Klub film sebagai pembentuk jejaring pemuda asean

Pada era Globalisasi dimana komunikasi dan interaksi melalui media daring dipermudah oleh koneksi internet, engagement yang aktif antara pemuda dan pemudi ASEAN secara intens belum dapat terjadi, sehingga tidak bisa kita pungkiri bahwa pemuda dan pemudi ASEAN seakan akan tak mengenal satu dengan yang lainnya dan malah “teralienasi” oleh budaya barat (Westernisasi), hal ini merupakan hal yang sangat negatif dan ironis pada waktu yang sama, dimana pemuda dari negara yang bertetangga seolah tak saling mengenal dan tak tau-menau tentang budaya negara satu dengan lainnya. Sehingga, hal ini menurut saya menimbulkan suatu permasalahaan yang krusial untuk dipecahkan.

Sebelum membahas tentang solusi dari permasalahan ini, kita harus membahas mengapa adanya urgensi untuk mempererat hubungan pemuda bangsa ASEAN? Menurut saya secara pribadi, kita harus melihat pemuda sebagai seorang penerus bangsa, dan maka dari itu penanaman budaya dan pengetahuan akan kebudayaan ASEAN sangatlah penting untuk ditanamkan pada diri seorang pemimpin sejak dini, tanpa adanya interaksi antar bangsa ASEAN (mengingat Indonesia juga memiliki peran aktif dalam organisasi ini) akan menimbulkan calon pemimpin yang Xenosentris, sehingga seolah olah mengalienasikan budaya “ketimuran” karena dari kecil hanya berinteraksi dengan budaya barat.

Dengan adanya permasalahan tersebut, hal yang dapat menjadi solusi untuk meng- engage anak muda untuk berinteraksi dan mengenal kebudayaan satu dengan lainnya ialah lewat Movie Society . Movie Society atau yang lebih kita kenal dengan Kelompok Film ialah suatu kelompok yang menghimpun penggemar film/movie fanatics dan biasanya memiliki kegiatan seperti diskusi film, nonton bareng (Nobar) atau hal-hal lain yang berkaitan tentang pembedahan dan diskusi tentang layar lebar. Kelompok film ini dapat didirikan pada ibukota di Indonesia dan negara ASEAN lainnya sebagai Chapter Pusat yang memili Sub-Chapter pada kota-kota besar yang difasilitasi oleh pemerintah sebagai organisasi Non-Profit, setiap minggu mereka menukar film sesuai tema/genre yang ditentukan bersama (Setiap minggu 1 negara yang berkewajiban memberikan film dari neara mereka) lalu menyebarkan film tersebut kepada Sub-Chapter dimana nanti akan diadakan pemutaran film bersama ( screening ).

Mengapa harus klub film? Film sendiri menurut saya ialah suatu karya seni yang mencerminkan identitas dan kebudayaan bangsa, argumentasi saya ini didukung oleh argumentasi British Film Council dalam menjelaskan dampak dan kepentingan film di negaranya, “The Council believes that film promotes our national identity and culture around the world” (House of Common Culture, Media, and Sports Comitee, 2003), Sehingga film tidak semata-mata hanya berfungsi sebagai sarana hiburan bagi penontonnya, tetapi film juga bisa digunakan sebagai alat untuk menggambarkan dan mencerminkan kebudayaan yang ada pada negara tersebut.

Industri layar lebar suatu bangsa dapat secara langgsung mengkontruksi bagaimana bangsa tersebut dipandang pada kancah dunia, " Hollywood is the succeed story of America which it works as an instrument to affect the ideology, and culture of the world populations "(Maisuwong, 2012). Pemuda antar bangsa ASEAN dapat bertukar film yang mencerminkan kebudayaan mereka terhadap topik tertentu, contoh kongkrit dari pecerminan ini ialah: Percintaan masa remaja dan sosialisasi di sekolah pada remaja Indonesia yang tercerminkan pada beberapa film seperti Ada Apa Dengan Cinta, Galih dan Ratna, Dilan, dan film lainnya. Atau mungkin penggambaran situasi Indonesia pada masa jajahan seperti yang ada pada film seperti Merah Putih, Jenderal Soedirman, Guru Bangsa Tjokroaminoto, dan film film lainnya. Tentunya, dalam menonton film dari negara lain yang ada di ASEAN pemuda dan pemudi dapat mengetahui kultur dari negara asing dan bahasa mereka a interaksi antar pemuda juga harus tetap ada dalam menjamin timbulnya keeratan antar bangsa ASEAN, sehingga setiap pemuda yang tergabung dalam organisasi ini dikoordinasi supaya memiliki Movie Buddy yang terdiri atas 10 orang yang merepresentasikan negara mereka masing-masing (negara anggota ASEAN), fungsi dari Movie Buddy ialah berdiskusi tentang film yang dibahas pada minggu itu.

