Melalui MVP, apa saja hal yang dapat mendongkrak kesuksesan Airbnb?

Sebelum masa kejayaannya kini, Airbnb mengembangkan MVP (Minimum Viable Product), lalu hal-hal apa saja yang dapat mendongkrak kesuksesan Airbnb melalui MVP tersebut?

1 Like

Airbnb, perusahaan yang mengoperasikan online community marketplace bagi orang-orang untuk mendaftar atau ter-registrasi, ditemukan, dan dapat melakukan book akomodasi di seluruh dunia secara online atau dari telepon seluler ke individu maupun ke bisnis. Airbnb memungkinkan penggunanya untuk berbagi pengalaman trip atau travel mereka. Hal tersebut juga memungkinkan orang-orang di seluruh dunia untuk menyewakan ruang ekstra mereka dan menampilkannya kepada viewer melalui website Airbnb. Airbnb juga menerbitkan majalah online trip yang bernama Airbnbmag. Perusahaan ini sebelumnya dikenal sebagai AirBed & Breakfast, yang didirikan pada tahun 2008 dan berbasis di San Francisco, California, dengan kantor di Amerika Utara, Eropa, dan Asia.

Pada tahun 2007 akhir, dua orang desainer produk, Brian Chesky dan Joe Gebbia yang baru saja pindah ke Sans Fransisco, memiliki sebuah permasalahan yang perlu untuk diselesaikan, yakni mereka membutuhkan bantuan untuk membayar sewa mereka. Pada saat itu, mereka memiliki beberapa extra spaces di ruang tamu apartemen mereka — yang paling tidak cukup untuk beberapa air mattresses. Mereka berpikir bahwa mungkin beberapa orang akan mau membayar ruang tersebut dan tinggal bersama mereka. Selain itu, permasalahan yang tidak kalah krusial lainnya yakni: susah dan mahalnya mencari ruangan hotel. Permasalahan tersebut dirasakan oleh para peserta conference yang biasanya membutuhkan bukan hanya tempat yang terjangkau untuk tinggal, tetapi juga ‘tempat tinggal’ (tempat tinggal yang layak). Mungkin mereka akan bersedia membayar untuk tinggal bersama beberapa orang asing.

Asumsi produk awal Airbnb adalah orang-orang asing (strangers) akan membayar untuk tinggal di rumah mereka. Dalam hal ini, mereka mencoba men-test asumsi mereka. Chesky dan Gebbia memainkan peran sebagai penjual. Mereka menyediakan air metteresses di ruang tamu mereka, free wifi, gratis sarapan, dan janji pengalaman jaringan yang bagus dan unik dengan orang-orang yang berpikiran sama (like-minded). Alih-alih mereka menyewa atau membeli bangunan baru untuk disewakan, mereka memanfaatkan extra space di apartemen mereka untuk dikomersialkan. Mereka menggunakan aset yang sudah ada untuk men-test asumsi mereka secepat mungkin. Sama seperti kita yang mungkin menggunakan tool atau third-party tool dalam prototipe awal, mereka meminimalkan biaya, risiko mereka. Dari sana, mereka bisa mengumpulkan data dan melakukan iterasi untuk tahap selanjutnya.

Kompetitor mereka pada saat itu adalah Couchsurfing.org, yang telah dirilis tahun 2004 oleh Casey Fenton. Yang membedakan Couchsurfing dan Airbnb adalah Couchsurfing tidak melibatkan perdagangan. Para tamu dapat menawarkan untuk memasak makanan atau membersihkan, tetapi tidak ada komponen moneter (uang) untuk pertukaran. Untuk muncul sebagai platform yang layak menawarkan dan menggunakan kamar, Airbnb perlu melakukan dua hal. Pertama, diperlukan untuk menunjukkan ada market untuk sewa kamar berbayar. Kedua, diperlukan untuk menarik cukup banyak pengguna ke platform-nya sehingga penawaran dan permintaan dapat dipenuhi di lokasi mana pun (secara online).

airbnb2

MVP Airbnb: Strangers, Air Beds, Free Wifi, and Breakfast

Dalam MVP (Minimum Viable Product) mereka, tidak ada situs web yang jelas untuk memilih beberapa tanggal, lokasi, atau harga, seperti halnya Airbnb saat ini. Mereka menargetkan satu demografi: peserta tech conference. Mereka tidak perlu memberikan opsi lain untuk membuktikan asumsi sederhana ini. Mereka tidak perlu memperhitungkan setiap kasus penggunaan. Mereka hanya perlu memastikan bahwa jumlah orang yang cukup bersedia untuk menyewa apa yang mereka tawarkan. Mereka akhirnya menemukan tiga orang, yang masing-masing setuju untuk membayar $80 per malam.

Dengan membangun tahap secara sederhana dan belajar pada tahap awal, mereka menghindari apa yang bisa menjadi kegagalan yang membutuhkan biaya besar dan mahal. Lebih baik gagal dan cepat menyesuaikan diri, daripada belajar pelajaran yang sama setelah menghabiskan banyak waktu dan uang. Didalam produk awalnya, Chesky dan Gebbia ikut serta sebagai seller.

Asumsi kedua mereka adalah orang lain akan mengjinkan atau membiarkan strangers membayar untuk tinggal dirumah mereka. Dalam produk awal mereka, Chesky dan Gebbia memainkan peran dari penjual. Sekarang dengan beberapa data positif di sisi pembeli, sudah waktunya untuk mendapatkan beberapa data dari sisi penjual. Untuk melakukannya, mereka meluncurkan fitur baru yang memungkinkan host untuk mendaftarkan ruang mereka di platform. Sekali lagi, alih-alih mencoba mengoptimalkan untuk setiap use case, mereka mempertahankan fitur situs dan desain yang sederhana: pengguna sekarang dapat melihat lokasi dan harga yang tersedia di peta, dan meminta untuk tinggal di sana untuk harga yang dapat dinegosiasikan.

Meskipun terdapat beberapa awal yang salah dan mengalamai iterasi yang berulang, jawaban atas asumsi inti yang kedua yakni host sebenarnya bersedia dibayar untuk berbagi tempat tinggal mereka dengan orang asing. Setelah mengalami masa iterasi dan pengembangan MVP dan produk jadinya, Airbnb melanjutkan pengembangan platformnya berdasarkan data dan feedback dari user hingga menjadikan seperti Airbnb sekarang ini. Airbnb tidak lagi berfokus khusus pada konferensi atau acara, namun platform Airbnb telah digunakan oleh jutaan host dan tamu di seluruh dunia. Pada tahun 2014, Airbnb dihargai $10 miliar. Pada 2015, mereka dihargai lebih dari $20 miliar.

Sumber: Airbnb's App Success Story: A Solid MVP | Fueled
Bloomberg - Are you a robot?