How Nike’s CEO Shook Up the Shoe Industry
Di balik nama besar Nike, terdapat sosok Mark Parker yang memimpin perusahan tersebut. Dia adalah Presiden CEO Nike. Parker sudah bergabung di perusahaan tersebut sejak 1979. Bakatnya untuk membuat sepatu olahraga sudah terlihat sejak kecil. Waktu kecil, ia sangat senang mengutak-atik sepatunya hinga terasa nyaman di kaki.
Obsesi datang secara alami pada Parker. Sebagai juara pelari remaja marathon, ia rutin memodifikasi sepatu larinya sendiri untuk mencari performa yang lebih baik. Kini, desain yang pernah ia sebut “delicate creations” tertanam kuat dalam kesuksesan perusahaan. Salah satu karyanya ialah Visible Air technology, yang ia ciptakan sebagai projek sampingan, ini membantu melonntarkan Nike dari isu di pertengan tahun 80an. John McEnroe, Kobe Bryant, atlet olimpiade, berhasil membuktikan hasil karya Parker. “Dia tidak melakukan sesuatu hanya demi inovasi. Dia benar-benar ingin mengoptimalkan penampilan saya,” kata Bryant.
Hobinya dari kecil itu pun hingga kini terus dilakukan. Sebagai CEO, dia tidak hanya mengelola perusahaan Nike di berbagai belahan dunia. Tetapi menurutnya, juga mendesign, menyatukan antara estetika, inovasi, kenyamanan, dan teknologi. Bahkan, dia tidak pernah membatasi diri dalam mendesign sepatu. “Saya selalu membawa sketchbook kemana pun saya pergi. Saya selalu menggambar sketsa dimana pun saya berada,” ujar Parker.
Parker bukan tipe CEO yang suka mencari perhatian, jadi sampai sekarang sulit untuk memahaminya. “Sebuah keputusan untuk mempertajam dari setiap bagian bisnis, jadi kita bukan menjadi perusahaan besar yang bodoh,” kata Parker. Dia mereshuffle daerahnya untuk menempatkan penekanan baru pada Cina dan Jepang, menyederhanakan proses pelaporan, menangani putaran PHK yang langka, dan mengalami skandal lain yang melibatkan endorser profil tinggi.
Keberhasilan Parker sendiri di Nike sangat berkaitan dengan kesejajaran filosofinya bersama rekan pendiri perusahaan lainnya, Bill Bowerman. Dalam 25 tahun sebagai pelatih atletik di University of Oregon di Eugene, Boweman hanya memiliki satu musim kalah dan dia melatih 21 atlet olimpiade. Dia melakukan penelitian dengan atlet sebagai objeknya dalam pembuatan sepatu yang sempurna, dia terkenal memasak sol sepatu menggunakan setrika istrinya. Sketsanya, dibawa ke pabrik Jepang oleh rekan barunya dan mantan mahasiswanya yaitu Phillip Knight. Kreasinya yang unki itu dipesan dan dipakai lebih dulu oleh atlet Nike terkenal yang pertama, yaitu Steve Prenfontaine.
Parker menggambarkan bahwa awal tahun 80-an sebagai waktu yang suram, perusahaan melewati beberapa masalah dalam industry umum. Pendapatan Nike menurun hingga 75% darii tahun ke tahun di tahun 1985.
Rebook menarik leher perusahaannya, pertempuran Darwin dilancarkan untuk mendapatkan sumber daya dan dukungan. Sementara Nike menacari gagasan, Parker, Hatfield, Bodecker, dan beberapa orang lainnya berfikir untuk bekerja dengan sepatu generasi baru. Julukan mereka di dalam Nike adalah “Speed Group”, tapi Parker berkata. “Kami juga menyebut diri kami tim SWAT.” Bekerja dengan kondisi sederhana, Parker menciptakan keajaiban teknologi yang disebut Visible Air.
Pada tahun 1986, Parker menyiapkan prototipenya dan Knigth membiarkannya menunjukannya ke papan tulis. Lalu, tahun 1987, serangkaian produk sepatu yang disebut model Air Max running and sepatu basket memulai debutnya di sebuah pameran dagang dengan pengunjung yang luar biasa. “Parker membuat produk hebat,” kata Knight. Pada tahun yang sama Nike bekerja sama dengan agen iklan Wieden + Kennedy untuk membuat iklan yang disebut “Revolution” dengan memakai soundtrack lagu The Beatles.
Pada saat yang sama, orang-orang tak terduga untuk pengembangan Nike seperti artis, DJ, designer, dan influencer lainnya menggunakan sepatu yang Parker dan timnya ciptakan.
Pada tahun 2003, Nike telah bermitra dengan Phillips untuk membuat MP3 Player yang dapat membantu menghubungkan pelari dengan music dan statistic latihannya sendiri yaitu jarak, kecepatan, kalori, dan sebagainya. Tetapi itu best seller hanya pada waktu itu, kemudian tenggelam oleh waktu. Lalu, Parker pun memutuskan untuk bertemu langsung dengan Jobs dan menghasilan Nike+, sebuah sensor bagus yang berada di dasar sepatu lari dan memberikan umpan statistic latihan ke dalam iPhone atau iPod dan melalui jaringan social. Nike+ berhasi diluncurkan pada tahun 2006.
Bagi Parker, superstar elit mungkin adalah tikus percobaan pilihan untuk memulai proses perancangan tetapi hatinya tetap berada di alam semesta. Dan Parker memilih statement yaitu “Menghadirkan inovasi dan inspirasi bagi setiap atlet di seluruh dunia. (Dan anda jika memiliki tubuh, maka anda ada;ah atlet.) Dia juga mengumpulkan nine maxims, panduan unik untuk Nike. Yang paling dia pikirkan adalah no. 6 yaitu, “Jadilah spons. Keingintahuan adalah kehidupan. Asumsi adalah kematian. Lihatlah ke sekeliling.”
Sumber: https://www.fastcompany.com/1676902/how-nikes-ceo-shook-shoe-industry