Dongeng : Petani dan Boggart

petani

Petani dan Boggart

Dahulu, ada seorang petani yang memiliki sebidang tanah. Tanah itu dipenuhi Boggart. Boggart adalah makhluk pendek, gemuk, berbulu, dan bau.

Ketika petani hendak membajak tanah, Boggart marah. Boggart telah menghuni tanah itu selama ratusan tahun. Setelah berunding, akhirnya petani dan Boggart sepakat membajak tanah bersama-sama. Hasilnya pun nanti akan dibagi dua.

Petani itu ternyata serakah. Dia ingin mendapat hasil panen lebih banyak. Petani pun mencari cara untuk berbuat curang pada Boggart.

“Kau ingin hasil panen yang mana? Bagian atas atau bagian bawah?” tanya petani.

“Aku ingin bagian bawah,” jawab Boggart.

Petani lalu menanam gandum. Saat panen tiba, petani mendapatkan biji gandum. Sementara itu, Boggart hanya mendapat batang dan akarnya. Boggart tentu saja marah karena tidak mendapat hasil panen.

“Lain kali, aku ingin hasil bagian atas,” kata Boggart.

Petani itu tidak kehilangan akal. Kali ini, dia menanam kentang. Ketika musim panen tiba, petani mendapat umbi kentang. Sedangkan Boggart hanya mendapat batang dan daun kentang yang tidak berguna.

Petani tertawa senang melihat tipuannya berhasil. Boggart yang sangat marah akhirnya pergi ke hutan. Dia tidak pernah kembali lagi. Boggart masih kesal dengan petani dan keturunannya. Kadang kala, dia muncul di rumah petani di Inggris.

Boggart muncul di malam hari dan mencuri barang-barang si petani. Boggart juga sering membuat kuda dan hewan ternak lainnya menjadi lumpuh.

Pesan moral :

Jangan Curang, Jangan suka berbuat curang. Curang itu tidak baik karena membuat orang lain marah dan susah.

Apa pesan moral lain yang Anda dapat dari kisah tersebut?

Referensi

http://dongengceritarakyat.com/dongeng-cerita-anak-inggris-petani-dan-boggart/amp/

1 Like

Perbuatan curang dan khianat adalah fenomena negatif yang telah sangat akut dalam perilaku masyarakat kita dewasa ini. Hingga bagi sebagian orang yang lemah jiwanya dan ‘murah’ harga dirinya, perbuatan curang telah menjadi kebiasaan yang seolah bukan lagi dianggap perbuatan dosa.

Hampir dalam semua bentuk interaksi yang dilakukan oleh mereka dengan orang lain, selalu saja dibumbui dengan kecurangan, kebohongan dan khianat. Padahal, jangankan agama, seluruh manusia yang lurus fitrahnya pun, mengatakan bahwa perbuatan itu jelas buruk dan tidak terpuji.