Memasang Gap terhadap Teman yang Tidak Sefrekuensi, Wajar Kah?

Untitled-28

Berteman dengan siapa saja memang baik dan mudah, namun berbeda halnya dengan bergaul yang pastinya sedikit lebih sulit karena harus memiliki rasa kecocokan tersendiri. Seperti pada saat pertama masuk kuliah, kebanyakan orang memilih untuk berkenalan dan berteman dengan siapa saja, namun lambat laun bisa jadi temannya itu-itu saja. Bahkan sudah ada yang berteman, namun ternyata semakin lama pertemanan tersebut dianggap kurang cocok, karena bisa dibilang “beda frekuensi”. Hal tersebut dapat membuat hubungan pertemanan menjadi tidak nyaman dan juga tidak tulus. Mungkin ada yang bertahan dengan hubungan pertemanan seperti itu karena menganggap jika memasang gap takutnya jadi “gak enak” karena takut menyakiti hati seseorang, dan mungkin ada juga yang berterus terang kepada sang teman dengan apa yang dirasakan.

Nah menurut Youdics, bagaimana pendapatmu dengan hal yang disebutkan di atas? Apakah wajar jika seseorang memasang gap terhadap teman yang dirasa tidak sefrekuensi?

Image Source

two women sitting on cliff looking at the ocean photo – Free Girl Image on Unsplash

Menurut saya tergantung dari orang masing-masing, ya karena diluar sana pasti banyak orang memiliki cara dan sikap tersendiri dalam menyikapi teman yang tidak sefrekuensi. Ada orang yang langsung menjauhi orang yang tidak sefrekuensi, ada juga orang yang tidak menjauh namun tidak begitu sering berinteraksi seperti sebelumnya. Kalau pengalaman saya pribadi saya memilih diam terlebih dahulu, mungkin dia memiliki sifat yang lainya yang belum muncul ataupun lainnya. Jika saya pikir memang tidak baik untuk saya kedepannya saya akan lebih baik tidak berkomunikasi atau bisa dibilang menjaga jarak dengan mereka.

Menurut saya hal ini wajar saja dilakukan. Adanya anggapan bahwa sifat seseorang dipengaruhi oleh 5 orang terdekat dan yang paling sering ditemuinya, hal ini membuat kita sebagai seorang individu memang sudah seharusnya memilih pergaulan yang sesuai dan yang pastinya akan membuat diri menjadi lebih baik juga.

Ketika ada salah seorang teman dalam lingkungan pergaulan yang memiliki visi misi dan prinsip yang berbeda dengan kita, tidak usah ragu untuk memberikan mereka jarak.

Tidak perlu takut untuk merasa ‘nanti jadi tidak punya teman’ it’s a big no. Jikalau kita sendiri sudah tahu apa value diri kita, akan banyak orang-orang yang pastinya juga ingin berteman dengan kita.

Menurutku wajar-wajar saja. itukan suatu reaksi alami kita ketika merasa memiliki teman yang tidak sefrekuensi. secara sadar atau tidak, kita pasti lebih mendekatkan diri dan memilih kepada teman yang sefrekuensi dibanding yang tidak sefrekuensi. juga, dalam berteman sepertinya lebih enak kalau memiliki teman-teman yang satu frekuensi, bukan? untuk kebaikan dalam hal topik obrolan maupun kenyambungan dalam berkomunikasi.

Menurut saya wajar-wajar saja. Faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal salah satunya adalah adanya persamaan, entah dalam segi hobi, kesukaan, sifat, dan sebagainya. Miller & periman (2009, dalam, (Baron & Branscombe, 2012) mengemukakan bahwa ketika kita menemukan orang yang mirip dengan kita dan saling berbagi asal-usul, minat dan pengalaman yang sama terasa sangat menyenangkan. Semakin banyak persamaan semakin mereka saling menyukai. Sedangkan jika saya pribadi mengalaminya, biasanya saya akan mengurangi intensitas pertemuan saya dengan teman saya. Namun, sebisa mungkin saya akan tetap berusaha memperlakukan mereka dengan baik selagi mereka tidak melewati batas.

Sumber

Baron, R. A., & Branscombe, N. R. (2012). Social Psychology (Thirteen e). Pearson Education.

Menurutku hal ini sangat wajar untuk kita lakukan. Sebab dengan memberikan gap dengan teman yang tidak sefrekuensi ini dapat menyelamatkan kita dari kesalahan dalam memilih teman serta menyelamatkan kita dari kemunafikan dalam menjalani kehidupan. Memilih dengan siapa kita akan berteman atau bahkan memilih untuk menjauh dari orang lain itu merupakan hak semua orang. Tidak perlu memaksakan untuk terus berteman jika memang dirasa tidak sejalan dengan kita, baik dari pola pikir, tingkah laku, atau bahkan gaya hidupnya.

Memaksakan untuk terus menjalin pertemanan dengan orang yang tidak sefrekuensi seperti itu hanya akan menghabiskan tenaga kita, dan memicu ketidak tulusan dalam berteman. Kita akan cenderung untuk terus berpura-pura/ berbohong merasa nyaman di depannya padahal kita sangat tidak nyaman dengan hal tersebut. Dan itu juga berpotensi membuat kita bermuka dua, baik di hadapannya tapi menjelek-jelekan di belakangnya. Jadi keputusan untuk memberikan gap dengan teman yang tidak sefrekuensi merupakan keputusan yang terbaik.

Menurut saya wajar karena tiap orang pasti ingin mempunyai teman yang sepaham atau sefrekuensi. Tapi juga menurut saya tidak perlu diterapkan gap antara dengan teman satu dengan yang lainnya. Selama relasi atau pertemanan itu tidak toxic relationship. Jika memang dirasa biasa saja, tidak ada rasa tekanan ketika berteman, walau tidak satu frekuensi, menurut saya tidak perlu adanya gap. Justru kita bisa lebih membuka diri atau pikiran untuk sudut pandang - sudut pandang yang baru, yang kemungkinan bisa kita dapatkan dari teman yang tidak sefrekuensi. Dengan begitu akan ada manfaatnya juga. Tetapi resikonya juga cukup besar yaitu kemungkinan kita akan dikhianati karena relasi kita kurang deep dan trust, tidak sedeep dan trust dengan teman yang sefrekuensi.

Summary