Langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah maupun mengatasi bulai dan jamur pada daun jagung?

downy mildew Penyakit bulai pada jagung dan adanya jamur pada daun jagung mulai tampak saat jagung tumbuh dewasa. Hal ini tentunya akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan jagung. Apa saja langkah yang tepat untuk mencegah maupun mengatasi bulai dan jamur pada daun jagung?

3 Likes

Gejala
Gejala khas bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada daun permukaan atas dan bawah terdapat warna putih seperti tepung dan ini sangat jelas pada pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung dan terpuntir serta bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan.

Pengendalian
Untuk menanggulangi OPT jagung telah dilakukan pencarian gen-gen yang tahan terhadap hama dan penyakit. Karakterisasi molekuler berbasis marka SSR(Single Sequence Repeats) dan SNP (Single Nucleotide Polymorphisms) untuk perakitan varietas jagung toleran cekaman abiotik telah dilakukan melalui sejumlah proses genotyping dan sequencing. Sejak 3 tahun terakhir skrining ketahanan hama penyakit telah mengidentifikasi sejumlah galur dengan ketahanan spesifik terhadap penyakit dan hama jagung.
image

Di bawah ini sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit bulai di lapangan:

  1. Penggunaan varietas tahan seperti jagung hibrida varietas Bima-1, Bima-3, 1. Bima-9, Bima-14 dan Bima-15 serta jagung komposit varietas Lagaligo dan Lamuru.
  2. Periode bebas tanaman jagung hal ini dikhususkan kepada daerah-daerah endemik bulai di mana jagung ditanam tidak serempak, sehingga terjadi variasi umur yang menyebabkan keberadaan bulai di lapangan selalu ada, sehingga menjadi sumber inokulum untuk pertanaman jagung berikutnya.
  3. Sanitasi lingkungan pertanaman jagung sangat perlu dilakukan oleh karena berbagai jenis rumput-rumputan dapat menjadi inang bulai sehingga menjadi sumber inokulum pertanaman berikutnya.
  4. Rotasi tanaman dengan tujuan untuk memutus ketersediaan inokulum bulai dengan menanam tanaman dari bukan sereal.
  5. Eradikasi tanaman yang terserang bulai.
  6. Penggunaan fungisida (b.a. Metalaksil) sebagai perlakuan benih (seed treatment) untuk mencegah terjadinya infeksi bulai lebih awal dengan dosis 2,5 -5,0 g/kg benih.

Sumber :
Sinar Tani. 2012. Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung dan Teknik Pengendaliannya. Badan Litbang Pertanian

Sebelumnya kita harus tahu dulu bahwa penyebab bulai adalah jamur Peronosclerospora maydis. Nah, jamur ini berkembang amat pesat apabila kondisi lingkungan lembab, relatif gelap (ternaungi), jarak tanam yang terlalu dekat, serta keberadaan pembawa spora seperti serangga, angin, alat pertanian yang mengandung spora jamur P. maydis, maupun angin.

Dari situ kita tahu bahwa pencegahan yang bisa dilakukan pertama kali adalah dengan memastikan jarak tanam sesuai (umumnya 20×70 cm), lahan tidak dinaungi tanaman penaung sehingga jagung mendapat sinar matahari penuh, dan tidak menggunakan alat pertanian yang sebelumnya digunakan untuk menebas atau memusnahkan tanaman jagung yang terkena bulai.

Tanaman jagung tumbuh baik di daerah panas dan dingin dengan curah hujan dan irigasi yang cukup. Namun selama satu siklus hidupnya dari benih ke benih, setiap bagian jagung peka terhadap sejumlah .penyakit sehingga dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hasil. Karena itu masalah penyakit merupakan salah satu faktor pembatas produksi dan mutu benih.

Sebelum mengetahui cara pengendalian terhadap beberapa penyakit yang menyerang pada jagung, sebaiknya terlebih dahulu mengetahui apa dan disebabkan oleh apa tanaman jagung yang terserang bulai dan jamur agar mengetahui pengendalian yang tepat. Berikut penjelasan terkait gejala dan siklus terserangnya bulai dan jamur pada tanaman jagung.

Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung
Penyakit Bulai atau disebut dengan downy mildew disebabkan oleh patogen jenis Di Indonesia sendiri terdapat tiga spesies yang ditemukan yaitu Peronosclerospora maydis yang menyebar di daerah pulau Jawa dan Lampung, Peronosclerospora phillipinesis di pulau Sulawesi dan Peronosclerospora sorghi di Sumatera Utara dan Malang Jawa Timur. Kerugian hasil apabila tanaman jagung terserang penyakit bulai adalah kerugian produksi hasil panen mencapai 100%.


Berikut merupakan gejala penyakit bulai yang menyerang tanaman jagung:

  1. Pada permukaan daun terdapat garis-garis sejajar tulang daun berwarna putih sampai kuning diikuti dengan garis-garis khlorotik sampai coklat bila infeksi makin lanjut
  2. Tanaman terlihat kerdil dan tidak berproduksi, tetapi bila masih sempat berproduksi
  3. Di permukaan bawah daun yang terinfeksi, dapat dilihat banyak terbentuk tepung putih yang merupakan spora patogen tersebut.

Cara pengendalian untuk mencegah penyakit bulai jagung yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Menaman tanaman jagung dengan varietas jagung yang tahan bulai seperti Kalingga, Arjuna, Wiyasa, Bromo, Parikesit, dan Hibrida Cl.
  2. Tidak menanam benih jagung yang berasal dari tanaman sakit.
  3. Tanam jagung secara serempak pada awal sampai akhir musim kemarau. Penanaman jagung pada peralihan musim (marengan atau labuhan) akan menderita kerugian besar karena bulai.
  4. Perlakuan benih dengan fungisida sistemik seperti Ridomil 35 SD ,(5 g formulasi/kg benih Ridomil mengandung bahan aktif metalaksil 35%).
Referensi

Muis, A., Suryani., Kalqunty, S. H., dan Nonci, N. (2018). PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG DAN UPAYA PENGENDALIANNYA Yogyakarta: CV BUDI UTAMA

Izin menjawab kak.

Berikut langkah-langkah untuk mengendalikkan bulai jagung.

  1. Memastikan usia tanaman di waktu yang tepat

Jamur peronosclerospora maydis biasanya mengalami perkembangan pesat pada musim peralihan, yaitu peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, atau sebaliknya.

Jamur ini juga rentan menyerang tanaman jagung di usia 0-5 minggu. Oleh karena itu, petani harus bisa memastikan bahwa tanaman jagungnya telah melewati usia 0-5 minggu pada saat musim peralihan. Hal ini diperlukan untuk mencegah atau memperkecil serangan Peronosclerospora maydis.

  1. Melakukan pergiliran tanaman

Untuk mencegah perkembangan Peronosclerospora maydis yang cepat, sebaiknya petani melakukan pergiliran tanaman. Setelah panen jagung, lahan sebaiknya ditanami tanaman yang bukan inang Peronosclerospora maydis (bukan jagung, gandung, padi, atau sorgum lainnya), misal cabai, dan sebagainya.

Pergiliran tanaman ini akan membuat Peronosclerospora maydis tidak memiliki media untuk berkembang.

  1. Perlakukan benih dengan fungisida

Karena Peronosclerospora maydis merupakan jenis jamur, maka petani dapat mengatasinya dengan menggunakan fungisida.

Namun, fungisida yang digunakan untuk mengatasi penyakit bulai jagung di sini adalah fungisida berbahan aktif belerang atau tembaga. Jenis fungisida ini diperlukan agar konidia yang terbawa oleh benih tidak tumbuh.

  1. Melakukan pengamatan rutin

Untuk setiap tanaman, pastinya kita harus selalu melakukan pengamatan. Mengingat penyakit bulai jagung sangat berbahaya bagi tanaman, pengamatan rutin memang sangat diperlukan.

Hal ini dilakukan agar petani dapat segera tahu jika terdapat indikasi penyakit bulai pada tanaman jagungnya, sehingga dapat diatasi sedini mungkin.

Jika terdapat tanaman yang mulai menunjukkan gejala penyakit bulai, sebaiknya ia dicabut atau dibakar agar penyakitnya tidak menular pada tanaman jagung yang sehat.

Gejala serangan Peronosclerospora maydis pada jagung biasanya berbeda-beda, tergantung usia tanaman jagung tersebut.

Jika jagung diserang penyakit bulai pada usia 0-3 minggu, gejala yang ditunjukkan biasanya berupa daun yang menguning dan kaku. Jika diserang pada usia 3-5 minggu, daun jagung yang baru membuka biasanya ikut menguning, pertumbuhan tanaman melambat, tongkolnya hanya terdiri dari sedikit biji, dan terkadang tongkolnya berbentuk tidak normal.

