Marketing Places untuk Pemasaran Wisata

Pembuatan rancangan usaha wisata termasuk pemasaran wisata akan lebih baik dan terarah tujuannya apabila menggunakan marketing places yang sesuai. Apakah Youdics memiliki contoh penentuan marketing places untuk pemasaran wisata? yuk tulis di bawah

1 Like

Saya memiliki contoh hasil analisis saya mengenai bagaimana upaya peningkatan pemasaran wisata melalui pendekatan marketing places di Kabupaten Bojonegoro. Saya dulu membuatnya ketika mendapat mata kuliah pemasaran wisata :slight_smile: :slight_smile:

Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia saat ini tengah aktif mengembangkan diri dalam segala bidang. Pengembangan kegiatan kegiatan di setiap sektor tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Penelitian ini memfokuskan diri pada bagaimana mengembangkan sebuah potensi wisata suatu daerah. Metode yang digunakan adalah marketing places. Pada esai ini akan dipaparkan hasil utama penelitian terutama dari sisi potensi dan kendala. Secara garis besar setiap daerah harus mengembangkan sektor pariwisata dengan memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin. Salah satu sektor yang masih belum dioptimalkan pengembangannya adalah sektor pariwisata, meskipun dalam penyusunan kebijakannya, strategi untuk sektor ini telah sering dirumuskan, namun ternyata pelaksanaannya masih mengalami kendala seperti yang juga dialami oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro

Dalam beberapa tahun (sebelum krisis moneter) volume arus wisatawan yang berkunjung ke Indonesia meningkat, namun dengan adanya musibah nasional berupa krisis moneter, arus wisatawan sejak tahun 1998 cenderung menurun, akan tetapi sejak suksesnya pemilihan umum dan sidang umum MPR, keadaan berangsur-angsur membaik, meskipun belum bisa dikatakan stabil. Akan tetapi hal tersebut juga menimbulkan masalah, yakni bahwa arus wisatawan tidak merata dan hanya terpusat pada beberapa Daerah Tujuan Wisata (DTW) utama, terutama Bali. Gejala ini perlu diatasi dengan mengarahkan para wisatawan ke daerah daerah tujuan wisata potensi lainnya.

Daerah-daerah tujuan wisata yang diperkirakan memiliki potensi pariwisata diharapkan dapat segera dikembangkan dan mampu menghasilkan keuntungan. Hal ini merupakan peluang emas yang segera bisa dimanfaatkan. Akan tetapi pemanfaatan peluang tanpa perencanaan yang matang bisa mendatangkan petaka.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dalam menggerakkan perekonomian Indonesia dan menjadi bagian dari perekonomian global. Berlangsungnya revolusi 3T (transport, telecommunication, tourism) menunjukkan bahwa kegiatan pariwisata telah menjadi salah satu kekuatan yang mampu mempercepat penyatuan dunia dalam integrasi ekonomi dan pergerakan manusia lintas daerah dan bahkan lintas negara (Rusman, 2004). Konsentrasi pengembangan kepariwisataan Jawa Timur ditumbuhkan pada objek wisata alam dan budaya. Perkembangan di masa mendatang diperkirakan akan mengikuti pola yang ada sekarang. Masih terpusatnya struktur kegiatan pariwisata di Jawa Timur mengakibatkan kurangnya kemampuan pelayanan fasilitas pariwisata yang ada dan menurunnya kualitas lingkungan wisata akibat penggunaan yang melebihi daya dukung.

Persoalan sekarang adalah bagaimana membangun strategi agar masyarakat dapat menikmati hasil perkembangan tersebut. Itu sangat apabila terjadi sesuatu kebudayaan berkembang pesat, karena waktu itu sementara kesejahteraan anggota masyarakat yang mendukungnya tidak pernah meningkat. Apapun bentuk perkembangan wisata budaya perlu diingat bahwa masyarakat bukan untuk pariwisata, tetapi sebaliknya harus berada pada landasan prinsip ”pariwisata untuk masyarakat”. Prinsip semacam ini lebih mendahulukan kepentingan masyarakat daripada kebutuhan masyarakat. Maka kebijaksanaan dan perencanaan pariwisata harus punya arah sehingga dalam diri setiap orang anggota masyarakat tumbuh rasa memiliki aset wisata yang ada sekitarnya.


Sumber: flickr.com

Melihat posisi strategis wilayah Kabupaten Bojonegoro yang mempunyai luas wilayah 2.384,02 km2 , dengan total populasi 1.213.000 jiwa (data tahun 2003) dan kepadatan 508,8 jiwa/km2. Kabupaten Bojonegoro terdiri dari 27 kecamatan yang terbagi dalam 420 desa dan 11 Kelurahan. Kabupaten Bojonegoro berbatasan dengan Kabupaten Tuban di utara, Kabupaten Lamongan di timur, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ngawi di selatan, serta Kabupaten Blora (Jawa Tengah) di barat. Bagian barat Bojonegoro (perbatasan dengan Jawa Timur ) merupakan bagian dari Blok Cepu, salah satu sumber deposit minyak bumi terbesar di Indonesia. Kabupaten Bojonegoro ditetapkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata ( DTW ) di jawa timur oleh Pemerintah, disamping itu kabupaten Bojonegoro merupakan wilayah yang memiliki potensi obyek wisata alam dan budaya telah mendapatkan perhatian wisatawan nusantara pada umumnya dan keadaan ini ditunjang oleh beberapa faktor antara lain:

  1. keadaan topografis;
  2. keadaan geografis;
  3. keadaan sosial budaya;
  4. iklim, fauna dan kekayaan alam.

