Kumandang Adzan Perindu Hati

233fc337347c2c95f4910cb4decdf2c1

“Assalamuallaikum wr.wb.”, ucapku dengan penuh tegang dan gemetar ( telat berangkat ngaji).

Sorotan mata menuju kepadaku seakan rasa ketidakadilan.

“ Berdiri di depan dan baca huruf hijaiyyah dari awal sampai akhir “, kata ustadzh ( temanku bahagia berbisik dengan rasa dengki dan iri ).

Aku berjalan di bangku ngaji paling pinggir dan pojok. “ Tetaplah semangat, itu merupakan hal yang wajar” ujar Reni ( teman baikku ). Rasa bosan dan ngantuk mulai menghiasi sekelilingku…

Hingga pak ustadzh menyuruhku menyambung sambungan surat yang belum kuhafalkan( sungguh rasa malu yang menghiasi diri ini ). Tetapi itu membuatku bangun dari tidurku.

Ceramah ustadzh yang kudengar hari ini bahwa perjalanan yang terberat adalah ketika perjalanan ke masjid, sesungguhnya umat manusia juga telah dipanggil dengan adzhan sehari lima kali, apa yang kurang dari Allah Swt. Tetapi, di zaman modern ini banyak orang hanya tergila-gila dan sangat angkuh ketika kembali dari luar negri dan menceritakannya dari awa; hingga akhir. ( urai hatiku)

Akhirnya jam 15.00 (bel berbunyi)

Saatnya untuk pulang ( sorakan para tholib dan tholibah ).

Sebelumnya aku perkenalkan diri dulu ya,. Namaku Rifdha Zahro Maulidiyah, panggil saya Rifdha.

“ Rifdha,Rifdha,tunggu…” ujar Reni. ( aku dan reni adalah teman sekelas di tempat sekolah dan ngaji meskipun rumah kita berbeda jalur tetapi masih satu arah )

“Duluan ya, jangan lupa sholat maghrib”ujarnya.

“ Oke” Jawabku.

Rumahku memang agak jauh sehingga maklum kalau sering terlambat di sekolah maupun di tempat ngaji. Tetapi, aku selalu semangat untuk mempelajari segala hal.

Hingga esok harinya…

“Allahuakbar…Allahuakbar…”, Suara adzhan yang membuatku terbangun dan lari dengan terbirit-birit.

“Alhamdulillah masih qomat”, dalam hatiku.

Setelah sholat masjid membuka tadarus bersama di waktu pagi hingga jam 05.30

Tap…tap…tap…, langkah kaki menuju rumah untuk persiapan sekolah.

“Bangun Pagi kulangsung Sholat Habis itu kulangsung Tadarussan langsung aja kulangsung mandi, makan. Jangan lupa kusholat Dhuha.”, nyanyian di setiap pagi ketika jalan ke sekolah.

Masuk sekolah…

“Jam Pertama adalah Aqidah Akhlaq” ujarku ( pasti sangat membosankan ) “huft,”.

Salam kepada Ustadzha (berdiri)

“Assalamuallaikum wr.wb” ( membaca dengan serempak )

“ Waalaikumsalam wr.wb. anak-anak sekarang duduk, kita akan melanjutkan bab selanjutnya yaitu Thoharoh ( Kebersihan )” Ujar Ustadzha.

“ Kebersihan merupakan sebagian dari Iman tapi, kita harus mengetahui bagaimana di dalam pelajaran Aqidah Akhlaq. Jadi,” Pembahasan Ustadzha.

“Ada yang mau bertanya ?” Kata Ustazha.

Tanganku mengangkat dan bertanya “ Ustadzha, Bagaimana tentang wabah virus corona ? “.

“Anak-anak kita mengetahui bagaimana makanan yang diprosuksi halal atau haram dan bagaimana proses dari pemakanan, pembersihan, pemotongan dengan kalimatillah, hingga konsumsi yang dihalalkan dan diharamkan. Maka dari itu kata Rasulullah : Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka jangan kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu. (HR Bukhari).” Ujar sang Ustadzha.

“ O….O…” ( gumam masing-masing anak )

Teng-Teng ( Bunyi bel bordering )

Tak terasa waktu berjalan seiring berkembangnya wabah yang menggenaskan ini.

Tet…. ( Bunyi pulang sekolah )

Langkah demi langkah pulang kutelusuri bersama Reni, tak terasa ketika pulang melihat berita bahwasannya sekolah ditutup, majlis di tutup, tempat ngaji ditutup, dan tidak boleh ada silaturrahmi antara sesama manusia.

Ketika maklumat telah di dijelaskan.

Hari… hariku kini di jalani dengan hening, kemana semua lagu yang sering kukerjakan, kunyanyikan ketika sekolah. ( dalam hatiku ).

“ Semuannya dilakukan sendiri, sholat berjamah bersama keluarga atau sendiri, ngaji sendiri, belajar sendiri. Hua……apajadinya kalau begini secara terus-menerus” ujarku.

Meskipun sholat, ngaji, belajar selalu kulakukan secara rutin tapi, terasa ada sesuatu yang terlupakan yaitu perjalanan terberat yaitu kemasjid.

Hingga suatu ketika…

Kubuka social media di eropa yang mempunyai status corona yang banyak, bahwa mengkumandang adzhan yang pertama kali dengan suara keras yang dapat menghilangkan virus corona, dan sekarang semua orang berbondong-bondong untuk menjadi umat Islam dan pergi ke masjid.

Tapi… aku juga harus mengambil inti dari kejadian ini : “ Banyak dari penduduk Indonesia adalah penduduk Muslim yang taat akan perintah Allah dan menjauhi dari larangannya. Maka sinilah kita dapat meneruskan perjuangan para thabi’in intuk menyebar luaskan agama Allah Swt. Dari virus inilah segala yang maktub dari Qur’an terungkap akan kebenarannya. Sungguh indah agama Islam dari suara adzhan saja dapat rindu apalagi sama Allah SWT.

(SUMBER GAMBAR : PINTEREST)