Kisah "Everything Changes"

Suatu hari, di sebuah desa tinggal seorang petani tua yang biasa bekerja sangat keras. Dia punya seekor kuda. Suatu hari kudanya lari. Setelah mendengar ini tetangganya mendatanginya dan berkata, “Nasib yang buruk”.

Petani menjawab, “Mungkin.”

Keesokan paginya kuda itu kembali dengan tiga ekor kuda liar lainnya bersamanya. Sekali lagi setelah mendengar tetangga ini datang dan berseru, “Betapa indahnya.”

Sekali lagi petani tua itu menjawab, “Mungkin.”

Keesokan harinya, anaknya mencoba mengendarai salah satu kuda liar. Dia terjatuh dan kakinya patah. Lagi-lagi tetangga itu datang untuk memberikan rasa simpati kepadanya.

Petani menjawab, “Mungkin.”

Keesokan harinya, pejabat militer datang ke desa untuk mempersiapkan pemuda-pemuda untuk masuk tentara. Melihat kaki anak laki-laki itu patah, mereka tidak memasukkannya. Melihat tetangga ini datang lagi dan memberi selamat kepada petani tentang seberapa baik keadaan berubah.

Bahkan pada petani ini menjawab, “Mungkin begitu.”

Kita dapat melihat bahwa petani sedang mempraktikkan non-judgement. Dia memahami sifat sejati kehidupan sehingga kita tidak bisa menilai kejadian apapun sebagai “akhir”.

Kita harus ingat bahwa selalu ada hari esok dan apakah hari itu baik atau buruk, selalu ada sejuta efek yang bisa timbul dari satu peristiwa. Hal-hal berubah dalam sekejap setiap saat.

Bagaimana pendapat Anda tentang kisah ini?

Sumber:

Kisah ini mengajarkan kita untuk tidak menilai situasi dalam sekejap mata. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lebih baik mengatakan mungkin jika kita tidak benar-benar mengetahuinya. Si petani menerapkan non-judgment yang berarti dia tidak mau menilai sembarangan.