Marilah Membiasakan Diri Dengan Berbuat Kejujuran

kejujuran

Bukan hal yang mudah untuk menjadi seseorang yang jujur terutamanya di dunia yang tampaknya begitu abu-abu ini. Segala sesuatu menjadi begitu buram sehingga kebaikan dan keburukan-kebenaran dan kesalahan bercampur baur. Maka sudah saatnya mendekatkan diri kepada pemilik kebenaran sejati yakni Allah Swt. Kejujuran erat kaitannya dengan hati nurani. Berucap dan berperilaku jujur merupakan suatu sikap menghargai orang-orang di lingkungan sekitar Anda sekaligus pada diri sendiri. Pengertian jujur adalah mengucapkan kata-kata dan memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Sikap jujur merupakan perilaku yang didorong oleh hati nurani.

Jujur dari kata yang amat sederhana, dan memiliki arti yang sederhana pula, yaitu

“ mengakui, berkata atau memberikan suatu pernyataan/informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran”

Kejujuran juga harus dilakukan atau di praktikan dalam kehidupan sehari-hari. Jujur merupakan sikap yang ada pada diri manusia. Akan tetapi kebanyakan manusia sulit menerapkan sikap jujur pada dirinya. Saat ini jarang sekali orang yang benar-benar jujur. Sikap jujur harus ditanamkan pada diri sendiri, dan harus mulai diterapkan pada usia dini. Menerapkan sikap jujur pada anak di usia dini sangatlah penting, karena dengan menerapkan kejujuran pada anak, akan membiasakan anak untuk berkata dan bersikap jujur.

Sikap jujur atau amanah merupakan salah satu sikap yang ada dan dimiliki nabi Muhammad SAW, seperti sabdanya:

“Hendak lah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntun mu pada kebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga. Dan, sesantiasa seseorang berlaku jujur dan se lalu jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah SWT sebagai orang yang jujur. Dan, hindarilah olehmu berlaku dusta karena kedustaan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan, seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt. Sebagai pendusta.” (HR Muslim).

Saat ini begitu mudahnya orang berbohong, tanpa merasa bahwa akan ada konsekuensi tidak baik dari kebohongan yang dilakukannya. Jika membaca berita, tidak sedikit kita temukan hal-hal yang bisa membuat bingung. Kedua belah pihak yang sedang berselisih misalnya dengan mudahnya bersumpah bahwa ia jujur. Padahal pasti salah satu pihak berbohong. Atau dalam hal kasus korupsi yang tidak pernah selesai di negara kita, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai kejujuran semakin menipis di tengah masyarakat.

Dalam kehidupan keseharian kita hal ini juga sering terjadi meskipun dalam hal-hal yang kelihatannya sepele. Ada begitu banyak orang yang tidak menepati lagi janjinya, dan mengingkari amanah yang diberikan kepadanya. Padahal jika kita merenungkan, perilaku jujur sebenarnya mudah menuai berbagai keberkahan. Yang dimaksud keberkahan adalah tetap dan bertambahnya kebaikan.

Sebuah riset dari University of Chicago Booth School of Business mengeksplorasi konsekuensi kejujuran dalam keseharian. Peneliti ingin membuktikan bahwa sebenarnya setiap orang mampu berkata dan bersikap jujur. Sebab, hal yang demikian sangat sederhana, sama sekali tidak sulit.

Dalam kajian yang bertajuk You Can Handle the Truth: Mispredicting the Consequences of Honest Communication , Emma Levine, Asisten Profesor dari Chicago Booth, dan Taya Cohen, Asisten Profesor bidang perilaku organisasi di Carneige Mellon University, Australia, menjelaskan bahwa banyak orang khawatir berlebihan mengenai dampak dari berkata jujur dalam sebuah percakapan.

“Manusia acap kali enggan untuk benar-benar jujur pada orang lain,” jelas Levine.

Kebanyakan orang, kata Levine, berpikir bahwa mengutarakan pendapat kritis atau lebih terbuka mengenai rahasia yang tersimpan menjadikan suasana tidak nyaman pada diri sendiri dan si lawan bicara. Periset mengatakan bahwa khawatir dan takut untuk berucap jujur sering kali justru membuat kita salah langkah. Sebab, percakapan yang jujur tanpa melebih-lebihkan informasi ditemukan peneliti sebagai gaya komunikasi dua arah yang benar-benar menyenangkan. Lalu, periset juga mengungkapkan, respons lawan bicara saat mendengarkan informasi yang jujur terbilang sangat positif dan melegakan.

