Komunikasi Menentukan Arah Opini Publik

Lomba Esai-Opini_Komunikasi Menentukan Arah Opini Publik

Dalam perkembangan zaman yang kini kian canggih dengan difasilitasi oleh teknologi yang semakin maju. Indonesia salah satunya, menjadi tempat penerimaan teknologi dari luar negeri yang selalu booming dan hangat dipergunakan oleh masyarakatnya. Hal tersebut mempengaruhi salah satu ilmu pengetahuan dan proses-proses lainnya yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Yakni, salah satunya ilmu komunikasi.
Komunikasi menjadi media untuk bersosialisasi dengan orang-orang, media yang sangat efektif, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Baik dalam personal maupun antarpersonal. Penyebaran informasi pun kini dapat dilakukan secara cepat dan bisa didapatkan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Opini Publik Berkaitan Dengan Spiral of Silence Theory
Lalu mengapa komunikasi bisa menjadi arah opini publik?
Alasannya sederhana, opini masyarakat yang pertama kali dilontarkan atau opini yang menjadi mayoritas menjadi teori komunikasi muncul, yakni spiral of silence atau spiral keheningan.

Dalam ilmu komunikasi, teori keheningan adalah salah satu teori komunikasi massa, di mana seseorang memiliki opini dari berbagai isu, namun terdapat keraguan dan ketakutan untuk memberikan opininya karena merasa terisolasi, sehingga tidak bersifat terbuka alias tertutup.
Teori tersebut menjelaskan, bahwa jika ada seseorang yang memiliki opini yang berbeda dari khalayak lainnya maka ia cenderung menyimpan dan memendam sendirian. Opini yang ia miliki dipatahkan oleh orang-orang yang mempunyai opini mayoritas lebih banyak.
Sebagai contoh, peristiwa penusukan Menkopolhukam, Wiranto. Pada Oktober lalu, kasus penusukan tersebut membuat reaksi hangat diperbicangkan oleh masyarakat Indonesia.
Informasi yang disebar dengan cepat melalui beberapa media sosial, menuai komentar yang yang beragam. Istilah warganet atau netizen, ada yang prihatin tetapi ada yang acuh tak acuh, bahkan ada yang merasa kasus tersebut adalah skenario yang sudah sangat direncanakan.
Pada media sosial Twitter salah satunya, ramai cuitan bahwa kasus tersebut adalah rekayasa. Mayoritas netizen beranggapan demikian, sehingga sangat sedikit terlihat yang beranggapan dan memberikan komentar prihatin.
Hal tersebut memperlihatkan kelompok yang bersimpati dan berpikir bahwa penusukan tersebut bisa saja bukan rekayasa sehingga menjadi tenggelam dan tidak di dengar. Opini publik menggiring masyarakat untuk beranggapan bahwa kasus tersebut adalah rekayasa.

Adapun, bisa saja masyarakat tidak berpikir hal tersebut adalah rekayasa, tetapi ada seseorang yang berkomentar dan memprovokasi dengan rasionalisasi yang membuat orang-orang menjadi punya gagasan yang sama. Sehingga dibenarkan dan dibenarkan terus menerus oleh orang-orang dan mengakibatkan opini publik tergiring lebih jauh serta gagasan dan makna yang sama.
Disitulah spiral of silence theory dibuktikan. Opini yang menjadi minoritas menjadi cenderung takut untuk mengungkapkan apa yang ada dipikirannya.
Minoritas ini beranggapan, bahwa jika ia mengungkapkan hal-hal yang bertentangan atau kontra di pikiran masyarakat maka yang terjadi adalah tidak didengar, diacuhkan, kemungkinan yang lebih parah adalah bullying.

Namun, ada point yang harus diindahkan pada spiral of silence theory ini. yakni, bagian manakah segi spiral yang ditimbulkan? Jawabannya, ketika kaum minoritas beranggapan tetapi jika dikumpulkan dan mencoba mencari dukungan yang memihak pada opininya tersebut, karena ada perasaan yang tentunya ingin didengar atau mungkin keinginan untuk sebagian orang mengikuti opininya.