Dalam kebijaksanaan pengembangan yang tertuang dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Jawa Timur, Kabupaten Bojonegoro berada di kawasan C yang meliputi Kediri, Nganjuk, Pacitan, Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi, Lamongan, dan Tuban. Pada kawasan ini wisata yang dikembangkan adalah wisata pantai dan laut, wisata budaya, wisata alam, terutama telaga.

Pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan, keluarga, atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Kebanyakan orang selalu mendatangkan tempat pariwisata itu mendapatkan kawasan wisata : Khayang Api, kawasan wisata Waduk Pacal, dan kawasan Wisata Negeri Sekar Angin menjadi Alamnya mempunyai pemandangan.

Agar upaya merancang produk dan layanan kawasan pariwisata agar unik dan berbeda dari produk dan layanan kawasan pesaing (Hermawan,2005). Upaya merancang keunikan dan perbedaan ini bisa berdasarkan konten (apa yang ditawarkan), konteks (bagaimana cara menawarkannya) dan infrastruktur.

Kawasan pariwisata Bojonegoro yang akan ditawarkan dan berbeda dengan kawasan pariwisata lain antara lain adalah : (1) Khayang Api; (2) Tirtawana; (3) Waduk Pacal; (4) Bendung Gerak; (5) Tambang Minyak Tradisional; (6) Petilasan Angling Dharma.
Pengembangan pemasaran pariwisata ditujukan untuk menciptakan promosi pariwisata yang efektif dengan pendekatan profesional, kemitraan antara swasta, pemerintahan, dan masyarakat dalam sedikit untuk mendapatkan serta memperkuat jaringan ke lembaga.

Pada dasarnya wisatawan bedakan sama sekalian, karena itu mendapatkan antara wisatawan nusantara ( WISNUS ) yaitu pendudukan Indonesia yang melakukan dalam perjalanan di dalam seluruh Indonesia disebut juga domestic tourist, wisatawan nusantara (WISNUS) adalah pendudukan Indonesia yang melakukan ke luar negeri, outbound tourist, serta wisatawan mancanegara (WISMAN), yaitu penduduk luar negeri yang berkunjung ke Indonesia, disebut juga outbound tourist.

Wisatawan Nusantara (domestic tourist) adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia (perjalanan dalam negeri) secara sukarela kurang dari satu tahun dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja, serta sifat perjalanannya bukan rutin (commuting), dengan kriteria :

  1. Mereka yang melakukan perjalanan ke obyek wisata komersial, tidak memandang apakah menginap di hotel/penginapan ataupun tidak serta tidak melihat jarak perjalanannya.
  2. Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyek wisata komersial tetapi menginap di hotel/penginapan komersial, walaupun jarak perjalanannya kurang dari 100 km pp.
  3. Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyek wisata komersial dan tidak menginap di hotel/penginapan komersial tetapi jarak perjalanannya lebih dari 100 km pp.

Pentingnya konsep domestic tourist ini diperkuat oleh Cooper (1993) yang menyatakan : (1) jumlah wisatawan domestik di negara manapun akan jauh lebih besar dibanding wisatawan asing yang berkunjung ke negara tersebut, (2) besarnya jumlah wisatawan domestik karena tidak saja mencakup perjalanan untuk bersenang-senang/leisure tetapi juga memasukkan perjalanan untuk tujuan bisnis, ibadah, kesehatan.

Potensi ( Alam, Budaya, ekonomi ) yang dimiliki tempat wisata Kabupaten Bojonegoro :

