Madrasah Nubuwwah Pencetak Generasi Akhlakul Karimah

Dunia dengan segala macam hiruk pikuk, membuat kita semakin tertunduk dalam lika-liku kehidupan. Menenggelamkan umat manusia ke dalam hingar bingar kefanaan. Umat islam seolah kehilangan identitasnya sebagai muslim sejati. Miris sekali! Ketika kita lebih banyak membaca kisah orang-orang sukses di dunia, namun cenderung enggan membaca kisah sukses Rasulullah membentuk madrasah nubuwahnya. Tidakkah kita melihat bahwa alumni bentukan madrasah nubuwah ini telah Allah ridhoi. Sebagaimana dalam firmanNya Surat Al-Bayyinah : 7 - 8

“Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga “Adn yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Yang kemudian itu adalah balasan bagi orang yang takut kepada TuhanNya.”

Tafsir Juz’amma yang dijelaskan oleh Ustadz Firanda Andirja (Hal. 551) menjelaskan bahwa makna ayat diatas adalah mereka merupakan hamba-hamba yang beriman, bertauhid dan beramal soleh. Jauh dari kesyirikan serta berakhlak mulia. Akan tetapi, akhlak mulia pada umat muslim saat sekarang ini sangat jauh dari para pendahulu orang-orang soleh.

Syarah kitab alqowai’dul arba’ karangan syaikh soleh al-fauzan (hal.86) disebutkan beberapa permasalahan umat ini diantaranya ialah kejahilan masyarakat tentang tauhid, yaitu mengEsakan Allah. Hal tersebut menggiring umat terjatuh ke dalam kesyirikan yang teramat. Bebas tak terkendali. Permasalahan kedua ialah umat ini telah kehilangan identitas sebagai seorang muslim sejati. Lihatlah pada zaman sekarang ini, muda-mudi dengan sangat mudah menari di depan kamera lalu seluruh dunia bisa menontonnya. Secara gratis pula. Subhanallah . Jelas ini jauh dari akhlak para sahabiyah.

Mari sejenak kita membuka kembali lembaran-lembaran sejarah. Siroh nabawiyah yang dipersaksikan penghuni langit dan bumi. Kota Madinah dan Mekkah sebagai pusat penyebaran dakwah. Al-haramain yang diberkahi dan diridhoi tanahnya. Lalu bagaimana Kota Madinah yang menjadi pusat dakwah menjadi pusat pendidikan dan perkembangan islam. Bagaimana pengelolaan sebuah kota bisa membuat masyarakatnya lebih berdaya dan berakhlakul karimah.

Permulaan hijrah ke kota Madinah, Rasulullah membangun sebuah peradaban masyarakat baru ( Community ). Sirah Nabawiyah karangan Syaikh Shafiyyurahman al-mubarakfuri (hal. 210) yang pertama kali Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bangun ialah masjid. Masjid itu sekarang terkenal dengan nama masjid nabawi. Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahuanhu , ia bercerita,

“Nabi shallallahu’alahi wa sallam baru saja sampai di Kota Madinah,beliau tinggal di kota Atas di daerah suku Bani Amr bin Auf selama empat belas hari, kemudian Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam memberitahu kepada suku Bani An Najar maka datanglah mereka dengan bersandang pedang untuk menjemput nabi. Kemudian sampai kepada, Rasulullah memerintahkan untuk membangun masjid…” (Bukhari dan Muslim No. 301).

Masjid yang dibangun oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak hanya sekedar menjalankan ibadah solat saja. Disanalah awal mula madrasah nubuwwah itu terbentuk sehingga terciptalah masyarakat yang rabbaniyyin . Nama-nama mereka dan kisah-kisah baiknya akhlak mereka termaktub di dalam alquranul karim. Memakmurkan masjid dengan majlis-majlis ilmu merupakan salah satu cara membentuk karakter para sahabat. Dari masjid nabi inilah lahirlah para ulama-ulama mahsyur seperti Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas Bin Malik. Lalu tersebar hingga para tabi’in tabiut. Menjalar keseluruh dunia hingga akar-akarnya. Dunia tahu bahwa islam menyeru kepada akhlakul karimah.

Pentingnya berilmu sebelum beramal menjadi konsep utama para sahabat menjalankan segala bentuk amalan ibadah mereka. Dari Abu Darda’ Radhiyallahu’anhu sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda

“Sungguh, keutamaan seorang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah, seperti keutamaan bulan purnama dibandingkan bintang gemintang lainnya. Sesungguhnya ulama (orang berilmu) itu pewaris para nabi. Para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambil ilmu, sungguh ia telah mengambil bagian yang sangat berarti”.

