Makan dan melakukan aktivitas lain dengan menggunakan tangan kanan. Mengapa begitu penting?

Kita sebagai umat Islam pasti tidak asing dengan perintah makan atau melakukan suatu aktifitas dengan mendahulukan tangan kanan. Mengutamakan penggunaan tangan kanan untuk aktifitas sudah menjadi kebiasaan sehari-hari sebagian masyarakat muslim di Indonesia. Dan, ini merupakan sunnah yang secara turun-temurun dilakukan oleh Rasulullah.

Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suka memulai dari sebelah kanan saat mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci, & dalam seluruh aktifitas beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5926 & Muslim no. 268)

Dalam topik ini akan membahas mengapa begitu penting pengaruh penggunaan tangan kanan terhadap otak kita.

Sisi otak mengatur bagian tubuh yang berlainan
Menurut sebuah artikel dari Northern University, otak memiliki dua bagian: kanan dan kiri. Otak bagian kanan mengatur tubuh bagian kiri, sedangkan otak kiri mengatur tubuh bagian kanan. Sebagian besar orang, otak kiri mengatur pengolahan bahasa dan ucapan, sedangkan di bagian kanan mengatur aktifitas nonverbal dan kemampuan spasial.

Otak kiri menstimulasi perasaan menjadi lebih senang
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Richard Davidson di University of Winconsin menguji bagaimana mekanisme otak pada keadaan tertentu. Dengan menggunakan functional MRI (fMRI) technology, Davidson menunjukkan sisi kiri lobus frontal—atau sering disebut sebagai korteks prefrontal kiri—lebih aktif saat seseorang dalam keadaan bahagia. Berbeda dengan sisi kanan lobus frontal—korteks prefrontal kanan—yang lebih aktif ketika seseorang dalam keadaan sedih. Jadi, dengan mempelajari apa yang menstimulasi korteks prefrontal kiri, kita dapat membuat seseorang lebih bahagia.

Otak kanan dapat memengaruhi emosi seseorang menjadi tidak stabil
Kita merujuk pada tulisan sebelumnya tentang penelitian Dr. Richard Davidson yang menyatakan bahwa kortek prefrontal kanan lebih aktif ketika merasa sedih. Dari sana kita dapat menjadikan pernyataan tersebut sebagai acuan bagaimana otak kanan bekerja terhadap emosi seseorang. Sebuah penelitian dari seorang profesor di Masschussets juga mendukung hal tersebut. Ruth Propper, professor psikologi di Merrimack College menyatakan bahwa kedua bagian dari otak seorang kidal dan ambidextrous (seorang yang bisa kidal ataupun normal) lebih terkoneksi ketimbang otak orang normal. Dan, lantaran kedua belah otak mereka saling behubungan, seorang kidal akan lebih terpengaruh oleh area yang bertanggung jawab terhadap emosi negatif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa seorang yang kidal akan cenderung menjadi pribadi yang moody ‘labil’ dan pemarah.

Dari pernyataan-pernyataan tersebut cukup masuk akal jika Rasulullah menganjurkan kita untuk lebih mendominankan tangan kanan ketimbang otak kiri. Karena dengan menggunakan tangan kanan, maka otak kiri kita akan lebih aktif. Dan, di dalam otak kanan terdapat bagian yang disebut frontal korteks yang berfungsi untuk merangsang perasaan senang, sehingga setiap kali kita melakukan aktifitas dengan tangan kanan, maka otak kita juga akan meng-support kita untuk merasa bahagia dalam melakukan pekerjaan.

Walaupun disebutkan orang kidal cenderung ‘labil’, namun bukan berarti semua orang kidal memiiliki kecenderungan seperti yang disebutkan. Setiap orang memiliki kemampuan kontrol diri yang bisa menjadikan dirinya tidak tergantung pada otak. Namun, ada baiknya jika kita mengusahakan diri mengutamakan tangan kanan, karena selain tuntunan Rasul, secara alami tubuh kita (otak) juga bekerja secara positif terhadap diri kita.