Sederhananya, kaum minoritas bisa berubah menjadi mayoritas. Perputaran yang dilaluinya seperti bentuk yang spiral, yang jika dilihat dari bawah mulanya kecil tetapi lama kelamaan menjadi besar.
Tetapi, yang terjadi jika opini minoritas belum mendapat dukungan, maka orang tersebut akan tetap memendam opininya. Selain itu, belum mau menerima opini yang mayoritas.
Masih dikaitkan dengan kasus penusukan Wiranto, ketika media mendengar kaum yang prihatin terhadap menteri koordinator bidang politik hukum dan keamanan ini, maka yang terjadi adalah media mulai mencari tahu kebenaran hal tersebut.
Mencari fakta apakah benar adanya rekayasa atau memang tidak ada rekayasa sama sekali. Mulai bermunculanlah berita pro dan kontra dari berbagai segi, dari para ahli (Dokter) dan hingga klarifikasi dari pihak Wirantonya sendiri.

Opini Publik Timbulkan Persepsi Baru
Opini mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang kuat pada sebagian banyak orang, bak dalam menentukan objek dan alur topik yang diperbicangkan. Opini yang timbul dari komunikasi mampu menggiring khalayak masyarakat sehingga bisa mengubah persepsi seseorang.
Sebenarnya, komuikasi menentukan arah opini publik menjadi pembahasan persepsi ini tidak jauh berbeda dengan teori spiral keheningan yang sudah dijelaskan tersebut. Hanya saja, persepsi disini lebih fokus kepada pernyataan yang dilontarkan seseorang.

Persepsi yang merupakan pengalam tentang suatu objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh seseorang dalam menyimpulkan informasi atau memaknai suatu pesan yang sudah diterima oleh individu tersebut.
Adakalanya individu mempunyai persepsi yang berbeda-beda, hal tersebut bisa terjadi karena banyak kemungkinan. Diantaranya, faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Sebagai contoh, seorang individu yang selalu dituntut menjadi pribadi yang mempunyai pikiran postif atau husnudzon, kepribadian yang jarang memiliki sifat berburuk sangka. Maka individu tersebut ketika dimasukan kedalam lingkungan yang malah sebaliknya, maka yang terjadi adalah persepsi yang sangat berbeda. Maksudnya, ketika individu yang selalu berbaik sangka dihadapkan pada suatu kelompok yang malah suka membicarakan orang-orang, berpikir kritis dan banyak menuntut hal-hal aneh.

Maka individu tersebut akan mengalami suatu persepsi yang baru, suatu pemikiran yang baru, yang mana sebelumnya ia tidak pernah merasakan hal tersebut sebelumnya. Mungkin pernah, tetapi asing dibenaknya, hal tersebut karena lingkungan yang sebelumnya tidak pernah menuntut seperti itu.

Contoh lainnya, seorang individu yang lingkungan tempat tinggalnya adalah yang religius, tetapi ketika ia ditempatkan pada suatu lingkungan yang kurang religius. Maka yang terjadi adalah keheranan dan terkejut pada sesuatu yang jarang terjadi pada hidupnya sebelumnya.
Seorang temannya mengatakan bahasa kasar yang sering dipergunakan maka ia akan sangat terkejut, karena mungkin sebelumnya dilingkungan ia tinggal jarang yang mempergunakan kalimat kasar dengan lantang. Sedangkan pada individu lainnya, hal tersebut adalah hal yang lumrah dibicarakan. Meskipun pada dasarnya mengetahui bahwa kalimat yang dilontarkan adalah kalimat kasar.
Lalu, kaitannya dengan opini publik apakah ada ?
Jelas sekali. Opini seseorang menjadi terarah ketika mengetahui banyak hal-hal yang baru dilingkungannya. Mulai memahami beberapa teori opini, sehingga menyimpulkan kepada dirinya sendiri bahwa orang-orang memiliki lingkungan yang beragam tentunya, sehingga yang terjadi pada kita awalnya sebagian ada yang protes dengan opini orang lain, tetapi sebagian yang lain hanya diam dan menimbulkan pertanyaan yang hanya bisa dipendam oleh pribadi. Tetapi, pada akhirnya opini yang beragam tersebut akan diterima meskipun akan sedikit kesulitan di awal.
Seharusnyalah setiap orang mampu menerima opini orang lain, karena pada dasarnya setiap orang mempunyai hak dalam mengemukakan pernyataan ataupun tindakan. Hanya, harus sesuai dengan etika dan memahami hal tersebut, khususnya di Indonesia.

