Melangkah Pasti Bersama Asa

Hallo Youdics!
Apa kabar?
Saya berharap, setiap dari kita dalam keadaan sehat dan semangat.
Stay Safe, ya! Have a great day!

Kali ini saya ingin berbagi kisah inspiratif nih!
Namun, saya juga rindu untuk setiap dari kita dapat mengapresiasi kisah ini dengan hidup lebih positif. Nah, baiklah. Kalau begitu, langsung saja kita simak yang satu ini.

Ada suatu kisah…

Oops, nanti dulu! hehe… Hampir saja saya melupakannya! Jadi…

Sebelumnya, saya ingin menceritakan sedikit tentang foto ini. Foto ini saya ambil pada tahun 2016 di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Supaya pesan inspiratif dapat mengena atau tersampaikan pada setiap penikmat foto ini, saya memberikan sedikit polesan (editing) dengan menggunakan beberapa aplikasi ringan (editor foto) di smartphone saya. Hanya sedikit yang saya atur, seperti: meningkatkan saturation, sorot, bayangan, mengurangi eksposur dan kontrasnya. Dan mengapa sih saya memilih foto ini?

Bagi saya kisah di balik foto ini haruslah didengar dan diapresiasi oleh banyak orang. Perjuangan seorang ibu yang tidak mengenal putus asa dan berani menghadapi tantangan di depannya. Ketangguhan yang ada dalam beliau telah berhasil melawan keterbatasan dengan optimisme yang kuat. Sosok yang sangat luar biasa! Menurut saya adalah suatu keputusan yang tepat, memilih untuk mengangkat kisahnya menjadi karya Photostory yang mengandung unsur inspirasi yang perlu diapresiasi. Apresiasi di sini maksudnya adalah dengan meneladani hal-hal positif yang ibu tersebut amalkan dalam kehidupan beliau hari lepas hari. Tentunya, kita dapat memulainya dengan melakukan hal-hal kecil yang seringkali kita abaikan dalam kehidupan kita. Dan ternyata hal-hal kecil itu memiliki dampak positif yang sangat besar untuk kita semua.

Baiklah, saya akan melanjutkan kisah ini…

Suatu hari yang cerah, saya hendak pergi berlibur bersama beberapa teman Gereja saya di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Masih tersimpan dalam ingatan bagaimana tantangan yang kami hadapi dalam perjalanan. Setiap detik dalam perjalanan sungguh menarik dan menyenangkan. Hingga tibalah kami pada destinasi liburan tujuan kami. Dengan mengendarai kendaraan pribadi dari tempat keberangkatan yakni, GPIB Immanuel Bung Karno Mataram, kami membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 1 jam untuk sampai pada Bendungan Aik Nyet Sesaot. Ya, itulah tujuan kami. Dilansir dari laman dikpar.lombokbaratkab.go.id dalam artikelnya yang berjudul Sesaot (07-09-17, 15:04 WIB); Aik Nyet Sesaot adalah salah satu destinasi wisata sungai yang airnya berasal dari Gunung Rinjani. Wisata ini menyatu dengan Kawasan Hutan Lindung Sesaot. Letaknya sekitar 5 Km sebelah utara Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Singkat cerita, sampailah kami pada tujuan. Kami harus berjalan kaki sedikit untuk sampai pada Bendungan tersebut. Tidak terlalu jauh dari tempat kami memarkirkan motor-motor kami. Di sana kami disuguhkan pemandangan yang masih asri. Disapa oleh pepohonan yang menjulang tinggi, suara gemricik air yang mengalir, bebatuan sungai dari yang paling kecil hingga paling besar ada di sana, juga merdunya kicauan burung-burung yang saling bersahutan, serta ada beberapa penduduk desa sekitar yang mengambil beberapa hasil alam dari hutan Sesaot, seperti: kayu, daun pisang, dll. Indahnya pemandangan di sana membuat kami tidak pikir panjang untuk segera mengambil foto. Dari selfie hingga memotret pemandangan dan aktivitas pengunjung juga penduduk sekitar. Kami tidak ingin melewatkannya. Ketika kami selesai bersua foto di sungai dekat Bendungan tersebut, kami segera menyusuri jalan setapak dan bergegas menuju Bangunan yang dapat melihat Bendungan dari atasnya. Benar sekali, kami tidak ingin ketinggalan untuk mengambil foto dari atas.

Saat hendak menuju ke sana, tanpa disengaja saya melihat seorang ibu yang melewati pembatas bendungan dan dengan gesit menaiki tangga besi pada bangunan dekat bendungan itu. Bergegaslah saya – namun, sesampainya kami di atas, karena begitu tingginya saya pun sedikit merasa takut saat hendak berfoto. Bahkan keinginan saya untuk mengambil foto ibu tersebut pun harus sedikit tergoyahkan dengan rasa ngeri saya akan ketinggian dan dalamnya serta luasnya bendungan yang penuh dengan air tersebut.

Ditambah lagi saya kalah cepat dengan ibu itu. Memang, sepertinya beliau sudah terbiasa dengan medan yang ada. Dan itulah mengapa beliau tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menaiki puluhan anak tangga untuk sampai ke atas bangunan dekat bendungan itu. Tidak hanya keseimbangannya yang patut diacungi jempol. Namun, juga semangat dan keberaniannya untuk menaklukan tantangan di depannya.