Pertimbangan lain mengapa hal ini dapat menjadi jalan keluar yang menarik dikarenakan selain dapat memperkenalkan kultur dalam packaging yang cukup menarik, film juga sangat diminati oleh anak muda karena pada dewasa ini film-film terutama film arthouse dapat terkesan keren dan artsy, hal ini dapat kita lihat lebih baik dari infografis yang dibuat oleh Tirto yang secara baik menjabarkan pasar millenials dan ketertarikan pemuda dan pemudi Indonesia ke industri perfilman.

tirto
Sumber: Tirto.id

Ketertarikan Millenials atau pemuda terhadap film dapat kita lihat secara gamblang melalui film-film dengan coming of age yang semakin menjamur seperti Dilan, Pengabdi Setan, Yowis Ben, dan film lainnya yang secara jelas memiliki target audience remaja dan sukses di pasaran, sehingga menurut saya, film sangat efektif dalam menarik minat remaja untuk ikut serta dalam upaya mempererat hubungan antar pemuda ASEAN yang harus dipertimbangkan.

Hemat saya, kemunculan klub film ini pada akhirnya akan mempererat hubungan pemuda ASEAN dan menyebarluaskan industri perfilman ASEAN yang juga sarat akan budaya masing-masing secara efisien namun tetap efektif apabila menimbang-nimbang dari interest anak muda sehingga komunikasi budaya antara mereka saling terjalin dengan adanya diskusi dan screening .

Hal yang perlu kita pertimbangkan agar gagasan ini dapat mencapai target yang diingkan ialah social media campaign. Pengimplementasian yang baik tidak dapat berjalan tanpa adanya social media campaign yang baik pula, mengingat bahwa mayoritas anak-anak muda ASEAN aktif di sosial media, maka kementrian luar negeri dan organisasi terkait juga harus turut serta mempromosikan organisasi ini di Media Sosial secara menarik agar dapat menjangkau target dari program, yaitu anak-anak muda.

Keunggulan program ini juga terletak pada eksekusinya yang fleksibel sehingga pengemasan acara dapat dilakukan pada situasi pandemi sehingga tetap dapat disesuaikan dengan protokol kesehatan yang dianjurkan WHO dalam upaya penanganan COVID-19 dengan mengadakan screening secara daring melalui format webinar (web-seminar) yang dilaksanakan serentak, sehingga komunikasi pemuda antar negara masih bisa terjalin dengan baik pada masa pandemi.

Apabila dieksekusi dengan baik, solusi Komunitas Film ini tidak hanya dapat menimbulkan jejaring antar bangsa ASEAN tetapi juga membuat para pemuda antar ASEAN menghargai diversitas dan keragaman kultural yang ada pada Asia Tenggara.

DAFTAR PUSTAKA

Maisuwong, Wanwarang. 2012. “The Promotion of American Culture through Hollywood Movies to the World”. International Journal of Engineering Research & Technology , Vol. 1, No. 4. https://www.ijert.org/research/the-promotion-of-american-culture-through-hollywood-movies-to-the-world-IJERT V1IS4194.pdf , 13 April 2019.

Parliament. House of Common Culture, Media, and Sports Comitee. 2003. " Sixth Report of Session 2002-03 ", Vol.1. https://publications.parliament.uk/pa/cm200203/cmselect/cmcumeds/667/667.pdf

1 Like