Periset menyimpulkan, menghindari kejujuran untuk membuat orang lain merasa baik merupakan keputusan yang keliru.

“Menghindari kejujuran atau menutupinya, Anda akan kehilangan kesempatan berada dalam hubungan sosial yang awet sepanjang waktu,” pungkas periset yang menerbitkan hasil penelitian ini pada Journal of Experiment Psychology: General.

Kebiasaan untuk berkata dan bersikap jujur harus dimulai sedari usia dini. Lingkungan yang tepat untuk mengajarkan kejujuran tentu saja keluarga lewat contoh-contoh positif dari orang tua.

Hasanudin Abdurakhman, seorang doktor bidang fisika terapan dari Tohoku Univeristy, dalam artikelnya bertajuk Mengajarkan Kejujuran pada Anak , menjelaskan bahwa orang dewasa yang sering mengajarkan ketidakjujuran pada anak-anak. Menurutnya, tanpa disadari, orang dewasa, termasuk orang tua dan lingkungan sekolah anak telah menanamkan gagasan bahwa jujur itu menyakitkan atau memalukan. Dia memberikan contoh, seperti misalnya, ketika orang dewasa menertawakan anak ketika mengatakan sesuatu yang polos atau yang lebih para menghukum anak padahal sudah mengakui kesalahannya. Alhasil, terbentuk pikiran dalam benak anak bahwa tidak jujur bisa membuat mereka terhindar dari masalah. Selain membuat pikiran dan hati lebih bahagia, jujur juga efektif dalam menyehatkan kondisi fisik kita.

Pentingnya kejujuran dalam kehidupan

Beberapa ayat al-Quran yang menjelaskan pentingnya kejujuran:

Qs. Al- Maidah: 8

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

*“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Diperintahkan kepada orang- orang beriman agar membiasakan diri untuk selalu menegakkan kebenaran dalam melakukan perkara dunia maupun akhirat (agama) dengan penuh rasa ikhlas. Yaitu jika beramal dilakukan dengan baik dan benar tanpa berbuat dzalim terhadap yang lain. Melakukan ‘amr ma’ruf dan nahyi munkar adalah salah satu bentuk menegakkan kebenaran untuk mengharap ridha Allah.

Dalam ayat ini diterangkan bahwa bentuk kejujuran adalah menyatakan kebenaran dalam persaksian secara adil, tanpa didasari unsur apapun, kepada siapapun sekalipun terhadap musuh. Karena apabila terjadi ketidak adilan maka akan timbul perpecahan di masyarakat karena telah hilangnya rasa percaya.

Keadilan adalah salah satu jalan untuk mendapat ridho Allah, dan menunjukkan bahwa kita adalah orang yang bertaqwa. Dengan berlaku adil, kita menghindarkan diri dari murka Allah. Setiap perbuatan tentu ada balasannya, termasuk berlaku adil. Jika seseorang meninggalkan keadilan makan balasan yang ia dapat di dunia adalah kehinaan dan kenistaan. Sedangkan balasan di akhirat adalah murka Allah.

Salah satu dari bentuk kejujuran adalah adil dalam persaksian. Memberikan keterangan yang benar dalam persaksian secara adil dan ikhlas terhadap siapapun sekalipun terhadap musuh, menunjukkan bahwa kita benar orang yang bertaqwa. Memberikan kesaksian yang adil adalah suatu bentuk kejujuran agar kita senantiasa mendapatkan ridho dari Allah swt.

Qs At Taubah: 119

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”

Dalam ayat ini diterangkan bahwa orang yang beriman akan memenuhi perintah Allah untuk bertaqwa dan merasa takut kepadaNya. Dan meninggalkan segala larangannya. Termasuk larangan untuk tidak Bersama- sama dengan orang munafik melakukan dosa yaitu dengan berdusta dan bersumpah untuk kedustaan itu.

Kebohongan itu hanya boleh dilakukan (rukhsohnya) dalam 3 hal:

  • Tipu daya dalam berperang (beradu strategi)
  • Mendamaikan dua pihak yang bersengketa
  • Seorang suami yang berbohong bertujuan untuk menyenangkan hati sang istri.
    Untuk menujukkan keimanan kita, kita harus menjauhi sifat orang munafik yang kebih takut terhadap musuh daripada kepada Allah. Dan kita harus selalu mengucapkan perkataan yang baik.

Jadi, orang yang berdusta dalam keimanannya akan Allah timapakan ujian kepadanya. Setiap perbuatan akan Allah berikan balasannya sesuai hak nya, yang berdusta Allah timpakan cobaan kepadanya dan yang benar dalam keimanannya Allah membalas sesuai haknya atas kejujurannya.

