Kisah sebuah pensil dan penghapus

rsz_images_67

Pensil : “Maafkan aku Penghapus…”
Penghapus : “Maafkan aku?, untuk apa Pensil? . Kamu tidak melakukan kesalahan apapun kepadaku…”

Pensil : “Aku minta maaf karena aku telah membuatmu terluka. Setiap kali aku melakukan kesalahan, kamu selalu berada disana untuk menghapusnya. Namun setiap kali kamu membuat kesalahanku lenyap, kamu kehilangan sebagian dari dirimu. Kamu akan menjadi semakin kecil dan kecil setiap saat…”

Penghapus : “Hal itu memang benar…Namun aku sama sekali tidak merasa keberatan. Kau lihat, aku memang tercipta untuk melakukan hal itu. Diriku tercipta untuk selalu membantumu setiap saat kau melakukan kesalahan. Walaupun suatu hari, aku tahu bahwa aku akan pergi dan kau akan mengganti diriku dengan yang baru. Aku sungguh bahagia dengan peranku. Jadi tolonglah, kau tak perlu khawatir. Aku tidak suka melihat dirimu bersedih…”

Renungan :
Si Penghapus adalah Orang Tua kita.
Si Pensil adalah diri kita sendiri.

Orang tua akan selalu ada untuk anak-anaknya,
Untuk memperbaiki kesalahan anak-anaknya.

Namun, terkadang, seiring berjalannya waktu,
Orang tua akan terluka (bertambah tua) dan akan menjadi semakin kecil ( dan akhirnya meninggal). Walaupun anak-anak mereka pada akhirnya akan menemukan seseorang yang baru (Suami atau Istri), Namun orang tua akan selalu tetap merasa bahagia atas apa yang mereka lakukan terhadap anak-anaknya dan akan selalu merasa tidak suka bila melihat buah hati tercinta mereka merasa khawatir ataupun sedih.

“Saat itu…
Aku masih menjadi Si Pensil,
Sungguh hal itu membuat perasaanku tenggelam dalam kesedihan, Ketika melihat si penghapus atau orang tua saya semakin bertambah tua dan rapuh.

Apa pesan moral dari kisah tersebut?

SUMBER :

Dibutuhkan pola asuh mumpuni, orangtua dengan teladan yang baik dan tak selalu melindungi anak ketika mereka tertimpa masalah. Kadang anak memang butuh ‘jatuh’ untuk bisa tahu caranya bangkit.

Keseluruhan hal positif tersebut bisa didapatkan anak jika mendapat perlakuan yang penuh kasih sayang dari orangtua. Sebuah riset yang dilakukan Child Trends, organisasi riset nirlaba terkemuka di Amerika Serikat, mengungkap kalau sikap penuh kasih ini akan berdampak jangka panjang pada anak.