Opini Publik Dalam Media Sosial
Komunikasi menampung banyak wadah yang dimiliki oleh seluruh masyarak. Khususnya, untuk masa kini yang kian canggih teknologi yang dibarenginya. Salah satunya media sosial yang menjadi wadah paling banyak digunakan orang-orang dalam mengeluarkan aspirasi, pendapat, gagasan, mengkritisi dan sebagainya.

Media sosial mampu dengan kuat menggiring opini publik menjadi terarah. Setiap lapisan masyarakat sudah mempunyai media sosial, dari kalangan anak-anak hingga orangtua. Meskipun tidak semua, tapi di Indonesia memiliki penduduk yang bermayoritas semua orang mempunyai media sosial.
Intensitas tinggi di forum media sosial membutuhkan banyak khalayak untuk menciptakan sebuah opin. Terkadang tokoh public figure menjadi sasaran orang-orang beropini, bahkan public figure menjadi acuan opini khalayak menjadi tergiring.
Contohnya, sosok Najwa Sihab. Dia terkenal sebagai presenter salah satu televisi yang suka mengkritisi politik di Indonesia. Opini yang ia berikan selalu didasari fakta, karena memang ia adalah seorang jurnalis. Tetapi, karena ia juga seorang manusia, maka ia terkadang memberikan opini apa yang ia rasa benar. Hal tersebut, orang --orang yang mengikuti atau selalu sepaham dengan opini Najwa Sihab menjadi mengikuti opininya. Apalagi sosok public figure yang jarang menuai kontroversi selalu mendapat perhatian istimewa di hati orang-orang tertentu.

Najwa Sihab menjadi penggiring opini publik. Banyak sekali diantara masyarakat yang berubah persepsi akibat opini yang dilontarkan oleh Najwa Sihab. Alasannya, karena ia adalah sosok yang bisa membuktikan opininya, terlepas dari ia seorang jurnalis yang memang apa yang disampaikan sesuai dengan fakta. Tetapi, tak jarang opini yang ia berikan adalah hanya sebatas opini. Pengaruh kuat opini publik terhadap arah yang semakin tertuju, membuat gagasan-gagasan bersamaan.

Dalam media sosial seorang public figure, dibuktikan dan dilengkapi dengan komentar-komentar netizen yang membenarkan opini. Tetapi, tak lepas dari selalu saja ada yang menuai pro dan kontra dalam komentarnya.
Media-media pers online pun ikut serta meramaikan media sosial. Media online yang membagikan tautan berita mereka di media sosial, memberikan dampak yang sangat cepat tersampaikan kepada masyarakat. Sehingga orang-orang lebih dulu mengetahui berita itu dari media sosial, jarang ditemui orang-orang yang sengaja berkunjung ke situs web media online. Mungkin sebagian orang, tetapi tidak menyeluruh.
Selain itu, ditambah informasi media online tidak dibatasi ruang (halaman) seperti surat kabar dan tidak dibatasi waktu (kapan pun bisa dilihat dan cepat).

Peran Pers Dalam Membentuk Opini Publik
Pers yang menjadi media informasi untuk khalayak, kini muncul istilah citizen journalism. Artinya, setiap orang mampu menjadi seorang jurnalis. Tetapi, terlepas dari hal itu, setiap orang kini menjadi lebih luas bisa mengemukakan pendapatnya.
Kekhawatiran yang pertama kali muncul adalah jika berpendapat disembarang wadah atau misalkan di situs yang tidak dipercaya, tidak kredibel dan akurat maka orang-orang akan cenderung tidak mempercayainya. Berbeda halnya jika opini yang disampaikan sudah diwadahi dalam media yang memang aktualisasi dan kredibilitasnya dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
Jika media pers seperti surat kabar dan media online, sudah memberi wadah kepada masyarakat untuk menggunakan rubrik opini atau surat pembaca, maka tulisan yang masuk dan diterima oleh media tersebut telah menjadi tanggung jawab karena didasari oleh identitas yang kuat dan lengkap.

