Kupu-kupu yang Lumpuh

Kupu-kupu yang Lumpuh

Seorang pria menemukan kepompong kupu-kupu. Suatu hari sebuah celah kecil muncul. Dia duduk dan memperhatikan kupu-kupu itu selama beberapa jam saat ia berjuang untuk memeras tubuhnya melalui lubang kecil. Kemudian berhenti, seolah tidak bisa melangkah lebih jauh. Maka lelaki itu memutuskan untuk membantu kupu-kupu itu. Dia mengambil gunting dan memotong kepompong yang tersisa. Kupu-kupu muncul dengan mudah, tetapi itu memiliki tubuh bengkak dan sayap layu. Pria itu terus memperhatikannya, berharap sebentar lagi sayapnya akan membesar dan cukup berkembang untuk menopang tubuh kupu-kupu.

Tidak ada yang terjadi! Bahkan kupu-kupu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitar kepompongnya. Kupu-kupu tidak pernah bisa terbang. Apa pria dalam kebaikannya dan tergesa-gesa tidak mengerti: Kepompong yang membatasi dan perjuangan yang dibutuhkan oleh kupu-kupu untuk melewati lubang adalah cara memaksa cairan dari tubuh ke sayap sehingga siap untuk terbang begitu tercapai.

Kadang-kadang perjuangan itu tepat apa yang kita butuhkan dalam hidup kita. Melewati hidup tanpa rintangan akan melumpuhkan kita. Kita tidak akan sekuat yang seharusnya dan tidak akan pernah terbang.

Apa pelajaran yang Anda dapat dari cerita singkat di atas ?

Referensi

https://projectaccess.uoregon.edu/teachers/selfawareness/motivation/e.%20ACCESS%2012%20Motivational%20Stories%20Writing%20Discussion%20Questions%20SH.pdf

1 Like

Ketika kita memaksa sesuatu berjalan lebih cepat dan keluar dari jalur yang semestinya maka yang terjadi adalah pencapaiannya justru tidak sesuai yang kita harapkan, seperti halnya cerita kupu-kupu yang lumpuh di atas. Dianalogikan bahwa kupu-kupu dibantu oleh manusia agar cepat keluar dari kepompongnya karena si manusia tidak cukup sabar melihat kupu-kupu keluar dari kepompongnya yang dirasa lama. Atas tindakan manusia tersebut, kupu-kupu justru malah menjadi ‘terluka’ karena keluar dari kepompong secara tidak tepat dan alami.

Pelajaran hidup yang cukup menarik dari cerita di atas. Menjalani hidup tanpa perlu tergesa-gesa jauh lebih nikmat dan bisa meningkatkan kesadaran diri secara penuh. Biarkan semua berjalan secara alami karena bisa jadi jika dipaksa akan menimbulkan ‘luka’, kecuali jika kita sudah siap dengan segala konsekuensi atau risikonya maka hal tersebut tidak terlalu bermasalah.