Mahasiswa aksi dinyinyirin, diam dibilang mati suri. Menurutmu mahasiswa seharusnya bagaimana?

image

Kalau dengar kata pergerakan mahasiswa, kebanyakan orang langsung mengasosiasikannya dengan demonstrasi. Dan kalau sudah urusan demonstrasi, sudah pasti banyak yang kontra. Aktivis mahasiswa pasti sudah akrab dengan kalimat-kalimat semacam ini:

" Sudahlah belajar aja yang bener, yang penting lulus tepat waktu, cepet dapat kerja "
" Ngapain sih aksi, udah bukan jamannya lagi "
" Ngapain kalian capek kajian, diskusi, aksi, kalau sama pemerintah juga nggak bakal didenger "
" Sok mengkritik padahal paham pengelolaan negara juga tidak"
" Ikutan pergerakan kaya gitu cuma buang-buang waktu"
dst dst

Entahlah. Bisa jadi kalimat-kalimat tadi ada benarnya juga. Kita sering lihat di berita, ada saja demonstrasi mahasiswa yang berakhir ricuh, ada penyampaian kritik terhadap pemerintah yang dinilai tidak beretika, ada poin-poin tuntutan yang tidak matang kajiannya, ada juga argumentasi yang dengan mudah dipatahkan dan lain sebagainya. Banyak orang yang lama kelamaan makin skeptis dengan gerakan mahasiswa. Tidak hanya di luar kampus, bahkan daftar kalimat tadi seringkali muncul dari sesama mahasiswa sendiri. Kalau ditinjau dari sistem saat ini, di mana mahasiswa dituntut untuk lulus tepat waktu dan segera mendapat pekerjaan, sepertinya memang pergerakan mahasiswa tampak sia-sia. Belum lagi aksi-aksi yang dilakukan semakin jarang digubris oleh pemerintah dan mulai kehilangan simpati masyarakat.

Tapi kalau dipikir lagi, pergerakan mahasiswa itu bagian yang integral dari tumbuh kembang bangsa ini. Sejarah sudah mencatat sepak terjang mahasiswa mulai dari masa pra kemerdekaan, kemerdekaan, revolusi, reformasi, hingga hari ini. Tidak ada yang bisa menyangkal peran serta mahasiswa di dalamnya. Sungguh ironi kalau generasi mahasiswa saat ini tidak bisa meneruskan perjuangan pendahulunya. Dan saat ini kita lihat sendiri sepertinya pergerakan mahasiswa memang meredup dan bisa dibilang mati suri. Saat pemerintah banyak mengeluarkan kebijakan yang dinilai merugikan, suara mahasiswa seperti tidak ada gaungnya. Orang-orang mulai bertanya kemana mahasiswa yang biasanya paling lantang bersuara.

Mengenai hal ini, menurutmu seharusnya mahasiswa bersikap bagaimana?

3 Likes

Memang sepertinya saat ini posisi mahasiswa serba salah. Sebagian orang menganggap bungkamnya adalah lemah, sebagian justru merasa sunyi ini adalah kenyamanan. Mungkin, pandangan negatif terhadap demonstrasi disebabkan aksi-aksi anarkistis yang kerap mewarnainya. Kebanyakan aksi demo kini berakhir ricuh, dipenuhi luka, bahkan pernah ada yang sampai merenggut nyawa. Tentu ini jadi ketakutan para orang tua (kaum yang paling banyak melarang aksi ini dilakukan oleh anak-anaknya). Kemudian juga, sesuai pengalaman pribadi saya (yang punya banyak teman yang sering “turun ke jalan”), sebagian mahasiswa yang berdemo hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya “eksis”, sekadar ikut-ikutan tanpa tahu apa sebenarnya yang sedang mereka tuntut, tanpa paham setidaknya inti substansi tuntutan mereka, yang penting bisa buat story, snapgram, dll., jelas ini patut disayangkan sebab semakin membuat “buruk” citra aksi mahasiswa ini. Saya tidak menggeneralisasi ya, karena selain pengalaman saya ini, saya yakin masih banyak juga mahasiswa yang punya niat dan tujuan sungguh-sungguh di balik aksinya.

Saya sendiri sebenarnya bukan tipe yang suka atau ingin terlibat demonstrasi di jalan, tetapi saya juga tidak mengecam aksi demonstrasi oleh mahasiswa, asal bisa berlangsung damai. Saya rasa demonstrasi itu tetap perlu dilakukan tanpa harus terhambat kalimat-kalimat sejenis “Kalian capek, pemerintah tetap ga bakal gubris.” sebab mahasiswa adalah sebenar-benarnya wakil rakyat, jeritannya adalah suara rakyat. Tetap adanya demonstrasi (ketika dirasa ada yang tidak benar) setidaknya menandakan bahwa bangsa masih peduli, bahwa negara masih harus terus diperbaiki, bahwa rakyat “belum mati”.

