Lukisan "Belakang Pasar Bering Hardjo Djogjakarta"

Lukisan ini merupakan lukisan seni kriya, dengan gaya abstraksionisme, kontemporer. Dengan teknik melukis menggunakan cat minyak diatas kanvas.

Dalam lukisan ini, Abas mengangkat visual pemandangan di belakang pasar Beringharjo dengan latar gubuk-gubuk dan kandang ayam serta beberapa orang yang sedang duduk bersantai di gubuk warung. Di lukis dengan warna hitam putih (monokrom) agar menampilkan kesan klasik.

image

Pelukis : Abas Alibasyah
Judul : “Belakang Pasar Bering Hardjo Djogjakarta”
Tahun : 1963
Media : Oil On Canvas
Ukuran : 49.5 cm x 74.5 cm

Abas dikenal dengan lukisan-lukisan gaya abstraknya yang sarat akan nilai sosial. Abas dikenal sebagai pelukis abstrak paling senior pada generasinya yang dimiliki dunia seni lukis Indonesia pasca Reformasi.

Bukan hanya terkenal sebagai pelukis terkenal di Indonesia namun Abas Alibasyah ini dikenal sebagai pejuang, pemikir dan organisatoris. Di kalangan rekan-rekannya, ia dikenal sebagai pelukis yang konsisten dengan suara panggilan nuraninya, meskipun pada waktu ada “boom” seni lukis, ia tidak bergeming dalam memilih apa yang sudah dipilihnya.

Sepak terjangnya di SMA BOPKRI membuatnya lebih bersemangat dalam menentukan pilihan hidupnya dalam dunia seni lukis. Karena situasi pada waktu masih dalam kondisi perang, ia banyak membuat sketsa-sketsa revolusi atau kejuangan yang dapat mengalahkan penjajah.

Sebagai sosok pelukis abstrak, dimana ia mengangkat tema-tema lingkungan seperti sisa-sisa Pasar Senen, topeng dan benda-benda etnik. Karya-karyanya itu banyak yang bersifat eksperimen.

Karenanya ia menerima banyak pernghargaan prestesius, diantaranya hadiah seni lukis terbaik dalam Biennale I Seni Lukis Nasional, Dewan Kesenia Jakarta (DKJ) tahun 1974, penghargaan Lempad Prize dari Yayasan Lempad Bali, Penghargaan dari ISI Yogyakarta untuk pengabdian dalam dalam pendidikan seni. Hal ini dibuktikan dengan berbagai kiprahnya dalam mengabdi dalam dunia pendidikan.

Menurut Abas, “Memahami warna dari alam adalah kewajiban mata seniman. Menghayati atmosfir dari alam adalah tugas perasaan seniman. Apabila dua hal itu tumbuh bersamaan dalam kanvas, sebuah lukisan sudah dibilang lengkap.”

Dalam penciptaan karyanya, Abas mambagi menjadi tiga sub tema dan pengelompokan secara visual objeknya, yaitu: (1) arkeologi dan etnik, (2) eksperimental, serta (3) pemandangan alam dan lingkungan. Ketiga tema dengan visual karya-karyanya tersebut diciptakannya dalam satu kurun waktu.

Abbas Alibasyah pada tahun 1960-an sampai awal tahun 70-an termasuk pelukis yang telah melakukan pembaruan dengan melakukan abstraksi pada lukisannya. Bersama dengan beberapa pelopor Yogya yang lain, Abbas menyerap spirit modernisasi waktu itu dengan menerapkan pola dasar geometrik dalam mengabstraksi objek-objek. Di samping itu, ia terus berusaha menggali perbendaharaan visual tradisi dalam objek-objek lukisannya. Sehingga pada tahun 2012 dalam rangka Dies Natalis ke-28 Institut Seni Indonesia, Abas mendapatkan gelar Empu Ageng.