Sementara jika tanaman diserang pada usia di atas 5 minggu, gejala yang ditunjukkan berupa daun yang membengkok (klorosis). Pada usia ini, penyakit bulai dapat menurunkan panen hingga 30%.

Sumber : https://www.pioneer.com/web/site/indonesia/Berita-Umum/cara-mengatasi-penyakit-bulai-pada-jagung

  1. Melakukan pergiliran tanaman
    Untuk mencegah perkembangan Peronosclerospora maydis yang cepat, sebaiknya petani melakukan pergiliran tanaman. Setelah panen jagung, lahan sebaiknya ditanami tanaman yang bukan inang Peronosclerospora maydis (bukan jagung, gandung, padi, atau sorgum lainnya), misal cabai, dan sebagainya. Pergiliran tanaman ini akan membuat Peronosclerospora maydis tidak memiliki media untuk berkembang.

  2. Perlakukan benih dengan fungisida
    Karena Peronosclerospora maydis merupakan jenis jamur, maka petani dapat mengatasinya dengan menggunakan fungisida. Namun, fungisida yang digunakan untuk mengatasi penyakit bulai jagung di sini adalah fungisida berbahan aktif dimetomorf (Renon, akrobat, Sirkus, dll). Jenis fungisida ini diperlukan agar konidia yang terbawa oleh benih tidak tumbuh

  3. Penggunaan varietas tahan seperti jagung hibrida

Indonesia merupakan negara dengan ladang jagung yang sangat luas. Hal tersebut menyebabkan tingginya produksi jagung yang dihasilkan oleh Indonesia. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka terdapat sebuah ancaman, yaitu penyakit yang ada pada jagung. Salah satu penyakit yang ada pada tanaman jagung adalah penyakit bulai dan jamur. Penyebab dari penyakit tersebut adalah jamur Peronosclerospora maydis. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar, bahkan hingga 100%. Kerusakan terbesar pada tanaman jagung akibat penyakit bulai dapat ditemukan pada tahun 1973-1975, di mana produksi jagung di Lampung mengalami penurunan dari 114.975 ton menjadi 18.977 ton.

Berikut pencegahan penyakit Bulai pada tanaman jagung:

  1. Perlakuan Benih, Sebelum ditanam sebaiknya benih dicampur terlebih dahulu dengan fungisida yang berbahan aktif dimetomorf (Renon, akrobat, Sirkus, dll)
  2. Lakukan Penyemprotan ketika tanaman jagung berumur 1 minggu hingga 35 hst dengan fungisida berbahan aktif iprodium dan menggunakan obat carbio dengan dosis 15-25cc setiap 17 liter air, semprotkan dengan jarak 7 hari
  3. Pemupukan pertama sebaiknya jangan menggunakan urea, gunakan Phonska + SP, atau bisa juga ditambah ZA dan Organik. Selanjutnya pemupukan tahap kedua gunakan pupuk ZA+Ponska+organik dan pemupukan terakhir gunakan Urea.
  4. Taburi lahan dengan bahan organik seperti pupuk kandang, Bhokasi, sebelum lahan ditanami.

Cara mengendalikan penyakit bulai pada jagung secara efektif:

Langkah Pertama

  1. Siapkan alat dan bahan yaitu hand preyer dan air biasa
  2. Hand speyer yang telah berisi air biasa di semprotkan pada tanaman dan lahannya pada jam 04.00 s/d 05.30 pagi, mulai tanaman berumur 7 s/d 21 hari setelah tanam
  3. Dengan melakukan hal tersebut maka dapat menekan perkembangan spora bulai, sehingga tanaman tidak terseranga oleh penyakit bulai.

Langkah Kedua

  1. Siapkan alat dan bahan yaitu hand preyer dan air biasa dan fungisida
  2. Hand speyer yang telah berisi air biasa dan fungisida di semprotkan pada tanaman dan lahannya pada jam 04.00 s/d 05.30 pagi, mulai tanaman berumur 7 s/d 21 hari setelah tanam
  3. Dengan melakukan hal tersebut maka dapat menekan perkembangan spora bulai, sehingga tanaman tidak terseranga oleh penyakit bulai.

Sumber: kabartani.com