan menurut saya orang tua yang berfikiran seperti ini termasuk orang tua yang mandiri dan masih antusias untuk belajar. Melihat dari motivasinya seolah-oah seperti daftar sekolah baru dan mendapatkan banyak kegiatan di sana. Berbeda dengan orang tua yang sering saya lihat di sekitar saya, biasanya sih aktivitasnya masih sekedar mengurus rumah atau sebagai hiburan adalah dengan menonton tv. Bahkan banyak juga nenek-nenek yang masih pengen merawat cucunya di rumah… Mungkin karena saya tidak familiar dengan lingkungan di panti jompo, saya juga tidak mengerti bagaimana fasilitas yang disediakan di sana. Bagaimana orang tua kalau tidur atau sakit,

Tapi kalau dikatakan anak yang menitipkan orang tuanya di panti jompo, menurut saya ya bukan durhaka sih. Anaka dikatakan durhaka kalau menelantarkan orang tuanya, yang sama sekali tidak merawat.

Terkadang ada juga orang tua yang memang tidak ingin membebani anak. Mungkin memang tergantung pola pikir masing-masing orang ya

Saya tidak menganggap mereka durhaka. Namun, terlepas dari alasan apa pun, saya hanya merasa sangat miris melihat seorang anak memilih untuk menempatkan orang tuanya di panti jompo. Mungkin benar, sebagian besar orang tua bisa kembali ke sifat layaknya anak-anak sehingga perlu dirawat dengan sabar dan penuh perhatian, tetapi ingat, saat kita juga masih anak-anak yang perlu dirawat dengan penuh kesabaran dan perhatian, apa orang tua memilih menempatkan kita di panti asuhan? Kan tidak. Dalam berbagai kesibukan mereka yang lain, entah itu bekerja demi memenuhi kebutuhan anaknya atau apa pun, ia tetap menjaga anaknya di rumah, membiarkan anak-anak tinggal bersama mereka dalam keadan apa pun.

Coba pikir, tanpa bermaksud menghitung-hitung umur apalagi mendoakan kematian, waktu yang dihabiskan orang tua untuk membesarkan kita pasti jauh lebih lama dibanding kesempatan kita merawat mereka di hari tuanya. Jadi, dengan waktu yang cenderung lebih singkat itu, apa masih tega membiarkan orang tua tinggal di panti jompo?

Jadi, daripada menempatkan orang tua di panti jompo, saya rasa lebih baik mencari pengasuh untuk bekerja di rumah (di waktu sang anak sibuk kerja, misalnya), maka tetap orang tua bisa selalu tinggal dengan anak-anaknya. Sebab meski ada sebagian orang tua yang mungkin memilih tinggal di panti jompo, saya tidak yakin kalau itu benar-benar keinginannya sendiri. Saya pikir pilihan itu lagi-lagi dibuat karena memikirkan si anak: takut merepotkan, menjadi beban, atau mengganggu kehidupan ‘baru’ si anak. Padahal bagi orang tua sendiri, kehidupannya selalu tentang anak-anaknya.

Saya setuju denga pendapat @vl_smip kalau adanya stigma yang membuat orang-orang tidak tahu manfaat dari panti jompo. Tetapi, saya juga mendukung pendapat @ArivahBalqis dengan etika di Indonesia.

Kalau kita kaji secara nilai budaya, saya mendukung kalau orang-orang yang mempunyai orang tua di mana menempatkan orang tuanya di panti jompo itu durhaka karena menunjukkan sikap ketidakmampuannya untuk merawat orang tuanya. Analoginya, ketika orang telah berjasa memberikan pelayanan kepada kita secara cuma-cuma, pastinya kita akan berusaha membalas ketika mereka masih hidup dan berusaha semaksimal mungkin untuk memberika yang terbaik. Bukankah makin parah kalau orang tua yang masih hidup dan ingin bercengkrama dengan anaknya malah dibuang ke panti?

Berbeda dengan kasus kalau anaknya telah tiada. Kalau semisal ada dari pihak tetangga yang mengantarkan orang tua renta yang sudah tidak memiliki anak baiknya diletakkan ke panti jompo. Memang jelas kalau mereka tidak ada yang akan merawat terlebih tetangga pastinya memiliki keluarga juga yang dihidupi.

Baiknya kita lebih memilih nilai budaya sebagai norma masyarakat agar sistem kehidupan berbudaya membuat seluruh elemen saling berbahagia.