Pun, sebenarnya demonstrasi tidak harus melulu turun ke jalan. Beberapa waktu terakhir sebenarnya juga masih ada demonstrasi yang “seliweran” lewat internet, terutama twitter. Trending-nya tagar atau twit berbau tuntutan atas hal-hal yang dirasa tidak beres dan meresahkan masyarakat juga bisa dikategorikan demonstrasi, lho. Jadi, saya yakin di “jantung” mahasiswa masih berdetak semangat perjuangan itu. HIDUP MAHASISWA!

2 Likes

Ketika mahasiswa turun ke jalan dalam rangka demonstrasi, saya rasa mereka tidak hanya menyandang title sebagai mahasiswa saja, namun sebagai rakyat dan tokoh intelektual yang berhak memberikan kritik dan saran kepada pemerintah. Saya tidak sepakat kalau tugasnya mahasiswa hanya belajar dan hanya duduk di bangku kampus. Sebab mahasiswa adalah rakyat yang terdidik, serta memiliki pemikiran-pemikiran kritis yang dapat menunjang perbaikan bangsa ini. Saya sangat mengapresiasi mahasiswa yang turun ke jalan dan menggaungkan hak-hak rakyat yang belum bisa dipenuhi oleh pemerintah, atau ketika pemerintah melakukan hal yang tidak benar, mahasiswa lah yang lantang menasihati.

Usaha yang sudah mereka lakukan untuk kebaikan bangsa adalah tugas mereka sebagai rakyat, adapun apabila suara mereka tidak digubris oleh pemerintah menjadi hal lain. Tidak perlu ditabrak-tabrakkan sehingga muncul pemikiran bahwa apa yang dilakukan oleh mahasiswa hanya sia-sia. Yang menjadi masalah adalah mengapa pemerintah tidak mendengar suara rakyatnya, bukan salah mahasiswa yang buang-buang tenaga. Karena kesalahan harus diperbaiki dan kebenaran harus disampaikan.

Menarik!

Kalau sepenglihatan fenomena ini karena kebetulan juga masih menjadi bagian seorang mahasiswa saya rasa ini bukan salah siapa-siapa jika ada mahasiswa aksi dinyinyirin. Karena hanya berbeda pemahaman dan sikap saja. Terkadang masih banyak sekali mahasiswa yang mengikuti aksi namun tidak memahami makna dan tujuan dari aksi tersbeut, bisa dibilang hanya ikut-ikutan saja. Hal tersebut yang menjadikan citra mahasiswa aksi dipandang kurang tepat, sangat disayangkan jika masih ada oknum mahasiswa yang seperti itu.

Dari adanya salah satu oknum mahasiswa tersebut, berpengaruh pada mindset masyarakat bahwa teman-teman mahasiswa lainnya yang mungkin belum turun aksi menjadi berfikir bahwa mahasiswa yang aksi tidak tahu tujuan aksinya. Nah seharusnya masyarakat lainpun tidak boleh juga berfikir bahwa semua mahasisa seperti itu.

Kemudian yang kedua jika dilihat dari sikap, terkadang mahasiswa terlalu brutal hingga merusak fasilitas umum yang ada. Saya sedih sekali beberapa bulan yang lalu teman-teman mahasiswa aksi brutal sehingga merusak, menghinjak, mencabut tanaman disekitar lokasi aksi. Sangat disayangkan saya sebagai salah satu mahasiswapun merasa malu, karena sikap salah satu oknum tersebut. Saya rasa sebuah aksi itu tidak selalu brutal kan?

Saya sendiri memang belum pernah ikut turun aksi, namun melihat sikap teman-teman seperti itu saya rasa kurang tepat dan tidak mencerminakn sikap mahasiwa. Pernah suatu ketika saya tanya kepada salah satu teman saya yang memag dia adalah seorang aktivis. “Oh aksi ternyata seperti itu ya? Brutal merusak fasilitas umum yang ada” dengan sepontannya dia menjwab “Yah kan namanya juga aksi pasti gitulah.”

NAH ni yang sangat disayangkan, mereka kurang edukasi terkait cara dalam berdemokrasi dan aksi untuk menyuarakan suara. Tidak di dengar petinggi malah yang ada merusak fasilitas umum. Kalau mungkin kalian pikir-pikir lagi dengan merusak fasilitas tersebut menjadi peluang petinggi untuk menganggarkan dana looh. Hal tersebut juga dapat memicu penyalahgunaan anggaran. Hahaha ini hanya opini saya saja sih dengan melihat beberapa contoh yang ada di sekitar saya.