Setiap media juga tidak sembarang menampung kritik dan saran jika penulis dari opini tersebut tidak menyertakan identitas yang sebenarnya. Meskipun pada dasarnya tanggung jawab opini akan diserahkan kepada penulis. Tetapi, ada sebagian media juga yang tidak asal menampung opini, jika opini tersebut mengandung hal-hal diluar etika atau mengandung unsur-unsur lainnya yang tidak seharusnya dimuat.
Bagi khalayak yang tidak mempunyai tempat untuk mencurahkan gagasannya, kini di era yang kian modern, hampir seluruh media bisa memuat opini orang-orang. Meskipun ada proses yang tidak sebentar dalam pemuatan tulisannya.
Peran pers dalam menentukan dan membentuk opini publik cukup kuat, karena pers yang memang tempat penyampaian segala informasi menyangkut data dan fakta. Komunikasi yang efektif juga telah terbentuk.

Selain itu, pers juga bisa membuat orang-orang mempunyai persepsi yang akurat, karena pada dasarnya dilengkapi data yang memuat fakta. Khalayak tidak akan khawatir bahwa informasi yang disampaikan adalah hoaks. Tetapi, pembaca juga sangat disarankan untuk melihat media apa yang sedang dibaca, media yang memang sudah terpecaya kelembagaannya.

Dampak Positif
Komunikasi menentukan arah opini publik, tentu dari segala pengaruh komunikasi mempunyai dampak yang baik atau positif. Diantaranya:
Menerima persepsi sehingga, dalam pikiran memiliki sudut pandang yang lain, tidak berpikir dari satu sudut pandang saja. Hal tersebut membentuk pemikiran kritis dan rasionalisasi yang baik.
Dalam komunikasi yang mengarah opini bisa saling tukar informasi dan pemikiran. Menghargai dan menerima pendapat orang lain.
Jika opini yang terarah tersebut menuju jalan yang baik, maka opini tersebut membantu pemikiran seorang individu yang awalnya buruk menjadi lebih baik.
Semua orang berhak mengeluarkan opini, di negara yang demokrasi ini semua orang tidak dilarang dalam mengemukakan pendapatnya.
Perubahan sikap yang baik. Maksudnya, setelah mendengarkan opini seseorang maka akan timbul perubahan yang tanpa disadari hal tersebut dikarenakan setelah membaca opini seseorang.
Tidak sembarang memutuskan pemikiran tetapi, adanya analisa yang kuat sehingga mencari tahu informasi yang lain, sehingga tidak dengan mudah menerima opini orang yang mungkin memprovokasi.

Dampak Negatif
Komunikasi yang mengarah ke hal negatif bisa menjadi provokasi yang bahaya, sehingga menimbulkan hal-hal yang baik menjadi tenggelam.
Munculnya spiral of silence theory yang membuat kaum minoritas memilih untuk diam dibanding mengemukakan pendapatnya, karena kekhawatiran yang dirasakan oleh individu tersebut. Hal itu tidak dipungkuri terjadi, dikarenakan kaum mayoritas yang berkuasa atas gagasan yang dimiliki sehingga membungkam pernyataan dari segi sudut pandang lain.
Menuai pro dan kontra yang berlebihan, lebih parah bisa saja saling memaki antar warganet dalam media sosial.
Kasus bullying yang kerap menimpa sederet artis hingga menimbulkan kasus bunuh diri, sehingga menjadi evaluasi diri dalam beropini harus sangat dijaga. Tidak menimbulkan rasa sakit hati kepada yang membaca opini kita.

Semoga Bermanfaat Yaa!

1 Like