Mencoba baju yang akan dibeli menggunakan Virtual Fitting Rooms (VFRs)

vfr

Era globalisasi membuat teknologi menjadi suatu keseharian yang selalu ada disekitar. Teknologi dapat digunakan untuk membantu kegiatan sehari-hari, salah satu terobosan yang baru saja dibuat adalah VFRs (Virtual Fitting Rooms). Sepertinya salah satu terobosan keren dan memudahkan ya kadics :wink:

4 Likes

Perusahaan apparel atau konfeksi memiliki alternatif baru dalam layanan fitting atau mencoba pakaian sebelum membeli dengan fasilitas Virtual Fitting Rooms (VFRs). Teknologi ini menggunakan kamera dan layar pintar untuk mengetahui bagaimana tampilan seseorang menggunakan pakaian yang ingin dicoba. VFRs seringkali digunakan pada usaha e-commerce.

Online apparel sales have been one of the most popular e-commerce product segments in the past decade (Zhang, Wang, Cao, & Wang, 2019)

Berbelanja secara daring pada masa pandemi seperti saat ini menjadi sangat lumrah dan bahkan lebih direkomendasikan untuk dilakukan daripada berbelanja secara konvensional. Calon pembeli tidak perlu repot-repot keluar rumah untuk berbelanja dan tetap dapat mengatahui bagaimana spesifikasi barang yang akan dibeli melalui keterangan barang pada aplikasi e-commerce. Teknologi VFRs membantu calon pembeli mengerti rupa pakaian ketika dikenakan terbatas pada visual saja. Calon pembeli maih belum bisa mengetahui pengalaman mengenakan pakaian ketika digunakan, akan tetapi bisa dibantu dengan keterangan spesifikasi yang sudah dicantumkan pada deskripsi barang. Pada calon pembeli tradisional teknologi semacam VFRs akan menimbulkan Technology Anxiety atau kecemasan teknologi yang menuju pada tidak terpenuhnya kepuasan membeli.

Technology anxiety is defined as the extent to which a consumer feels fear and pressure when considering use or actually using a technology tool (Cambre & Cook, 1985)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Li dan Xu (2020) ditemukan fakta bahwa keadaan pandemi menuntut adanya keharusan seseorang untuk belajar mengenai teknologi, oleh karena itu kebiasaan belanja konvensional menjadi berubah berbasis teknologi dan teknologi VFRs terbukti mendapat tanggapan penggunaan yang baik pada masyarakat Cina.

By exploring consumers’ adoption intention, this study confirmed that Chinese consumers held positive adoption intention toward VFRs and provided an insight of Chinese consumers’ behaviours toward VFRs (Li dan Xu, 2020)

Terdapat 5 aspek yang menggambarkan adanya penggunaan baik pada teknologi VFRs yang dikutip dari penelitian Li dan Xu (2020)

  1. Perceived Usefulness (Kegunaan)
    Penggunaan VFRs diketahui sangat berguna, calon pembeli tidak perlu reit untuk pergi ke toko untuk membeli dan mencoba pakaian. Calon pembeli hanya butuh gawai yang memenuhi spesifikasi penggunaan aplikasi dan mereka bisa dengan mudah meilhat tampilan mereka ketika menggunakan pakaian yang akan dibeli.

  2. Perceived Ease Of Use (Kemudahan Penggunaan)
    Hasil penelitian menunjukan masyarakat masih dalam tingkat moderat dalam menggunakan teknologi ini. Teknlogi VFRs dianggap bagus secara konsep dan kegunaan akan tetapi kurang sesuai sebagai fungsi. Tidak semua calon pembeli dapat mengoperasikan teknologi VFRs secara mandiri. Calon pembeli berekspektasi bahwa harus ada usaha yang besar untuk mengoperasikan teknologi VFRs. Secara keseluruhan tingkat moderat diberikan pada aspek ini karena masih rendahnya pengopersian VFRs pada calon pembeli. Akan tetapi aspek ini bisa ditingkatkan dengana danya edukasi pengguna.

  3. Perceived Enjoyment (Kepuasan yang Diterima)
    Proses fitting pakaian ketika belanja merupakan salah satu alasan calon pembeli untuk berbelanja di took secara langsung. Kegiatan ini disubtitusi dengan VFRs sehingga bahan dan bentuk pas tubuh dengan pakaian masih belum pasti. Tingat akurasi barang virtual dengan aslinya masih belum pasti. Perkembangan teknologi VFRs dan edukasi pada peggunaan teknologi ini yang akan membuat teknologi VFRs dapat diterima seluruh kalangan masyarakat sebagai alternative belanja daring konfeksi.