QS Al- Anfal: 58

وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَىٰ سَوَاءٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ

Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat”.

Ketika mengadakan perjanjian dengan suatu kaum tetapi kamu mengkhawatirkan kaum tersebut mengkhianati perjanjian itu karena kamu melihat jelas tanda- tandanya, maka sebelum pengkhianatan itu terjadi hendaklah untuk segera menutup pintu pengkhianatan itu. Yaitu dengan cara memberi tahu kepada mereka dengan cara terang- terangan, tanpa menipu dan tidak tertutup dihadapan mereka dengan sebuah peringatan bahwa kalian tidak akan terikat lagi dengan mereka dan tidak akan lagi mengurusi urusan mereka.

Segala bentuk pengkhianatan sangat dilarang dalam Islam. Ringkasnya dalam ayat ini diterangkan bahwa kita tidak boleh memerangi lawan tanpa memberi tahu terlebih dahulu jika perjanjian tersebut telah dibatalkan. Hal itu bertujuan agar kita tidak dituduh sebagai pelanggar janji.

Segala bentuk pengkhianatan dibenci. Tidak ada jalan lain ketika telah mengetahui tanda- tandanya untuk melemparkan perjanjian tersebut kepada secara terang- terangan kepada mereka agar terhindar dari bahaya orang-orang kafir.

Agar kita terhindar dari bahaya orang kafir, jika kita mengadakan sebuah perjanjian dengan suatu kaum dan kita melihat tanda- tanda pengkhianatan maka kita harus segera menutup pintu pengkhianatan tersebut. Dan kita harus memberikan peringatan secara terang- terang kepada mereka dengan tidak lagi terikat dan mengurusi urusan mereka.

Jadi kejujuran sangat penting dalam kehidupan manusia. Membangun kejujuran dalam kesadaran jiwa manusia itu sangatlah penting, entah itu jujur terhadap sesama manusia lainnya agar tercipta kenyamanan dalam melakukan segala tindakan nyata. Tapi, kita meilhat pula kejujuran juga membuktikan bahwa adanya menguntungkan bahkan merugikan orang lain dari hal jujur itu sendiri. Berbicara jujur adalah salah satu nilai positif yang manjur dalam kehidupan individualisme maupun secara universal.

Daftar Pustaka:

  • Muhamad Arifin Bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi, (Bogor: Pustaka Darul Ilmi, 2008), h. 76.
  • A. Tabrani Rusyan, Pendidikan Budi Pekerti , (Jakarta: Inti Cipta Media Nusantara, 2006), h. 25.
  • Humamah, Kamus Psikologi Super Lengkap, ( Yogyakarta: Cv. Andi Office, 2015), h. 182
  • Precious Info diakses pada Sabtu, 9 Mei 2020 , 20:00 Wib
  • Ahmad Mushtafa Al- Maraghi, Tafsir Al Maraghi jilid 6, (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1987), h. 128- 130
  • Ahmad Mushtafa Al- Maraghi, Tafsir Al Maraghi jilid 11, h. 76-78
  • Universitas Islam Indonesia, Al- Quran dan Tafsirnya Jilid VII, (Yogyakarta: Pt. Verisia Yogya Grafika, 1995), h. 10
  • Moh. E. Hasim, Ayat Suci Lenyepaneun, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1993), h. 2
  • Universitas Islam Indonesia, Al- Quran dan Tafsirnya Jilid IX , h. 353-354
  • Ahmad Mushtafa Al- Maraghi, Tafsir Al Maraghi jilid 20, h. 200
  • Mahmud Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar dan Implementasi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), h. 65- 66
  • Tafsir Al- ‘Usyr Al- Akhir dari Al- Quran Al Karim, h. 100
  • Tafsir Al- ‘Usyr Al- Akhir dari Al- Quran Al Karim, h. 100
  • Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi Membangun Kepribadian Muslim, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 189
  • Kejujuran PDF | PDF, diakses pada pada Sabtu, 9 Mei 2020 , 20:00 Wib
  • Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi Membangun Kepribadian Muslim, h. 191
  • (STAIM-BANDUNG - staim-bandung.ac.id) Tafsir Al- ‘Usyr Al- Akhir dari Al- Quran Al Karim, h. 104
  • (STAIM-BANDUNG - staim-bandung.ac.id) Precious Info diakses pada pada Sabtu, 9 Mei 2020 , 20:00 Wib
  • Mahmud Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar dan Implementasi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), h. 65- 66
3 Likes