Melirik Hati Yang Lain

Εορτολόγιο_ Μεγάλη γιορτή σήμερα 26 Οκτωβρίου - Δείτε ποιοι γιορτάζουν

Sang mentari tlah menampakkan wujudnya. Pagi ini suasana tampak berbeda. Aku bahagia dan semangat sekali untuk berangkat ke sekolah. Setelah selesai bersiap dan bersarapan aku pun berangkat dengan sepeda miniku.

Perjalanan terasa cepat sekali. Setengah perjalanan menuju sekolah aku bertemu dengan tiga orang teman satu kelasku. Mereka Rio, Damar dan Bayu. Dengan semangat aku kayuh sepeda miniku untuk mendahlui mereka. Aha… akhirnya sekarang aku sudah di depan mereka. Rasa-rasanya aku seperti tuan putri dengan tiga pengawal.

Kemudian, setelah beberapa menit berlalu aku pun sampai di sekolah. Aku parkirkan sepeda miniku sebelum masuk ke kelas. Seperti biasanya, aku pelankan jalanku ketika menaiki tangga demi tangga menuju kelas. Ya… aku selalu memperhatikan dia, dan berharap selalu berpapasan ketika berangkat. Sosoknya memang telah aku kagumi sejak pertama kami duduk di kelas yang sama. Sungguh aneh memang, sudah berjalan hampir dua tahun lamanya. Namun, kekagumanku terhadapnya tak berpindah pun.

Lama, mata ini meliriknya yang tak kunjung datang. Dan akhirnya aku pun bergegas masuk ke kelas. Sesampainya di kelas, aku pun langsung duduk di kursi yang biasa aku duduki. Tiba-tiba, tanpa sengaja aku menemukan sebuah kotak kecil berbungkuskan kertas kado. Aku pun menengok ke kanan dan ke kiri, melihat sekeliling ruang kelas. Tak ada orang yang mencurigakan atau pun memperhatikan. Kelas pun masih terbilang sepi. Sebentar, di kotak ini tertulis happy birtday.

“Apa ini buat aku ya?” gumamku lirih.

“Tunggu dulu, sekarang bulan maret. Dan, ternyata umurku berkurang hari ini. Ok, ini pasti buat aku.” Batinku kuat.

Lalu, kuputuskan untuk menyimpannya di laci terlebih dahulu.

Waktupun terus berganti. Satu mata pelajaran pun telah dimulai. Aku pun fokus memperhatikan pak Joko, guru yang sedang mengajar. Teng… teng… Tak terasa lonceng pun berbunyi tanda pelajaran jam pertama telah usai. Waktu istirahat pun tiba. Aku pun segera melangkah ke kantin.

“Hem… Tari buru-buru banget ya ke kantin. Gak biasanya.” Gumam khansa temanku.

Tiba-tiba, “Apa ini?” ucap khansa terkejut.

Ya, khansa menemukan kotak berbungkus kado yang berada di laci.

“Hem… siapa ya yang kasih kado ini ke aku? Apa dia mau nembak aku ya?” gumam khansa lirih.

“Ya udahlah ya, aku simpan aja. Toh ini ditaruh di laci mejaku. Pasti buat aku.” Batin khansa.

Kotak yang berbungkus kertas kado itu pun disimpan khansa ke dalam tasnya. Selang beberapa menit berlalu. Waktu istirahat pun selesai. Aku pun bergegas masuk ke dalam kelas kembali.

Lama kami menunggu bu Salma masuk untuk mengajar, namun nihil. Tak kunjung datang. Wawan, si ketua kelas pun bergegas mencari beliau. Lima menit berlalu, Wawan pun kembali dan memberi kabar bahwa guru-guru sedang rapat. Nah, seketika kelas begitu ramai teman-temanku bersorak-sorai kegirangan. Itu artinya kelas kosong alias bebas.

Bagiku, ini sebuah dilema. Ujian akan segera tiba dan materi pun belum selesai. Selanjutnya, Aku putuskan untuk membaca beberapa materi yang seharusnya akan dipelajari. Satu jam pun telah berlalu. Agaknya mulai jenuh juga. Aku tengok khansa tengah asyik berbincang dengan teman-teman di kursi belakang. Aku pun memberanikan diri untuk bergabung. Dan kami pun asyik mengobrol tanpa memperdulikan waktu.

Tiba-tiba, ada yang menyanyi happy birthday to you… happy birthday to you… happy birthday to you… happy birth…day to you… dan aku langsung berbalik melihat siapa yang menyanyi. Ternyata, tak disangka itu dia. Seseorang yang selama ini aku kagumi. Sekilas, aku teringat dengan kotak tadi. “jangan-jangan itu dari dia. Ya, pasti dari dia.” Batinku. Hem… Bahagia sekali aku hari ini…

Teng… teng… teng…

Suara lonceng pun berbunyi, tanda waktunya pulang. Aku pun bergegas kembali ke kursiku untuk berkemas. Kemudian, aku mencoba mengambil kotak yang ada di laci. Dan hasilnya nihil. Tak ada kotak apapun di laci, hanya kotak pensil dan bukuku saja. Aku pun bertanya ke khansa.

“khansa, kamu lihat kotak kecil berbungkus kado di sini gak?” tanyaku.

“Kotak kecil ini maksud kamu?” ucap khansa sambil menunjukkan kotak kecil yang aku maksud.

“Nah, iya yang ini. Bawa sini itu punyaku.” Pintaku sedikit memaksa.

“Loh, ini itu punyaku.” Kata khansa sedikit mengeyel.

Seketika, terjadilah berdebatan kecil di antara aku dan khansa. Kemudian, kami memutuskan untuk membuka kotak itu. Dan ternyata, kotak itu ditujukan kepada Sofie, teman yang duduk di meja sebelahku. Kemungkinan yang memberi salah tempat. Aku dan khansa pun tercengang satu sama lain. Tak meyangka kalau kado ini untuk orang lain. Akhirnya kami pun tertawa bersama.