Lukisan Eksistensi karya Antoni Eka Putra

Lukisan ini merupakan lukisan dengan gaya abstrak kontemporer. Dengan teknik melukis menggunakan cat minyak di atas kanvas.

image

Pelukis : Antoni Eka Putra
Judul : “Eksistansi”
Tahun : 2009
Media : Oil On Canvas
Ukuran : 200 cm x 200 cm

Dalam karya lukisan Antoni Eka Putra, garis digunakan sebatas sebagai ‘jalan masuk’ untuk membongkar gejala visual yang lama, dalam konteks spirit masa kini. Anton mengubah karya-karya yang berpijak pada Piet Mondrian untuk menghadirkan visual yang baru.

Karya-karya Anton seperti mengapropriasi karya-karya Mondrian dengan konteks kekinian; yakni garis, warna dan bidang sebagai makna aslinya sendiri. Itulah pengertian tajuk “Post Piet”, yakni menghadirkan kembali artefak lama (Mondrian) dengan spirit masa kini, berupa garis-garis dan warna-warna yang terbebaskan dari-dari beban pengertian, beban renungan, atau beban filsasfat.

Walaupun lukisan Anton mengadopsi tajuk lukisan Piet Mondrian, namun kita tetap dapat ‘menemukan’ bahasa garis dan warna tersebut dengan pemahaman, pengertian, dan analisa yang kritis (tulisan-tulisan Mondrian yang banyak dipublikasikan, ketika ia memimpin gerakan De Stijl – atau dikenal pula dengan nama Neoplastisisme [lahir tahun 1917, digerakkan bersama seniman Theo van Doesburg dan Bart van der leck, serta sejumlah pematung dan arsitek], antara lain menegaskan, bahwa semua lukisan, esensinya terdiri dari garis dan warna. Oleh karena itu garis dihadirkan untuk dan atas nama garis itu sendiri, dan harus dibebaskan dari beban peniruan alam. Kemudian lukisan itu menempati bidang datar, maka bidang datar harus dihormati keberadaanya, dan terbebas dari ilusi ruang. Universalitas karya Anton ditandai oleh bentuk yang semakin sederhana. Dan warna primer (merah, kuning, biru) adalah warna yang murni, dan paling dekat dengan universalitas).

Antoni Eka Putra berpijak dan mengolah lebih jauh gagasan Mondrian sebagai basis kerja kreatifnya. Apa yang sesungguhnya ditawarkan oleh Anton masih sebatas ‘memainkan’ Mondrian, yang digunakan sebagai pijakan gubahan pada karya-karyanya.

Garis dan Pembebasan Ilusi

Dipandang dari gejala visualnya, secara umum, karya Anton menunjukkan gejala abstrak yang hampir semuanya mengindikasikan ‘pembebasan ilusi’. Abstrak dalam karya Anton, pertama-tama adalah karena tidak menghadirkan citraan bentuk/figur tertentu, yang berorientasi pada ilusi, atau kemiripan, atau membantu untuk membangun asosiasi (pada bentuk) tertentu.

Abstrak yang ditampilkan Anton bukanlah abstrak yang sepenuhnya berada dalam pengertian ‘perwujudan yang subyeknya tak dapat dikenali’ (recognizable subjects). Ia mempersoalkan kualitas penghayatan tentang bagaimana menggunakan elemen paling dasar, dalam konteks hari ini.

Anton yang termasuk dalam kelompok SENTAK (bersama empat temannya yaitu Yon Indra, Askanadi, Made Wiguna Valasara, A.T. Sitompul – adalah nama yang ditemukan secara sambil lalu) yaitu sebuah kelompok seni yang dibentuk bukan oleh kesadaran atau sentimen, misalnya ‘sesama angkatan’, ‘sesama perantau’ atau “sesama etnik’. Akan tetapi dibentuk oleh kesadaran “kesamaan bahasa ekspresi”, terutama dalam penggunaan elemen garis dalam karya mereka.

Meski bersama-sama, namun sesungguhnya Anton dan keempat temannya meniti jalan garis yang berbeda. Mereka memang meniti, melewati jalan setapak, berkelok, dan panjang, sebagai bagian dari ujian keteguhan, nyali, dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa dieksplorasi. Mereka dihadapkan pada tantangan yang nyata, yakni apakah mereka mampu mengerahkan kreativitasnya, mengasah gagasannya, dan mampu menemukan makna dan konteks yang baru, dengan “hanya” mengolah garis. Garis sesungguhnya tak terbatas. Yang terbatas adalah spirit dalam menjaga hasrat dan memelihara imajinasi.