Konsep dan Gaya dari Conceptual Art

Conceptual art dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk, mulai dari pertunjukan, kejadian, objek fisik, da media lainnya. Mulai dari pertengahan era 1960-an sampai 1970-an, seniman conceptual art menghasilkan karya seni yang berlawanan dengan standar dari seni.

Conceptual art mengusung konsep seni sebagai ide. Joseph Kosuth merupakan salah seorang yang pertama menyampaikan penjelasan conceptual art yang dapat diterima secara logis. Kosuth mempertanyakan alasan bahwa seni harus diwujudkan dalam bentuk visual, atau bahkan diwujudkan dalam media fisik apapun. Dengan meminimalisir penggunaan material pada seni, para seniman berusaha untuk memindahkan kriteria estetika dan status komoditas pada suatu karya artistik.

Selain seni sebagai ide, conceptual art juga mengusung konsep bahasa sebagai seni. Penggunaan bahasa dalam karya seni sebenarnya bukanlah hal yang baru. Akan tetapi, conceptual art menganggap bahasa sebagai bagian dari intelektualitas dan banyak terinspirasi dari studi terbaru di bidang linguistik. Tulisan yang biasa digunakan pada conceptual art biasanya berbentuk formulasi abstrak seperti perintah mendadak, pernyataan yang ambigu, atau sekedar kata tunggal yang menimbulkan berbagai asosiasi bagi penonton.

Conceptual art juga mengandung pesan kritis terhadap institusional dan anti-komodifikasi. Seiring perkembangan dunia seni, para pelaku seni mulai terdorong oleh kebutuhan pasar. Sebuah seni yang dianggap “baik” didorong muncul ke permukaan, dan “buruk” tidak diperhatikan. Sistem ini dianggap hanya memberi keuntungan pada sekelompok orang dan kaum elit.

Conceptual art juga menantang keberadaan authorship, atau kepengarangan. Karya kloset dari Marchel Duchamp menyiratkan pesan bahwa karya seni juga bisa diciptakan secara kolektif. Sol LeWitt, pada tulisannya berjudul “Paragraphs on Conceptual Art”, mendukung ide bahwa karya seni tidak harus selalu dikerjakan sepenuhnya oleh seniman.

Konsep terakhir dari conceptual art adalah photo-conceptualism. Konsep ini menunjukkan bahwa fotografi dapat terintegrasi ke dalam konsep atau sistem yang dirancang oleh seniman, sebagaimana coretan atau tulisan yang dulu digunakan untuk menggambarkan atau menyimpan suatu ide. Berdasarkan konsep ini, conceptual art memandang dokumentasi sebagai suatu karya seni, dan sebaliknya.