Let Me Tell You : Lihatlah Dari Perspektif Lain

Melihat segala sesuatunya itu, sebaiknya Anda lakukan dengan melihat dari segala aspek.

Selagi berada di sebuah resto, ada seseorang yang berpapasan dengan Anda dan menyambar Anda, tas Anda terjatuh. Setelah memeriksa isi tas, tau-taunya dompet Anda sudah hilang.
Karena satu-satunya orang yang bersentuhan dengan Anda hanyalah orang tersebut, tentunya otomatis Anda akan menuduhnya.
Mungkin Anda akan berteriak menyebut dia pencopet, atau mungkin Anda melakukan tindak kekerasan dengan memukulinya?

Namun bagaimana ketika penelusuran dilakukan dan ternyata bukan orang tersebutlah yang melakukannya, bahkan pelakunya adalah seseorang yang justru tak pernah Anda lihat sebelumnya karena Anda tidak menyadari tindakan pencopetan yang sebenarnya telah terjadi sebelum Anda masuk di resto tersebut… Apakah Anda akan merasa menyesal telah berbuat yang tidak adil pada orang tadi, ataukah Anda akan berpikir biasa saja dan menganggap memang dia sedang apes saja, berada di tempat yang salah pada waktu yang salah?

Pembaca blog Kisah Motivasi sekalian, ketika dimana saat menyeberang jalan saja Anda diajarkan oleh orang tua untuk menengok kanan dan kiri terlebih dahulu, lalu apakah mungkin saat menjalani hidup, saat bersosialisasi dengan sesama manusia, Anda hanya melihat dari satu sudut pandang saja?

Sedangkan dengan hati dan pikiran Anda saja terkadang Anda masih bisa terkecoh sendiri, apalagi terhadap hal-hal lain dalam kehidupan, terhadap manusia-manusia lainnya.

Sumber

Padahal, sebenarnya perbedaan pendapat akan suatu hal. Apalagi berkaitan dengan rasa dan selera, tidak ada satupun pembenaran mutlak menggunakan teori apapun. Tegas aku harus katakan hal ini karena hal yang berkaitan dengan rasa, selera hanya masalah hati, masalah jiwa dan selebihnya hanya masalah sudut pandang saja. Jadi, jangan paksakan kebenaran yang kita miliki kepada mereka yang juga memiliki kebenaran dari rasa, selera, dan sudut pandang mereka sendiri. Jangan ego, bahwa apa yang kita yakini benar, harus menjadi kebenaran yang harus orang lain ikuti pula.

Karena memang sudah selayaknya kita harus saling menerima setiap kebenaran dari sudut pandang yang berbeda, agar kehidupan yang kita jalani tak penuh dengan prasangka bahwa kita lah yang paling benar sehingga mengabaikan kebenaran-kebenaran yang lainnya dan membuat mereka jengah dengan apa yang kita anggap benar.