Mengapa Allah Swt kebanyakan menyifatkan surga dengan nikmat-nikmat material?

Mengapa Allah Swt kebanyakan menyifatkan surga dengan nikmat-nikmat material?

Al-Quran terkadang mendeskripsikan surga dan neraka dengan sifat-sifat material dan terkadang dengan sifat-sifat non material. Terkadang berbicara tentang kebun-kebun surgawi, bayangan-bayangan yang memberikan kelezatan, makanan-makanan dan wadah-wadah yang berharga, minuman-minuman suci, pakaian-pakaian dan perhiasan-perhiasaan mewah, istri-istri jelita dan seterusnya. Juga terkadang berbicara tentang keridhaan Ilahi, keceriaan batin dan seterusnya.

Surga non material dari sisi tingkatan dan kedudukan sangat tinggi dari surga material dan nikmat-nikmat material, sebagaimana dalam surah al-Taubah disebutkan tentang sifat-sifat nikmat-nikmat material kemudian menyatakan,

“Dan keridaan Allah adalah lebih besar (daripada itu semua).” (Qs. al-Taubah [9]:72)

Artinya keridhaan dan kerelaan Allah Swt lebih dari segala nikmat yang telah disebutkan pada ayat sebelumnya. Namun sebagian tingkatan surga non material terkhusus untuk sebagian orang beriman bukan untuk seluruh orang beriman,

“Apakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin dimasukkan ke dalam surga yang penuh kenikmatan? Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui.” (Qs. al-Ma’arij [70]:38-39)

Dengan memperhatikan perbedaan kedudukan penghuni surga dan perbedaan nikmat-nikmatnya, surga disebutkan dalam al-Quran dengan empat nama: Jannah Adnin, jannah Firdaus, jannah Na’im, jannah Ma’wa. Senada dengan itu, dalam sebuah riwayat dari Imam Shadiq disebutkan,

“Para penghuni surga disebutkan dalam al-Quran antara lain, “Surga Eden, surga Firdaus, surga Na’im, surga Ma’wa.”

Dalam al-Quran di samping disebutkan surga dengan sifat-sifat material juga surga disifatkan dengan ciri-ciri non material, namun lebih banyak dijelaskan dengan sifat-sifat material, hal itu disebabkan karena kebanyakan masyarakat mengalami banyak kesulitan mengenal sesuatu melalui penyifatan-penyifatan non material, bahkan mustahil mereka dapat mengenal sesuatu dengan penyifatan-penyifatan non material. Karena pikiran manusia lebih banyak bersentuhan dengan materi dan atas dasar itu mereka tidak mampu memahami tingkatan-tingkatan dan pemahaman-pemahaman non material surga yang berada pada derajat tinggi.

Al-Quran dalam hal ini menyatakan,

“Seorang pun tidak mengetahui pahala yang disembunyikan untuk mereka yang dapat menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. al-Sajdah [32]:17)

Demikian juga dalam hadis nabawi disebutkan,

“Allah Swt berfirman, ‘Aku telah menyiapkan untuk para hamba-Ku sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, belum pernah terbetik dalam hati manusia.”

Dengan demikian, karena menggambarkan nikmat-nikmat spiritual surga sangat sulit maka Allah Swt menjelaskan nikmat-nikmat material yang dapat dipahami dan dicerap oleh semua orang sementara dalam menjelaskan kenikmatan-kenikmatan dan kelezatan-kelezatan non spiritual surga, Allah Swt hanya menjelaskannya secara global.