Mahasiswa Ngekost Rawan Pergaulan Bebas. Benarkah?

Ketika seseorang sudah tamat bangku SMA sederajat. Pasti akan dihadapi dengan dua pilihan. Pilih bekerja atau lanjut mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Ketika seseorang memilih mengenyam pendidikan tinggu maka status mahasiswa akan melekat kepadanya.

Sayangnya mengari kampus tidak sedekat dan sefleksibel masa sekolah. Tidak semua daerah pasti memiliki kampus dan tidak semua daerah memiliki kampus yang diidamkan sesuai kehendak calon mahasiswa. Maka, tak jarang para mahasiswa harus pergi ke luar kota tempat tinggalnya atau merantau untuk belajar di kampus yang dituju.

Salah satu yang pasti akan ditempuh oleh mahasiswa rantau tentu saja tidak mungkin untuk PP setisp hari. Maka pilihan ada dua kemungkinan, selain nebeng di rumah orang yang dianggap dekat, semisal sanak saudara atau kakek nenek. Tetapi, tidak semua mahasiswa mempunyai pilihan tersebut . Tak jarang, akhirnya satu2 jalan yang ditempuh adalah dengan ngekos.

Kehidupan kost pastinya akan jauh berbeda dengan di rumah. Ketika kos hal yang pasti dirasakan adalah, bahwa seorang mahasiswa akan bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Artinya seorang mahasiswa akan memiliki berbagai kebebasan yang tidam ditemukan pada kehidupan rumah.

Namun, celakanya banyak cerita yang berkembang baik antar sesama kawan atau di laman media sosial bahwa mahasiswa yang ngekos lebih rawan terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Mungkin bukan pacaran yang dimaksud. Tapi, jauh sudah melangkah jauh melebihi batasan wajar, mulai dari seks bebas, atau gemerlap dunia malam nampaknya sudah menjadi rahasia umum.

Terkhusus untuk pergaulan bebas, saya yakin para pembaca #onlinediscussen juga sudah mengetahui hal ini. Untuk lebih memantapkan asusmi saya, setidaknya ada beberapa jurnal & penelitian yang mengiyakan aka hak tersebut, di antaranya

  1. PERGAULAN BEBAS DI KALANGAN MAHASISWA KOST (STUDI KASUS DI JALAN TODDOPULI VII KECAMATAN MANGGALA KOTA MAKASSAR) salah satu skripsi yang diterbitkan oleh mahasiswa dari Universitas Negeri Makassar.
    (Dapat diakses di https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/9175-Full_Text.pdf)

  2. Pergaulan Bebas di Kalangan Mahasiswa dalam Tinjauan Kriminologi dan Hukum yang terbit pada Jurnal Law Research Review Quarterly (2019), 5(2): 135-158.
    (Dapat diakses di https://media.neliti.com/media/publications/94117-ID-prilaku-seks-bebas-bagi-mahasiswa-di-kel.pdf)

  3. PERGAULAN BEBAS DI KALANGAN MAHASISWA KOST (Studi Mengenai Pergaulan Bebas di Kalangan Mahasiswa Kost di Kota Malang) Skripsi yang diterbitkan oleh Mahasiswi daru Universitas Muhammadiyah Malang.
    {Dapat diakses dari http://student-research.umm.ac.id/index.php/department_of_sociology/article/view/7599)

Dan masih banyak fakta dari riset-riset lain yang mendukung asusmi saya tersebut.

Lalu bagaimanakah tanggapan kalian? Apakah di lingkungan akademik kalian juga menemukan hal yang sama?

1 Like

persoalan ini bukan lagi hal yang baru, ini juga menjadi salah satu pertimbangan orang tua akan masa depan anak nya. tetap melanjutkan pendidikan di daerah atau merantau. aku sebagai anak kos emang wanti-wanti banget akan labelling ini. sejauh ini menurutku, pergaulan bebas bisa saja terjadi dimana-mana. walaupun tinggal dengan orangtua, tidak menutup kemungkinan hal tersebut tidak terjadi. Ya bisa dibilang kemungkinannya lebih besar karena ngekost dengan alasan jauh dari pantauan orang tua. menurutku pergaulan bebas itu banyak hal yang menyebabkannya, bisa jadi karena tidak mendapatkan hal yang diinginkan di dalam keluarga makanya si anak mencari kesenangan lain yaitu dengan pergaulan bebas.

menurutku, jika mahasiswa ini memiliki tujuan yang “lurus” untuk menempuh pendidikan dan mendapatkan karir yang sesuai, pergaulan bebas akan sangat jauh dari kamusnya. karena sudah pasti sibuk untuk mengembangkan diri, meningkatkan kemampuan dan hal-hal positif lainnya. siapapun bisa terkena pergaulan bebas, tidak hanya anak kost.

2 Likes

Buat aku, semua orang punya potensi untuk melakukan pergaulan bebas. Namun besar kecilnya potensi tadi bisa beragam dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Baik itu usia, pendidikan, karakter dan prinsip seseorang, lingkungan tempat tinggal, lingkungan pergaulan, kesempatan, dan masih banyak lagi. Ngekos menurutku bisa jadi faktor yang memperbesar potensi pergaulan bebas, yaitu dengan adanya kesempatan dan kebebasan. Meksipun variabel ini juga tergantung sama seperti apa jenis kos-kosan yang ditempati (karena tidak semua kos bebas), aku coba bicara secara general.

Pertama, soal peluang. Mahasiswa yang ngekos, tentu saja punya kebebasan yang lebih dibandingkan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua atau kerabat. Dia punya otoritas atas suatu tempat yang bisa dia gunakan berdasarkan kemauannya tanpa dibayangi oleh otoritas lain. Seandainya dia mau melakukan pergaulan bebas di rumah, tentu saja banyak yang harus dipertimbangkan. Dia berbagi tempat dengan orang lain, dan di sana ada otoritas lain yang berkuasa untuk mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan penghuni di tempat tersebut. Sedangkan di kosan, dia punya tempat di mana dia punya otoritas dan privasinya tanpa terganggu orang lain. Dari sini saja kelihatan kalau peluang anak kos untuk melakukan pergaulan bebas lebih besar.

Sampai sini aku ingin memperjelas kalau yang aku katakan adalah : mahasiswa yang ngekos punya potensi yang lebih besar untuk melakukan pergaulan bebas dari segi peluang. Tapi bukan berarti aku sepakat kalau mahasiswa yang ngekos rawan pergaulan bebas.

Dalam KBBI rawan diartikan dengan mudah menimbulkan gangguan keamanan atau bahaya, atau gawat. Kalau kata ini disematkan ke mahaswa yang ngekos, menurutku tidak tepat juga. Mahasiswa yang ngekos tidak melulu punya kecenderungan besar untuk terjerumus ke pergaulan bebas. Seperti yang kubilang tadi, peluang cuma salah satu faktor yang memperbesar potensi. Tapi ada faktor-faktor lain yang bisa jadi lebih kuat untuk menghalangi seseorang dari pergaulan bebas. Banyak banget loh mahasiswa ngekos yang bahkan sama sekali nggak punya pikiran ke arah sana karena fokus dengan hal-hal lainnya.

Bagi mahasiswa yang faktor-faktor lainnya cukup kuat untuk membentengi dia dari pergaulan bebas, sekalipun dia ngekos, dia tetap bisa terhindar dari pergaulan bebas. Tapi sebaliknya. Kalau potensi dari faktor-faktor lain sudah besar, ditambah dengan dia ngekos, maka semakin besar kecenderungannya. Gitu sih.