Apakah 5.1 triliun dolar US cukup? Tidak jika Anda adalah Larry Fink. Larry Fink adalah orang yang membangun BlackRock Inc. dan membantu mempopulerkan reksa dana Exchange-Traded Funds yang sekarang berambisi untuk membuat perusahaan pengelola aset terbesar di dunia ini besar seperti Google. Ini semua berkat Aladdin, perangkat lunak yang dikembangkan perusahaannya untuk menganalisis investasi. Fink melihat Aladdin sebagai Android dalam bidang keuangan dan memprediksi teknologi akan menjadi salah satu bisnis BlackRock terbesar dengan pendapatan sekitar 5 juta dolar US dalam lima tahun.
BlackRock dibangun pada tahun 1988 oleh sekumpulan orang dari Wall Street yang dipimpin oleh Larry Fink. BlackRock sukses dalam menawarkan investasi produk pasif yang bertujuan untuk melacak indeks seperti S&P 500. Cara ini adalah alternatif murah terhadap reksa dana tradisional yang biasanya hanya memperkaya manajer daripada kliennya. Sektor ini terus berkembang dengan cepat, dan BlackRock menjadi kompetitor terbesar dalam industri yang membawa keuntungan besar ini.
Pada Desember 2008 lalu ketika Fink mengakuisisi Barclays Global Investor telah final, BlackRock, perusahaan yang ia bangun 22 tahun lalu, secara resmi menjadi perusahaan pengelola uang terbesar di dunia. BlackRock—dengan aset senilai 3.3 triliun dolar US yang dikelolanya secara langsung dan aset pembantunya senilai 9 triliun dolar US—mengelola sekitar 1 triliun dolar US dana pensiun untuk jutaan warga Amerika dan mengawasi sejumlah investasi sejumlah institusi di seluruh dunia : dari pemerintahan negara dan lokal sampai kampus, dari perusahaan sampai negara seperti Abu Dhabi dan Singapura.
Daya tarik BlackRock bukan hanya jangkauannya yang luas dalam pasar global. Saat Fink menarik perjanjian Barclays akibat dari kehancuran keuangan pada tahun 2008 merupakan keputusan yang luar biasa, tetapi Ia melakukan lebih dari sekedar selamat dari reruntuhan tanpa cedera. Di puncak kehancuran, saat ekonomi Amerika berada pada ambang kehancuran, Fink adalah orang yang membantu dan memberikan konsul. Termasuk U.S. Treasury dan Bank Cadangan Federal New York (Federal Reserve Bank of New York) yang meminta pendapat Fink tentang pasar keuangan dan bantuan pada pembiayaan penjualan Bear Stearns kepada J.P. Morgan, bailout senilai 180 miliar dolar US dari A.I.G, penyelamatan Citigroup senilai 45 miliar dolar US dan penjualan Fannie Mae serta Freddie Mac senilai 112 miliar dolar US dan masih terus berkembang.
Fink yang memiliki perusahaan dengan aset senilai lebih dari 5 triliun dolr US ini perjalanan karirnya awalnya tidak mendapatkan jalan yang mulus. Sewaktu Ia masih di Wall Street, Ia diberi julukan “big swinging dick”, sebuah sebutan yang diambil dari buku semi autobiografi Michael Lewis yang berjudul Liar’s Poker, mendeskripsikan pedagang obligasi Wall Street yang arogan dan agresif. Selama bertahun-tahun, Fink mengalami pengalaman pahit karena perlakuan tidak mengenakkan padanya. Ia menyalahkan keangkuhan para banker WASP—White Anglo-Saxon Protestant, sebutan untuk kelas sosial elit orang kulit putih Amerika keturunan Inggris Protestan—di Wall Street.yang memandang rendah para trader Yahudi dan Italia.
