Masih Adakah Privasi Diri di Era Digital Seperti Saat ini?

Semakin berkembangnya zaman maka semakin berkembang pula teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Dalam hal ini, mungkin saat menggunakan telepon seluler kita tiba-tiba mendapatkan notifikasi kode OTP dari sebuah aplikasi, pesan dari nomor yang tidak kita kenal seperti judi online, togel online, pinjaman online, dll. Lalu, darimana orang-orang ini mendapatkan informasi data kita? Yang pasti adanya kejadian ini menandakan bahwa data pribadi Anda sudah bocor ke pihak-pihak tersebut.

Benar adanya bahwa adanya teknologi yang berkembang ini memang memudahkan kehidupan manusia. Namun, kita perlu bertanya-tanya dengan adanya perkembangan teknologi ini dan dengan penggunaan teknologi ini yang membutuhkan data diri kita sebagai syarat untuk menjadi salah satu pengguna teknologi mereka, masih adakan privasi diri sendiri di era saat ini.

Bahkan Jamie Barlett dalam buku karangannya “The People vs The Tech” memberikan kesimpulan bahwa adanya perkembangan teknologi ini akan membuat teknologi memonitor segala perilaku manusia. Yang mana hal ini pastinya akan membuat manusia benar-benar tidak memiliki privasi apapun di era digital ini.

Lalu, bagaimanakah menurut kalian? Masih adakan ruang privasi diri di era digital saat ini?

Referensi
  1. Privasi di Era Digital, Amankah?

Hal ini yang sangat disayangkan di Indonesia baik pemerintah dan warganya, dimana data diri kita tidak pernah diperhatikan atau dipertanggung jawabkan dengan baik, dan sering sekali terjadi kasus kebocoran data sepeti bpjs, marketplace, bank dan yang paling heboh akhir-akhir ini sertifikat vaksi bapak presiden Joko Widodo. Dimana bahkan dalam kasus tersebut bukan diretas akan tetapi sistem keamanan si aplikasi yang sangat lemah.

Sebelumnya saya berfikir selama kita bijak dalam menggunakan teknologi, maka ruang privasi kita masih dapat dikatakankan aman. Akan tetapi berdasarkan pernyataan tersebut ada benarnya juga.

Setidaknya setiap orang pasti menggunakan internet setiap harinya, yang membuat perilaku kita dapat dilacak, baik itu dari sosial media atau histori pencarian internet kita. Kalau saya ambil contoh, seringkali misal laptop saya sedang rusak, tiba-tiba bermunculan iklan laptop baru di internet.

1 Like

Untuk kasus yang semacam ini, sepertinya hal tersebut di luar kendali kita. Bahkan saat mengganti dengan nomor baru pun, selang 2 hari kemudian pesan yang serupa akan muncul lagi. Artinya, memang fenomena tersebut kurang bisa kita kendalikan. Jika demikian, maka kita sebagai pengguna yang harus pintar-pintar memilah pesan mana yang benar dan mana yang hanya tipuan.

Selebihnya, upaya preventif harus dilakukan oleh setiap masyarakat. Cara mudahnya adalah dengan membatasi aktivitas bermedia sosial. Pikirkan terlebih dahulu mana yang pantas dibagikan ke orang lain dan mana yang memang harus disimpan saja. Kita juga bisa memilih dengan siapa saja kita ingin berteman, pandai dalam mengatur lingkup pergaulan di dunia maya. Dengan cara demikian, setidaknya bisa meminimalisir tersebarnya privasi kita karena sering tidak disadari bahwa bocornya data pribadi kita kemungkinan disebabkan oleh kelalaian kita sendiri.

1 Like

Data diri merupakan hal yang sangat penting karena merupakan bagian dari identitas pribadi kita yang sifatnya sangat privat. Tetapi pada kenyatannya, di era digital seperti saat ini, privasi diri seolah - olah memudar dengan banyaknya fenomena yang seperti sudah disinggung sebelumnya oleh teman - teman di kolom diskusi ini seperti mendapatkan notifikasi dari nomor tidak dikenal dan lain sebagainya. Hal ini membuat kita sebagai bagian dari era digital tersebut harus lebih berhati - hati dan waspada terhadap segala upaya yang dapat membahayakan privasi diri kita, terutama saat kita menggunakan media sosial.