MASKER & APD, Sang Pelindung ataukah Bom Waktu yang Menunggu untuk Meledak?

Tahukah teman-teman semua bahwa, menurut sebuah studi, terdapat 129 miliar masker wajah sekali pakai yang digunakan seluruh dunia setiap bulannya. Masker dan APD (Alat Pelindung Diri) menjadi hal yang esensial di masa pandemi untuk memerangi virus korona. Namun, bagaimanakah akhir perjalanan mereka dikemudian hari dan seperti apa dampaknya untuk lingkungan?

images

Berdasarkan data LIPI, jumlah timbulan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Indonesia, termasuk masker dan alat pelindung diri (APD), mencapai 1.662,75 ton selama masa pandemi. Menanggapi hal ini telah dilakukan beberapa langkah pencegahan maupun penanggulangan limbah masker oleh beberapa pihak diantaranya yaitu, mengurangi menggunakan masker sekali pakai. Namun, praktek ini tidak memungkinkan untuk diterapkan kepada pasien positif korona dan para awak medis karena masker re-usable (masker kain) tidak optimal dalam menyaring udara. Sehingga pihak LIPI pun menawarkan jalan lain yakni mendaur ulang masker untuk dijadikan produk lain. Mereka memecah masker yang terbuat dari polipropilen (salah satu jenis plastik) menjadi bijih plastik untuk kemudian diolah menjadi benda lain sesuai yang diinginkan. Proses ini hanya menggunakan masker sekali pakai yang berasal dari sampah rumah tangga dan bukan dari rumah sakit maupun tempat isolasi pasien korona karena dikhawatirkan virus yang menempel di masker dapat menginfeksi orang lain.

Meskipun telah ada langkah preventif dan penanggulangan yang ditawarkan, problem terkait limbah masker dan APD sekali pakai yang setiap detiknya terus bertambah belum dapat teratasi. Nah, melalui diskusi ini saya ingin mengajak teman-teman untuk turut memberikan perhatian terhadap masalah lingkungan yang tergolong baru ini sehingga tidak muncul masalah besar yang kemungkinan harus kita hadapi di masa mendatang.

Referensi :