Kisah "The Value of Truth"

Suatu hari, seorang pria datang kepada Nabi dan berkata, “Oh Nabi, saya punya banyak kebiasaan buruk. Yang mana dari mereka yang harus saya serahkan terlebih dahulu?” Nabi berkata,“ Berhentilah mengatakan kebohongan terlebih dahulu dan selalu ucapkan kebenaran.” Pria itu berjanji untuk melakukannya dan pulang ke rumah.

Pada malam hari pria itu hendak pergi keluar untuk mencuri. Sebelum berangkat, dia berpikir sejenak tentang janji yang dia buat dengan Nabi. “Jika besok Nabi bertanya kepada saya di mana saya berada, apa yang harus saya katakan? Haruskah saya mengatakan bahwa saya pergi mencuri? Tidak, saya tidak bisa mengatakan itu. Tapi saya juga tidak bisa berbohong. Jika saya mengatakan yang sebenarnya, semua orang akan mulai membenci saya dan memanggil saya pencuri. Saya akan dihukum karena mencuri.”

Jadi, pria itu memutuskan untuk tidak mencuri malam itu, dan melepaskan kebiasaan buruk ini. Keesokan harinya, dia merasa seperti minum anggur, ketika dia akan melakukannya, dia berkata pada dirinya sendiri, “Apa yang harus saya katakan kepada Nabi bertanya kepada saya apa yang saya lakukan pada siang hari? Saya tidak bisa berbohong, dan jika saya berbicara kebenaran, orang-orang akan membenci saya.” Dan dia melepaskan idenya untuk minum anggur.

Dengan cara ini, setiap kali pria itu berpikir untuk melakukan sesuatu yang buruk, dia ingat janjinya untuk mengatakan yang sebenarnya setiap saat. Satu demi satu, dia melepaskan semua kebiasaan buruknya dan menjadi orang yang sangat baik.

Moral:
Buat janji untuk diri sendiri: Saya akan selalu mengatakan yang sebenarnya. Sesederhana itu!

Sumber:

Kisah ini mengajarkan kita untuk menjadi orang yang senantiasa mengutamakan kejujuran di dalam hidupnya, baik itu jujur kepada diri sendiri maupun orang lain. Seperti pada kisah tersebut, setiap kali pria itu ingin melakukan hal buruk, ia teringat kepada janjinya kepada Nabi agar dirinya selalu mengatakan yang sebenarnya kepada Nabi.