Mampukah pemimpin populis berperan dalam krisis COVID-19?

Pemimpin Populis yang bermunculan di dunia - termasuk di Amerika serikat, Brasil, dan Indonesia – turut berkontribusi terhadap kegagalan skala global dalam merespons pandemi COVID-19 secara tepat. Resesi ekonomi dunia pun diperkirakan akan terjadi lebih cepat.

Populisme dapat dipahami sebagai suatu ideologi yang memiliki dua dasar keyakinan:

  1. Masyarakat anti-kemapanan ( anti-establishment ) terdiri atas dua kelompok bertentangan: “rakyat” (yang murni) dan “para elit” (yang korup).
  2. Politik harus menyalurkan “kehendak” yang dimiliki “rakyat”.

Pemimpin populis meyakini bahwa mereka sejatinya adalah representasi kehendak rakyat dan karenanya, mereka dapat mewakili rakyat dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

Karena populisme hakikatnya adalah ideologi politik yang ‘tipis’, dan dapat dikombinasikan dengan ideologi politik kiri atau kanan, pemimpin jenis ini hadir dalam berbagai variasi.

Mereka dapat membangun wacana dengan mengidentifikasi ancaman sosial-budaya seperti isu pendatang, atau membangun narasi isolasi ekonomi atas asumsi bahwa globalisasi adalah ancaman sosial-ekonomi.

Kami melihat bahwa di hampir semua spektrum politik, kepemimpinan populis memiliki sifat-sifat umum yang sama dalam menghadapi COVID-19: bias optimisme dan rasa puas diri, ambigu, dan anti-sains. Sifat-sifat ini membuat mereka tidak mampu memimpin dalam situasi krisis.

Saat ini negara adikuasa Amerika Serikat (AS) dipimpin oleh seorang populis dan cenderung kembali kepada kebijakan-kebijakan menutup diri. Situasi ini menempatkan keamanan kesehatan global dalam pertaruhan. Merosotnya kepemimpinan AS di bawah Presiden Donald Trump telah menggerogoti pengelolaan pandemi dan membuat seluruh dunia dalam risiko.

Sumber : Mampukah pemimpin populis berperan dalam krisis COVID-19?

Wah cukup kritis ya Kak artikelnya! Kan kita berada di bawah kepemimpinan populis nih menurut Kakak. Bagaimana sikap kita sebagai rakyat Indonesia untuk mengatasi permasalahan pada situasi pandemi di bawah kepemimpinan populis?

Terimakasih kak Sulthan. Bagaimana sikap kita dalam mengatasi permasalahan pada situasi pandemi di bawah kepemimpinan Populis? sebagaimana yang kita tahu pada awal pandemi Covid-19 masih dianggap remeh baik dari pemerintah maupun masyarakat. Seperti peringatan-peringatan sejak awal wabah diremehkan serta menunda mempersiapkan fasilitas uji kesehatan sejak dini. Indonesia juga terlambat merespon sedikitnya 45 hari sejak lockdown di Wuhan, China. Karena hal ini terjadi kematian semakin meningkat. Kita sebagai rakyat Indonesia harus lebih sadar untuk tetap di rumah saja kecuali ada kepentingan yang mendesak serta mematuhi protokol kesehatan saat keluar rumah. Selain itu mungkin bagi kita yang memilki kemampuan lebih, dapat menyalurkan dana berupa masker, handsanitizer, dan sebagiannya kepada pihak-pihak yang terkena dampak pandemi yang lebih membutuhkan. Dengan inilah alasan megapa pemilik suara seharusnya mencegah naiknya pemimpin populis.

1 Like

Halo, artikelnya sangat menarik. Menurut saya, pandangan pemimpin populis pasti akan menimbulkan kontra bagi masyarakat tertentu. Hal ini akan menyulitkan mereka untuk membuat kebijakan terkait krisis yang terjadi. Saya ingin bertanya, bagaimana cara para pemimpin tersebut mempertahankan kekuasaan mereka ditengah kebijakan mereka yang bertentang dengan masyarakat?

Terimakasih Saydza, seperti yang aku jelaskan di atas Pemimpin populis meyakini bahwa mereka sejatinya adalah representasi kehendak rakyat dan karenanya, mereka dapat mewakili rakyat dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Mereka dapat membangun wacana dengan mengidentifikasi ancaman sosial-budaya seperti isu pendatang, atau membangun narasi isolasi ekonomi atas asumsi bahwa globalisasi adalah ancaman sosial-ekonomi.
Pemimpin Populis juga memiliki kemampuan “memancing di air keruh” dengan memanfaatkan krisis untuk keuntungan politik sebagaimana terlihat dalam naiknya [ approval rating Trump beberapa waktu lalu]

terlepas dari sifat relatif aktor pemimpin negara yang populis, tentu solusi negara dalam mengatasi permasalahan negerinya adalah masyarakat yang andil dalam segala aktivitas perancangan regulasi. itu adalah tugas yang berat khususnya untuk para awam pemerintahan. tapi ini untuk keberlangsungan hajat hidup orang banyak. kalau yang ditanya mampukah pemimpin populis mengatasi krisis covid-19? contohnya trump tadi. kalau di indo tentu berharap bahwa pemimpin kita mampu mengantisipasi krisis lewat ide dan aksi yang dilakukan secara tepat. sayangnya, dalam pandemi ini, para pemimpin populis memiliki optimisme yang berlebihan dalam menilai kemampuan mereka merespon krisis. pemimpin jenis ini umumnya rentan terhadap rasa puas diri dan menunda-nunda ( complacency )