Dikutip dari Kitab Imam Al-Ajurri Rahimahullah dengan judul “Akhlak Orang Berilmu dan Ahli Alquran”. Beliau Rahimahullah mengumpamakan orang berilmu dengan sebuah jalan yang terdapat banyak sekali gangguan, akan tetapi banyak orang yang harus melalui jalan tersebut. Sedangkan jalan itu sangat gelap gulita di tengah malam yang menimbulkan keraguan untuk melintasinya. Tentu orang-orang tersebut harus memiliki cahaya agar mampu melewati jalan gelap tersebut. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyediakan lampu-lampu agar jalan tersebut dapat dilewati dengan cahayaNya yang terang. Dengan ilmu seorang Hamba bisa menunaikan kewajibannya atas hak Allah, menjauhi laranganNya dan melaksanakan ibadah-ibadah kecuali dengan berilmu. Begitupun untuk menjadi sosok muslim yang baik tentu harus berbekal ilmu. Terutama ilmu tentang mentauhidkan Allah.

Pentingnya tauhid yang lurus harus dimiliki oleh seorang muslim. Bagaimana bisa menjadi muslim yang baik jika tauhidnya masih bengkok. Dalam Syarah Kitab Qowai’dul arba’ karangan Syaikh Shalih Al-Fauzan menyatakan bahwa tauhid merupakan perkara yang sangat penting karena merupakan hal yang membuat kita mengetahui hukum-hukum solat, zakat dan amalan ibadah lainnya. Muara dari ini semua ialah terbentuknya akhlak yang baik sebagai bentuk dari baiknya ibadah kita kepada Allah.

Sosok teladan yang harus diikuti seorang muslim agar menjadi muslim yang baik juga perlu diperhatikan. Dari siapa kita mengambil hikmah, pembelajaran, inspirasi dalam membangun pola kehidupan sehari-hari ? Hal ini menjadi penting karena akhlak dalam diri kita tergantung dari mana Ia mengambil sebuah ilmu (pembelajaran). Rasulullah Shalullahu ‘alaihi wa sallam merupakan sosok teladan dalam segala urusan dunia maupun akhirat. Allah telah memberikan anugrahnya kepada Rasulullah dengan derajat setinggi-tingginya dengan menjadikan beliau sebagai sosok yang harus diikuti karena cinta kepada Allah. Allah berfirman :

“Katakanlah, ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian” (Ali-Imran:31)

Beliau merupakan Rahmatan Lil’alamin untuk seluruh umat manusia. Terutama dalam hal mendidik akhlakul karimah. Beliau shallallahu’alaihi wa sallam tiada duanya. Generasi didikan beliau menjadi generasi terbaik umat ini. Bahkan diantara Para Sahabat ada yang dijamin masuk syurga. MasyaAllah, Laa Haula walla Quwwata Illa Billah. Meneladani akhlak beliau merupakan cara yang tepat dalam mendidik generasi kita. Tentu kita harus mengetahui akhlak beliau dari siroh hidup beliau, karena hal itu bagian dari ilmu yang harus kita ketahui. Seperti yang dituliskan oleh Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri (hl.214) memberikan pengaruh kepada sifat dan karakter penduduk kota Madinah. Dengan gambaran spiritual masyarakat yang tercatat dalam kisah-kisah kehidupan nabi yang mulia seperti dalam hadis-hadis nabi maka kehidupan sosial masyarakat yang berakhlakul karimah akan terciptakan. Generasi yang siap menghadapi arus zaman sepanjang kisah manusia di muka bumi ini.

Konsep madrasah nubuwwah pada zaman nabi mengajak kita mengkaji dan mengaji kembali. Makmurkan rumah-rumah Allah dengan majlis-majlis zikir dan majlis-majlis ilmu. Keutamaan seorang yang berilmu tentu lebih utama daripada orang ahli ibadah. Dengan ilmu, kita mengetahui bagaimana berakhlak mulia. Tentu dalam hal ini, Rasulullah menginginkan kita untuk kembali kepada Alquran dan hadis sebagai pondasi dalam beragama. Pondasi dalam berakhlak mulia. Pondasi agar amalan ibadah kita diterima. Semoga Allah memberkahi setiap manusia di dalam majlis zikirNya.

Sumber Artikel :

[1] Alquranul Karim

{2] Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. syarah Alqowai’dul Arba’. Terjemahan. Abu Hafsh Marwan. Empat Kaidah Memahami Tauhid. 2018. Sukoharjo : Maktabah Al-Ghuroba

[3] Firanda Andirja. 2019. Syarah Kitab Tauhid Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab . Jakarta : Halo Ustadz

[4] Firanda Andirja. 2019. Tafsir Juz’amma. Jakarta : Halo Ustadz

[5] Imam Al-Ajurri. Akhlak Orang Berilmu dan Ahli alquran . Penerjemah Khalifurrahman Fath. 2018. Jakarta : Alifia Books

[6] Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri. Sirah nabawiyah. Terjemahan. Kathur suhardi. 1997. Jakarta : Al-Kautsar

[7] Muhammad Fu’ad Abdul Baqi. Al-Lu’lu Wal Marjan. Terjemahan: Miftakhul Umam. Kumpulan Hadits Shahih Lengkap Bukhari Muslim. Cet. 2 : 2012, Yogyakarta : Ghani Pressindo.