  • Alam berupa Api Abadi Kayangan Api. Api Abadi Kayangan Api adalah sumber api yang tak kunjung padam yang terletak di kawasan hutan lindung Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur. Komplek ini merupakan sebuah wisata yang menyuguhkan fenomena geologi alam berupa keluarnya gas alam dari dalam tanah
  • Alam berupa waduk bernama bendungan pacal yaitu merupakan salah satu tempat wisata yang ada di Bojonegoro, wisata ini menyuguhkan lingkungan alam yang sangat mempesona karena dikelilingi oleh bukit-bukit yang sangat indah. Bendungan yang di bangun pada tahun 1933 pada jaman Belanda itu bernama Waduk Pacal ( Bendungan Pacal ) karena berada di desa Pacal. Daya tarik wisata ini adalah kemegahan dan kekokohan bangunan peninggalan zaman Belanda dan hamparan air yang melimpah dengan panorama alam dan hutan jati yang mempesona.
  • Budaya, setiap daerah memiliki masyarakat yang hidup dengan prinsip dn keyakinan yang mereka pegang teguh sesuai dengan akar tradisi dan agama mereka. Nilai Nilai yang terkandung dalam tradisi dan agama tersebut akan tercermin dari setiap penganutnya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat keyakinan dan interpretasi dari nilai-nilai yang diyakininya.
  • Ekonomi, dalam melakukan analisis lingkungan ekonomi berbagai aspek perubahan ekonomi makro harus dikaji dan dicermati oleh pemasar kawasan pariwisata. Pertama, menyangkut sistem dan struktur ekonomi yang diadopsi oleh negara dan berbagai implikasi yang ditimbulkannya. Hal ini seiring dengan semakin menipisnya sumber daya yang ada terjadi perubahan paradigma perekonomian daerah dari eksploratif sumber daya alam, beralih pada orientasi menjadikan sumber daya alam tersebut sebagai komoditas akhir yang memiliki nilai/harga paling tinggi. Kedua, menyangkut perkembangan kondisi ekonomi-politik makro. Perubahan orientasi sistem harga dari terkendali menjadi berdasarkan pada orientasi pasar. Perubahan ciri masyarakat pertanian dari berbasis pangan menjadi berorientasi pada pasar dan padat teknologi ramah lingkungan.

KESIMPULAN

Meningkatkan pemasaran wisata pada Kabupaten Bojonegoro melalui pendekatan Marketing Places dapat dilakukan melalui:

  1. Konsep domestic tourist atau wisatawan dari warga lokal. Mengembangkan wisata bisa dilakukan dengan pemasaran mulut ke mulut sehingga tercipta sebuah citra baik mengenai wisata tersebut.
  2. Konsep inbound tourist atau wisatawan dari dalam negeri. Minat seseorang terhadap suatu tempat wisata cukup tinggi apabila mudah untuk didapat, maka masyarakat domestik suatu negara bisa menjadi target pemasaran cukup tinggi
  3. Konsep outbound tourist atau wisatawan dari luar negeri. Sudah selayaknya suatu tempat wisata menjadi semakin masyhur melalui kunjungan dari warga negara asing. Orientasi pemasaran dengan target warga asing maka dapat meningkatkan daya kunjung wisata di Kabupaten Bojonegoro.
DAFTAR PUSTAKA
  1. Alex S. Nitisewito, Marketing, ghalia Indonesia, Jakarta, 1991. 2.
  2. Alkadri, dkk, Manajemen Teknologi Untuk Pengembangan Wilayah,- Konsep Dasar, Contoh Kasus,dan Implikasi Kebijakan-, Penerbit Pusat Kajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah (P2KTPW) BPPT, Jakarta, 2001. Basu Swasta DH dan Irawan, Manajemen Pemasaran Mpdern, Edisi kedua, Liberty, 1992
  3. Basu Swastha DH, Azas-azas Marketing, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988
1 Like

Pemasaran destinasi wisata pada dasarnya adalah aktivitas mem- branding -kan destinasi wisata itu sendiri. Karena branding menurut saya bukan hanya sekedar aktivitas yang berkaitan dengan penamaan, logo, atau selogan-slogan saja, tetapi b randing merupakan indikator keberhasilan dari persaingan. Jadi jika destinasi superior di market place, maka dapat dipastikan brand -nya akan kuat di market place tersebut.

Aktivitas pemasaran destinasi wisata diawali dengan memilih target pasar, dan aktivitas tersebut disebut sebagai proses segmenting & targeting . Sedangkan aktivitas mendapatkan, menjaga, dan menumbuh-kembangkan target pelanggan disebut sebagai proses selling . Dan yang terakhir, menciptakan, menyampaikan dan mengkomunikasikan penawaran destinasi disebut sebagai proses positioning . Jadi dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pemasaran destinasi wisata yaitu terdiri dari proses-proses yang disebut dengan branding , segmenting & targeting , selling dan positioning.

Proses branding , segmenting & targeting , selling , serta positioning berada pada tingkatan strategis yang artinya bahwa proses tersebut merupakan keputusan secara jangka panjang. Sedangkan aktivitas taktis yang biasanya disebut sebagai program pemasaran merupakan proses jangka pendek atau menengah yang berupa manuver-manuver agar stratagi yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Keputusan taktis merupakan keputusan mengenai bauran pemasaran ( marketing mix ).

Proses pengelolaan terhadap strategi segmenting , targeting dan positioning saya sebut sebagai market management , proses pengelolaan terhadap strategi branding saya sebut brand management , dan proses pengelolaan terhadap strategi selling saya sebut sales management . Untuk pengelolaan terhadap taktik, atau bauran pemasaran saya sebut value management . Ke-empat sisi pengelolaan pemasaran tersebut Insyaallah akan saya bahas satu persatu pada kesempatan yang lain.