Berjalannya waktu, berkat keteguhannya Ia berhasil menyusun kesepakatan penting, termasuk sekuritisasi GMAC pada tahun 1986 senilai 4.6 juta dolar US. Fink dihargai dengan uang dan status. Ia kemudian menjadi managing director termuda dalam sejarah First Boston. Salah seorang rekan kerjanya di First Boston mengatakan, “Fink selalu menginginkan lebih dari yang sudah Ia punya”, membuat orang-orang percaya suatu saat Fink akan memimpin perusahaannya saat itu, First Boston.
Fink diberhentikan dari First Boston menjadi salah satu “pemecatan” yang spektakular dan memalukan sepanjang sejarah Wall Street. Fink meyakinkan bahwa Ia tidak dipecat, tetapi Wall Street punya banyak cara untuk menyingkirkan orang. Fink pergi dari First Boston di tahun 1988 setelah dua tahun menjadi persona non grata, perusahaannya mengumumkan ke publik bahwa kepergian Fink merupakan suatu paksaan. “Dia tidak punya alasan untuk mempertahankan pekerjaannya saat itu” ungkap salah seorang juru bicara bank investasi.
“Saat itu sangat menyakitkan,” kata Fink.
“Aku tidak diperlakukan sebagai rekan kerja atau dihormati seperti yang kuharapkan. Hubungan kerja berubah dan terlalu sulit untuk aku kendalikan. Akhirnya, 2 tahun sebelum aku meninggalkan First Boston aku kehilangan kepercayaan diri.”
Setelah keluar dari First Boston, pada tahun 1988 bersama beberapa rekan kerjanya termasuk Ralph Schlosstein membangun perusahaan kecil, Blackstone Group yang pada tahun 1992 mengadopsi nama BlackRock. Pada tahun 1993 perusahaan kecilnya itu memiliki lebih dari 20 juta dolar US yang dikelola. Tetapi pada tahun selanjutnya Blackstone mengalami perpecahan. Setelah Fink dan Schwarzman memutuskan untuk menjual saham ke publik, mereka mengalami perbedaan dalam metode kompensasi dan ekuitas. Kemudian mereka setuju untuk berpisah, Schwarzman tetap di Blackstone sedangkan Fink menjadi CEO BlackRock Inc.
Lima belas tahun setelahnya, BlackRock berkembang dengan pesat. BlackRock menjadi perusahaan publik pada tahun 1999, membeli State Street Research & Management Co. senilai 375 juta dolar US, bergabung dengan Merrill Lynch Investment Manager di tahun 2006, membeli Quellos dan kesepakatan terbesarnya, mengakuisisi bisnis pengelola aset global Barclays.
Mengadopsi sistem Aladdin, sistem yang secara efektif terkomputerisasi dengan 5000 komputer yang menyala 24 jam, diawasi oleh teknisi, matematikawan, analis dan programer, “kebun komputer” milik BlackRock ini mampu memonitor jutaan trade tiap hari dan menjaga setiap keamanan dalam investasi portofolio klien untuk melihat seberapa mereka terpengaruh dengan perubahan paling kecil sekali pun dalam ekonomi.
Dengan Aladdin, BlackRock mampu mengevaluasi saham klien dalam sehari, walaupun harus mencari lewat portofolio senilai 30 juta dolar US, seperti yang BlackRock lakukan pada Bear Stearns di tahun 2008. BlackRock juga “menyewakan” kegunaan BlackRock kepada sekitar 40 klien, menyediakan dengan seluruh servis tapi tetap dikontrol dari kantor pusat.
Fink mengalami pasang surut dalam kehidupannya di bisnis konsultan. Fink telah berjalan di jalan yang lurus dan mulus sekarang ini berkat apa yang terjadi saat dia masih di Wall Street. “Apa yang terjadi di First Boston adalah kejadian yang membuatnya menjadi sekarang ini,” ujar teman Fink, Greg Fleming, mantan presiden Merrill Lynch. Tak mudah, Fink masih sedih ketika mengingat kejadian itu. Yang pasti, ia hanya tidak suka dengan cara kerja Wall Street—bagaimana mereka memperlakukan orang, karyawan dan klien.
Sumber :
https://www.bloomberg.com/features/2017-blackrock-larry-fink-interview/