Mahalnya Penghargaan Itu

Karena bahan persediaan makanan di dapur sudah semakin menipis membuat aku berpikir untuk mencari bahan-bahan penyambung kehidupan di luar rumah. Selama pandemi sudah memasuki Indonesia semuanya serba dibatasi bahkan untuk keluar rumah sekalipun.

Semua masyarakat dilarang untuk meninggalkan rumah untuk membatasi penyebaran pandemi yang melanda negeri, kecuali jika ada sesuatu hal yang sangat mendesak dilakukan di luar rumah. Termasuk berbelanja bahan makanan pokok untuk bertahan hidup.

“Dek, kakak mau keluar belanja bulanan ya.” Ujarku berpamitan.

“Kak! Tunggu, biar Ade antar. Jangan suka keluar sendirian apalagi ditengah panasnya persaingan bertahan hidup seperti ini.” Ujar Ade menceramahiku.

“Apa, sih? Jangan terlalu dibesar-besarkan, kakak juga tahu kok bagaimana keadaan di luar sana. Tapi kalau kamu mau ikutan juga tidak apa-apa.” Jawabku dengan senang hati.

“Kakak tunggu di sini, aku mau ganti baju dulu-“

Tingtong! Disaat Ade belum menyelesaikan perkataannya tiba-tiba terdengar suara bel pintu.

“Ah, kakak buka pintu aja dulu. Aku mau ganti baju.” Ujarnya yang langsung aku beri anggukan.

Ade berlalu ke dalam kamarnya, sedangkan aku sudah dihadapkan dengan seorang driver ojek online yang sedang memegang sekantong makanan siap saji dari salah satu restoran. Aku sempat bingung melihat keberadaan driver yang berdiri di hadapanku ini.

“Ada apa yah, pak?”

“Ini pesanan, mbak? Atas nama Anisa?”

Aku mengernyit. “Maaf sebelumnya pak, tapi saya gak pesan apa-apa. Terlebih lagi nama saya Aqilah.”

Bapak yang berada di hadapanku ini jadi ikutan bingung. “Tapi alamatnya beneran disini kok, mbak.”

Tanpa menunda-nunda aku segera meraih ponsel bapak driver itu dan membaca rincinan pesanan serta alamat yang tertera di layar ponselnya. Aku semakin bingung lantaran alamat yang tertulis menunjukkan bahwa alamat tujuan adalah rumah ini.

”Tapi beneran pak, saya sama sekali gak pernah pesan apa-apa.”

“Permisi.” Aku terkejut bukan main melihat seorang driver ojek online datang satu lagi memasuki halaman rumah dan mendekat ke arahku bersama driver yang pertama datang tadi.

Kejadiannya persis dengan apa yang terjadi dengan driver pertama tadi, yang membedakan hanya nama pemesannya. Aku sudah menjelaskan berkali-kali bahkan menunjukkan KTP serta akun ojek online yang aku gunakan kepada dua bapak tadi. Hingga aku dan kedua bapak tadi menyimpulkan bahwa pesanan ini dilakukan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab.

“Kak, sepertinya bukan cuma dua bapak ini. Masih ada lagi di luar, coba lihat.” Ujar Ade yang memijit pelipisnya.

“Astaga. Kerjaan siapa ini? Jahat banget. Gak habis pikir bisa-bisanya berbuat seperti ini.” ujarku kesal.

Aku mempersilahkan para driver ojek online untuk duduk di pinggiran taman untuk merundingkan permasalahan yang terjadi. Aku dan Ade sama-sama tidak tega melihat ketiga driver yang mendapat orderan fiktif ini, mau bagaimana pun juga situasi sekarang ini sangat genting dan tidak seharusnya mempermainkan rejeki orang lain demi kepuasan diri sendiri.

“Gak apa-apa nak, kamu gak perlu bayar. Toh ini bukan orderan kamu, bapak juga gak enak kalau harus jadi beban buat kamu.” Ujar Pak Narto, driver online yang pertama kali datang ke rumah tadi.

“Gak bisa gitu pak, kita bakal bayar kok. Sekarang ini lagi masa-masa sulit buat siapapun, setidaknya kami gak mau menambah beban bapak juga.” Ujar Ade yang kurang setuju dengan maksud Pak Narto.

“Tapi dek, kita juga gak enak. Jangan sampai akibat perbuatan orang-orang egois ini malah kalian yang harus menanggung dampaknya.” Sambung Pak Aji, driver yang membawa pesanan kedua.

“Saya dengan adik saya memang berencana untuk keluar berbelanja, pak. Jadi gak masalah kalau pesanan ini biar kami saja yang bayar yah walaupun kita sama-sama enggak tahu siapa yang melakukan ini.

“Saya sih berharap semoga tidak ada lagi kejadian seperti ini yang akan menimpa kita semua, apalagi kami para ojek online juga sudah cukup kesulitan untuk mendapat orderan. Sekalinya dapat malah orderan fiktif.” Sahut Pak Salim lesuh.

“Amin, pak.”

“Ini sedikit rejeki saja ya pak, kami bayar semua pesanan yang bapak-bapak semua bawa. Tetapi kami tidak mungkin bisa menikmatinya sendiri, jadi mungkin bapak-bapak bisa membawa beberapa makanan untuk keluarga di rumah ya, pak.” Ujar Ade memberikan uang pembayaran kepada para driver.

Mereka semua terlihat bahagia dan lega, rasa terima kasih terpancar lebih indah. Harapan kami semua hanya satu, semoga kedepannya kita semua bisa dihindarkan dari keegoisan orang-orang di sekitar kita. Dan tidak menjadi bagian orang-orang egois serta tidak bertanggung jawab yang hanya bisa merugikan satu sama lain.

#Dictiocommunity
#Lombaceritamini
#2.0
#DirumahAja
#EgoismediSekitarKita
#CeritaDirumahAja
Mahalnya Penghargaan Itu