2 Likes

Waduh… tamparan bagi saya juga sih ini sebagai mahasiswa yang sebetulnya tidak berperan banyak untuk bangsa. Boro-boro deh mikirin bangsa ini, mikirin kapan skripsi kelar aja udah pusing banget rasanya, mengingat biaya UKT juga nggak sedikit tiap semesternya. Ini masih urusan akademik, belum urusan ekonomi keluarga atau permasalahan yang lainnya. Saya rasa hari ini masyarakat telah disibukkan dengan permasalahan individu saja dan bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan dapur. Sehingga permasalahan yang penting yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan negara menjadi kurang peduli.

Saya rasa orang yang seperti saya juga banyak di kalangan mahasiswa. Amanah dari orang tua lebih diutamakan yaitu dengan fokus dalam menyelesaikan akademik dan segera mencari kerja. Aksi mahasiswa pun sebenarnya saya nggak minat emperhatikan… walaupun sebenarnya saya tahu bahwa negara tidak sedang baik-baik saja, tetapi permasalahan diri sendiri sudah rumit sekali. Kira-kira bagaimana ya membangkitkan motivasi sebagai masyarakat agar lebih peduli kepada bangsa dan negara…?
:pleading_face: :flushed:

Menurut saya, ada beberapa perbedaan dari aksi mahasiswa era dulu tahun 1998 dengan era Milenial ini. Banyak faktor yang membuat mahasiswa dinyinyirin saat melakukan aksi. Pertama, mahasiswa yang melakukan aksi kebanyakan kurang teori atau kurang data untuk menyampaikan aspirasinya. Inikah kayak kamu mau menyampaikan sesuatu tapi ga paham inti permasalahannya dan bagian mana yang pantas dikritisi. Jadinya aksi tersebut dipandang unfaedah dan dianggap hanya menimbulkan kerusuhan saja.

Kedua, banyak mahasiswa yang datang karena ingin meramaikan saja. Saya miris melihat banyaknya gambaran-gambaran mahasiswa yang ikut aksi tetapi sekedar ingin digunakan untuk konten media sosial. Saya paham, media sosial sekarang bisa menjadi pedang yang kuat untuk menyampaikan opini juga, tetapi mirisnya, hal yang terlihat dimedia sosial adalah hanya kegembiraan mereka dijalanan tersebut. Contohnya, saat aksi menolak RUU KUHP tahun silam, video tiktok aksi mahasiswa yang berjoget ria dijalanan, dan mencari pasangan itu sangat aneh. Tidak menunjukkan aura keresahan tersebut. Padahal aksi dilakukan kan karena adanya keresahan atas suatu kebijakan.

Ketiga, maraknya isu aksi mahasiswa yang ditumpangi. Isu ini sudah melekat di masyarakat, dan sepertinya belum ada yang benar-benar bisa mematahkan isu tersebut. Karena isu itu sudah begitu melekat dihati masyarakat, jadinya setiap mahasiswa melakukan aksi jadi dianggap bukan yang benar-benar mengkritisi tetapi karena dihasut oleh pihak yang berkepentingan.

Jadi, jika ditanya Bagaimana mahasiswa seharusnya?
menurut saya, belajarlah lebih lagi. Semakin dalam kamu belajar, akan semakin banyak hal yang bisa dikritisi. Dan akan banyak opsi untuk penyelesaian masalah yang ada. Saya mengungkap ini karena sebenarnya banyak sekali mahasiswa sekarang kurang memahami bahkan untuk mata kuliahnya sendiri. Simple nya kurang belajar.

Saya pikir, sebagai mahasiswa tidak layak kalau terpatri dengan pertanyaan semacam ini. Saya pun juga tidak nyaman apabila diberikan pertanyaan seperti ini. Bukan karena saya tidak bisa menjawab, melainkan tujuan membentuk mahasiswa bukan hanya untuk demonstrasi.

Bagaimana dengan Elon Musk yang menciptakan Tesla? Bagaimana dengan Warren Buffet dengan analisis ekonominya? Bagaimana dengan Albert Ensiten dengan Teori Relativitasnya? Kita sering melupakan profesionalitas tiap pribadi. Kalau memang bukan mahasiswa yang bergerak di bidang sosial dan politik, untuk apa buang-buang waktu berdemonstrasi sedangkan proyek besar tersaji di laboratorium?

Kuncinya adalah Lingkar Kompetensi! Kita harus memahami lingkar kompetensi kita. Kalau memang kita seoeang saintis, layaknya kita “berdemonstrasi” dengan gaya sains. Berkarya untuk menemukan sesuatu hal yang baru. Memproduksi sesuatu yang bermanfaat. Menguasai lingkar kompetensi kita tidak membuat kita makin tenggelam, justru kita berada pada jalan tol yang tepat.

1 Like