Bendungan memang terlihat sangat jelas dari atas, begitu pula dengan sungai tempat kami berfoto-foto tadi. Sungguh indah sekali dan menarik hati untuk segera mengabadikannya dengan kamera. Dan lama-lama sungguh ngeri juga bila melihat ke bawah. Apalagi melihat dan memikirkan seperti apa medan yang di lalui oleh ibu tadi. Pasti licin dan diperlukan keseimbangan yang baik untuk melewatinya. Sosok ibu yang pantang menyerah dalam ujian hidup ini. Bersyukur sekali saya dapat mengambil dua foto ibu tersebut, dan berikut tadi salah satunya.

Walaupun tanpa melihat foto, saya masih ingat sekali pada ibu itu. Beliau membawa satu kantong plastik yang berisi beberapa buah nangka. Ditaruhnya di atas kepalanya dan bersamanya menaiki anak-anak tangga pada bangunan tinggi dekat bendungan. Namun hal itu tidaklah mematahkan keberaniananya untuk menaklukan ketinggian itu. Bayangkan saja, saat itu mulai gerimis dan juga coba renungkan apabila kita yang harus melakukannya – ya, membayangkan saja sudah overthinking bukan? Saya yang hanya mengambil foto dari atas, berdiri dan memegang kamera saja rasanya sudah takut bila melihat ke bawah terlalu lama. Mungkin beberapa dari kalian pernah berkunjung ke sana dan merasakan hal yang sama seperti saya. Tapi kembali lagi, bila kita merasa takut lalu bagaimana dengan beliau? Tidakkah beliau juga merasakan hal yang sama seperti yang kita rasakan? Mungkin saja, iya. Namun, dengan melihat ibu tersebut berhasil sampai atas – memperjelas fakta bahwa ibu itu berhasil melawan rasa takutnya sama seperti kebanyakan orang. Kebutuhkan hidup yang harus dicukupi membuat beliau memiliki keberanian untuk bertahan hidup dan tahan uji.

Apa yang saya lihat, rasakan dan dengar membuat saya tidak hanya ingin mengabadikan momen tersebut dalam betuk foto dengan kamera saya saja. Namun, juga menarik saya untuk menuangkan perjuangan beliau dalam bentuk puisi. Selama ini puisi memang selalu menjadi bentuk karya seni yang sangat saya gemari. Hingga akhirnya setiap saya melihat, merasakan, mendengar, menyentuh, bahkan menghirup saya menyimpannya dalam pikiran dan hati saya. Dan kemudian saya tuangkan dalam bentuk kalimat indah, puisi. Apapun yang bumi sediakan, pasti akan sia-sia bila kita hanya menikmatinya dan tidak mengabadikannya dalam suatu karya seni. Bayangkan saja ada banyak sekali topik. Mulai dari samudera hingga pegunungan, adapun benda-benda langit di atas cakrawala, seluruh hewan, tumbuhan juga manusia ciptaan-Nya, bahkan yang sedang hangat sekarang ini seperti topik di bidang perekonomian, pendidikan, politik hingga kesehatan. Berikut ini, karya seni puisi sebagai bentuk apresiasi untuk beliau dan seluruh ibu di dunia.

Terimakasih, Sang Surya!
Karya: Dyotachayu Solagratia Purnomo

Daksa yang rimpuh tidaklah dijadikannya sebagai alasan,
tuk berhenti berjuang,
menghadapi tantangan yang ada di depan
Ialah sosok yang tak sumarah
terlihat jelas pada aksanya yang berbicara dengan tegas,
sampaikan pesan pada setiap orang bahwa keberanian dapat melawan keterbatasan

Uang memang satu hal buana yang anitya dan akan hirap
Namun, ini bukan tentang cinta uang apalagi keserakahan
Melainkan suatu perjuangan,
tuk menyambung hidup yang berkecukupan
tuk menyambut cerahnya masa depan

Medan yang licin dan curam tidaklah menjadi matrik baginya
Karna ia sosok yang wiweka pun hibuk dalam hidupnya
Seorang ibu yang kenes jua sujana
Adapun renjana dan asa yang membara dalam dirinya
Bagai sang surya bagaskara dan karnanya kegelapan pun sirna

Saya ingin menutup Photostory ini dengan beberapa kutipan dari R.A. Kartini;

“Seorang perempuan yang mengorbankan diri untuk orang lain , dengan segala rasa cinta yang ada dalam hatinya, dengan segala bakti, yang dapat diamalkannya, itulah perempuan yang patut disebut sebagai ‘ibu’ dalam arti sebenarnya.”

“Tahukah engkau semboyanku? ‘Aku mau!’ Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata ‘Aku tiada dapat!’ melenyapkan rasa berani. Kalimat ‘Aku mau!’ membuat kita mudah mendaki puncak gunung.”

“Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu.”

-Selesai-

Terima kasih.
Semoga menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua.
Semangat berkarya!
God bless us.

1 Like