  4. Fashion Leadership (Kepemimpinan Bidang Fashion)
    Semakin tingginya pengetahuan dan penguasaan diri terkait fashion pada seseorang dapat meningkatkan tingkat kepemimpinannya dalam memutuskan untuk berbelanja pakaian secara daring. Dampak terbesar adalah pada bagaimana penggunaan dan kepuasan yang diterima setelah berbelanja. Keputusan calon pembeli dengan tingkat kepemimpinan tinggi akan membuat pakaian yang dipilih tidak secara emosional. Hal ini berpengaruh pada kepuasan pembeli.

  5. Technology Anxiety (Kecemasan Teknologi)
    Tingkat moderat masih ditunjukan pada bagaimana calon pembeli akhirnya dapat memutuskan membeli pakaian dengan teknologi VFRs. Biasanya ketika seseorang sudah terbiasa dengan gawai dan teknologi akan menganggap berbelanja secara virtual sebagai hal lumrah, berbeda dengan seseorang dengan intensitas lebih rendah dengan teknologi maka masih memiliki kecemasan teknologi berupa kurangnya kepuasan pada after-sales pembeli.

Referensi
  1. Ailin Li & Yingjiao Xu (2020): A study of Chinese consumers’ adoption behaviour toward virtual fitting rooms, International Journal of Fashion Design, Technology and Education, DOI: 10.1080/17543266.2020.1758798

  2. Cho, S., & Workman, J. E. (2015). College students’ frequency of use of information sources by fashion leadership and style of information processing. Fashion and Textiles, 2(1), 25.

  3. Zhang, T., Wang, W. Y. C., Cao, L., & Wang, Y. (2019). The role of virtual try-on technology in online purchase decision from consumers’ aspect. Internet Research, 29(3), 529–551

3 Likes

Apabila Kadics ingin mencoba merasakan Virtual Fitting Rooms (VFRs) langsung melalui gawai cerdas terdapat beberapa merk ternama dan e-commerce yang menyediakan fasilitas ini antara lain:

  1. Chanel

    Sumber: Chanel.com

Merk Chanel melalui lamannya chanel.com menyediakan item fashion yang dapat dicoba menggunakan webcam laptop. Tidak semua item dapat dicoba secara virtual, selama tersedia tombol Try On maka Kadics bisa mencoba item tersebut. Item seharga ratusan hingga ribuan dollar bisa dicoba secara gratis dari gawai pribadi.

  1. L’Oreal

    Sumber: loreal-paris.co.uk

Selain item fashion, Kadics dapat mencoba produk-produk yang perlu diaplikasikan milik merk L’Oreal seperti make up, hair do, dll. Sistem fitting yang digunakan adalah, Kadics mengirim foto selfie sesuai ketentuan kemudian sistem akan mengirim hasil foto dengan pengaplikasian produk. Untuk menggunakan fasilitas ini Kadics dapat menekan tautan di bawah ini.

  1. Puma

    Sumber: highsnobiety.com

Produk Puma saat ini bisa digunakan secara virtual menggunakan gawai cerdas. Dilansir dari laman yang dimilikinya yaitu us.puma.com, Puma bekerjasama dengan sistem AR Wanna Kicks. Untuk merasakan fasilitas ini, Kadics harus mengunduh aplikasi di iOS bernama Wanna Kicks

3 Likes

Menggunakan VFRs untuk mencoba barang yang dijual sudah ramai juga digunakan di Indonesia. Buktinya, produsen kacamata bernama kcmtku.id mencantumkan fitur VRS. Fitur VFRs oleh kcmtku.id dapat diakses melalui https://kcmtku.id/, Kadics dapat menekan tombol Coba Kacamata dan akan muncul fitur coba dengan model atau coba dengan webcam.


Sumber: kcmtku.id

Strategi penggunaan fitur kcmtku virtual try on memberikan kelengkapan lebih dan kenyamanan pengguna dalam membeli kacamata yang diinginkan pembeli. Penggunaan VFRs menunjukan adanya tambahan nilai bagi pembeli karena untuk memiliki program ini tidak murah.

Most likely, online fitting room is a part of an online store. So, it is not a separate project with a dedicated team. And if you need to create it as an additional feature, the team could probably consist of PM (part-time), back-end engineer, front-end engineer, QA engineer(probably part-time), designer(probably part-time). logicify.com

Adanya perusahaan asli Indonesia yang telah menggunakan teknologi VFRs pada produknya menunjukan bahwa telah adanya kemajuan penambahan nilai dan perubahan cara pandang penjualan dengan mengikuti perkembangan global. Tim yang dibutuhkan untuk membuat sistem cukup banyak dan saat ini telah didukung dengan adanya jurusan pendidikan tinggi mengenai IT sehingga SDM pengembang dapat diambil langsung dari masyarakat lokal Indonesia sendiri.