Komunikasi Antar Budaya Sebagai Jembatan Toleransi di Indonesia

Indonesia merupakan Negara yang luas dengan berbagai kebudayaan yang membangun peradabannya, setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda dalam menjalani keseharian mereka seperti penggunaan bahasa daerah di setiap kawasan yang berbeda. Dikuti dari situs liputan6.com “Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan menyatakan, berdasarkan data terakhir, Indonesia memiliki 652 bahasa daerah” dengan jumlah bahasa yang banyak mampu menyatukan Indonesia dari sabang sampai marauke melalui bahasa Indonesia. Tetapi, dizaman sekarang, bahasa Indonesia jarang digunakan di kehidupan sehari-hari dan biasanya digunakan hanya dalam situasi formal, itu menandakan bahwa eksistensi bahasa daerah lebih tinggi dari bahasa Indonesia. Eksistensi bahasa daerah ini mampu mempererat rasa toleransi antar budaya disuatu daerah dikarenakan komunikasi antarbudaya yang terjadi di daerah tersebut. Sebagai makhluk sosial, Manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi sejak bangun tidur hingga kembali tidak di malam hari. Apabila kita amati secara detail, komunikasi merupakan bagian dari tatanan kehidupan sosial manusia dan telah menjadi jantung kehidupan Manusia bahkan Komunikasi menentukan suasana hati seseorang dan hubungan kedekatan seseorang maka dari itu komunikasi pun menjadi sangat penting dalam nilai-nilai toleransi. Namun, Komunikasi yang salah dapat memutuskan hubungan seseorang atau dapat membuat mental seseorang tertekan salah satunya komunikasi melalui sosial media, banyak dari warganet yang melontarkan banyak komentari negative terhadap postingan seseorang atau berkomentar yang menyinggung latar belakang budaya dari pemiliki akun hal ini apabila terus dibiarkan maka akan terjadi penurunan rasa toleransi antar umat budaya di Indonesia.

Komunikasi secara etimologi Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio yang bersumber dari kata communis yang berarti sama. Kata sama yang dimaksudkan adalah sama makna. Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa komunikasi dapat berlangsung apabila orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki kesamaan makna atau pemahaman mengenai suatu hal yang tengah dikomunikasikannya. Ditengah kemajuan zaman dengan akses internet yang begitu luas maka kita dapat mengetahui bahwa nilai-nilai toleransi di Indonesia mulai memudar dapat dilihat dari banyaknya komentar negative warganet terhadap postingan yang mengandung unsur budaya atau pada orang-orang ras tertentu salah satunya orang berkulit hitam dengan isi komentar yang menyudutkan suatu kaum atau daerah. Beberapa contoh komentar warganet di aplikasi tiktok terkait komentar sensitive ;
1

Pertanyaan yang dituliskan oleh warganet tersebut secara tidak langsung memojokkan kebudayaan dan suku Papua . Mengapa hal tersebut terus terjadi? hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat luas tentang perkembangan kepulauan Papua ditambah dengan Media komunikasi massal seperti televisi, Koran atau sosial media lainnya tidak memberikan informasi secara detail tentang perkembangan kebudayaan yang berada di Papua sendiri atau media komunikasi massal hanya memberitakan daerah Papua disaat terjadi konflik saja. Maka dari itu perlu adanya suatu perubahan dibidang komunikasi dan penyebaran informasi, perubahan tersebut dapat dimulai melalui Komunikasi antarbudaya, menurut DeVito, (1997) menyatakan bahwa Komunikasi antarbudaya (intercultural com-munication) adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya. Ketika komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras, atau komunitas bahasa, komunikasi tersebut disebut komunikasi antarbudaya,Sedangkan menurut para ahli yang lain ada yang berpendapat seperti Sitaram (1970) yang mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya merupakan seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan lalu Schram mengemukakan empat syarat yang diperlukan individu untuk berkomunikasi antar budaya secara efektif yaitu: pertama, menghormati anggota budaya lain sebagai manusia; kedua, menghormati budaya lain apa adanya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki; ketiga, menghormati hak anggota budaya yang lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak; keempat, komunikator lintas budaya yang kompeten harus belajar menyenangi hidup bersama orang dari budaya yang lain. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi antarbudaya menitik beratkan pada rasa toleransi dan melatih manusia secara tidak langsung untuk menurunkan ego masing-masing sebagai contoh apabila seseorang dengan latar belakang budaya Batak pindah serta menetap di lingkungan dengan latar belakang budaya Jawa maka secara tidak sadar terjadi akulturasi terhadap dirinya sendiri hingga seseorang tersebut tetap dapat menjalin komunikasi dengan baik tanpa harus merendahkan budaya Jawa begitupun sebaliknya . Apabila hal ini terus terjadi di lingkungan sekitar kita maka rasa toleransi antar umat budaya akan terus terjaga hingga anak cucu kita nanti. Komunikasi antarbudaya pada dasarnya mampu menciptakan suatu keselarasan dan kebersamaan. Disisi lain juga dapat saling memahami setiap perbedaan antar individu sehingga perbedaan inilah harus didukung, dipelihara dan terus dilestarikan. kemudian, pada hakikatnya, komunikasi antar budaya juga mengandung dimensi antar budaya. Dengan kata lain, adanya komunikasi antar budaya telah memberikan dampak positif untuk mempermudah bersosialisasi dan meminimalisir kesalahpahaman.

Sehingga, pada dasarnya budaya mampu menciptakan kedamaian antar masyarakat namun diiringi dengan rasa toleransi dan saling memahami satu sama lain karena Indonesia dapat merdeka karena para pejuang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda namun dengan tujuan yang sama. Semakin meluasnya komunikasi antarbudaya maka semakin tinggi pula rasa toleransi yang tercipta oleh bangsa Indonesia. Komunikasi antarbudaya tersebut tidak hanya terjadi di dunia nyata namun dapat pula diterapkan pada dunia maya atau sosial media dengan tetap menghargai setiap kebudayaan yang ada seperti tidak melontarkan pertanyaan yang merendahkan suatu suku atau ras, tidak bertanya agama seseorang secara langsung dan tetap saling memberi dukungan kepada orang lain yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dari kita.

2 Likes