Korosi dan Jenis-Jenis nya

https___i.pinimg.com_originals_34_ee_54_34ee540ad4548f29dfe74ce400ca999f

Korosi didefinisikan sebagai kerusakan logam karena bahan kimia atau reaksi elektrokimia dengan lingkungannya. Biaya korosi dan pencegahan korosi kira-kira 5,0% dari nasional bruto produk, merupakan biaya ekonomi yang sangat besar bagi masyarakat. Ada berbagai jenis korosi yang dapat mempengaruhi logam, yaitu: uniform corrosion, pitting corrosion, crevice corrosion, intergranular corrosion, hot corrosion, and stress corrosion cracking.

  1. Uniform Corrosion: Ini adalah jenis korosi yang paling umum sebagai karat besi. Logam dan paduan lainnya juga menimbulkan korosi yang seragam seperti aluminium, tembaga, kuningan, dan magnesium. Namun, tergantung pada sifat logam dan lingkungan, beberapa di antaranya akan terbentuk lapisan pelindung atau nonprotektif di permukaan. Uniform Corrosion pada logam dan paduan dapat diprediksi dan mengatasinya relatif sederhana. Cara pencengahannya yaitu dengan memberi perlindungan pada permukaan seperti pengecatan, pelapisan, anodisasi, pelapisan, cladding, dan proteksi katodik biasanya digunakan untuk mencegah logam dari uniform corrosion.

  2. Pitting Corrosion: Ini adalah jenis korosi yang terlokalisasi dalam lubang yang menyebabkan kerusakan pada logam. Ini adalah salah satu jenis korosi yang berbahaya karena mengakibatkan kegagalan bagian tanpa banyak penurunan massa. Pitting Corrosion membutuhkan periode inisiasi yang lebih lama sebelum terlihat. Awalnya sebuah lubang yang sudah terkorosi akan terus menembus bagian tersebut dengan kecepatan yang terus meningkat.
    Pemilihan material yang lebih tahan terhadap Pitting Corrosion adalah yang metode pencegahan yang paling efektif untuk masalah ini. Karena Pitting Corrosion dikaitkan dengan jeda lokal pada film pasif (lapisan) yang melindungi logam, namun tidak bisa dikatakan bahwa kerusakan apa pun yang disebabkan film pasif harus dicegah untuk meningkatkan ketahanan material terhadap Pitting Corrosion.

  3. Crevice Corrosion: Ketika permukaan logam terpapar ke lingkungan korosif, korosi lokal terjadi di dalam celah atau area terlindung. Sebagai lokasi yang mudah ter-korosi, celah harus lebar cukup untuk memungkinkan masuknya cairan, tetapi cukup sempit untuk mempertahankan stagnasi daerah. Logam yang membentuk lapisan oksida pasif pada permukaannya untuk korosi sangat rentan terhadap korosi celah, misalnya baja tahan karat dan paduan aluminium. Ion klorida sebagai media korosif yang mengintensifkan serangan. Logam yang berbeda yang saling kontak dapat memperparah celah serangan korosi karena korosi galvanik juga dapat menambah kerusakan.

Sumber: Balan, K.P. 2018. Metallurgical Failure Analysis, Elsevier Inc.

1 Like

Menurut American Society of Metal (ASM), korosi dibedakan menjadi:

  1. Uniform Corrosion
  2. Galvanic Corrosion (two metals)
  3. Crevice Corrosion
  4. Pitting Corrosion
  5. Intergranular Corrosion
  6. Dealloying (selective leaching)
  7. Erosion Corrosion
  8. Stress Corrosion Cracking
1 Like

Pencegahan korosi ada dua, dengan cara catodic protection serta anodic protection. Cathodic Protection adalah teknik yang digunakan untuk mengendalikan korosi pada logam dengan cara menjadikan
permukaan logam tersebut sebagai katode dari sel elektrokimia. Cathodic protection ini umumnya digunakan untuk melindungi baja, sistem perpipaan, tangki, tiang pancang, anjungan lepas pantai, kapal dan casing sumur minyak onshore. Anodic protection digunakan jika catodic protection tidak dapat digunakan pada lingkungan yang sangat basa
maupun asam. Prinsipnya anodic protection menggunakan arus yang diterapkan secara eksternal.
Anodic protection cocok untuk paduan aktif-pasif (mis. baja tahan karat, paduan nikel, titanium), membutuhkan rentang potensial yang luas, untuk kepasifan membutuhkan peralatan listrik yang besar, mahal dan beresiko namun sering digunakan untuk solusi yang sangat agresif ketika metode lain gagal, mis. untuk perlindungan tangki penyimpanan asam kuat (mis. sulfur, fosfat, nitrat)